Sajak Luka

30 0 0
                                    

"Pria Egois
kamu selalu senang melukai mereka
lalu kemarin, kamu juga berambisi melukaiku
Maaf Tuan, Aku tak tertarik dengan permainan yang menurutmu menarik"
~Garis Asa~

"Kamu ngga apa-apa disini Al?" Tanya Fathur dengan tangan yang sibuk mengelap keringatnya

"ngga apa-apa lagipula ngga ada peraturan tentang kewajiban murid sekolah mendukung tim sekolahnya kan? Aku ngga mau dukung mereka, siapa yang mau Aku dukung? Ngga ada yang Aku kenal, toh yang Aku sayang ada di tim lawan jadi ya Aku dukung lawan"
Fathur tertawa dan tangannya mengacak-acak pelan rambut Alira

"Ihhh, Kamu tuh ya kebiasaan banget rambut Aku berantakan tau" gerutu Alira dengan bibir yang sengaja di manyunkan, membuatnya semakin terlihat menggemaskan

"nanti Aku rapihkan ya rambutnya, tapi Kamu harus doain Aku supaya bisa menang" Ujar Fathur sedikit berbisik, membuat Alira sontak bergidik

"Semangat ya, semoga Kamu menang" bisik Alira di telinga Fathur dan hanya diberkan acungan jempol karena setelahnya Fathur sudah berada di lapangan
Permainan cukup sengit, antara Tim Candana dan Tim Wijaya-nama sekolah mereka- memperebutkan poin terakhir, menentukan siapakah yang menang, Bola basket ada di tangan Fathur, dan tepat di dekat Fathur, Aldo berdiri tapi matanya fokus pada yang lain, pandangan Aldo bertubrukan dengan cewek yang senyumnya didekisikan untu pria di hadapannya

"Shit" Umpat Aldo, lalu dengan penuh emosi merebut bola dan membawanya kembali ke ring lawan, permainan berakhir Tim Candana menang, dengan skor delapan untuk Candana dan Tujuh untuk Wiaya, tetapi kekalahan bukan berarti menjadikan lawan adalah musuh, sportifitas dalam bidang olahraga harus di junjung, usai bermain mereka saling memberi uacapan selamat dan harapan, sesama pemain dan lawan

"Selamat ya do, hebat lu mainnya jago banget, kapan-kapan kita duel ya sekaligus gue belajar" Ucap Fathur ketika tangannya berjabat dengan Aldo

"Basi" hanya satu kata yang Aldo ucap, meskipun pelan namun cukup terdengar di telinga Fathur
Aldo sendiri tidak tau kenapa dirinya begitu marah melihat Alira tersenyum untuk pria yang bukan dia
Aldo berjalan ke pinggir lapangan, sedangkan Denia kekasih baru Aldo sudah merangsek masuk di keramaian dan menarik Aldo lalu mencium pipinya

"Selamat ya kamu menang, kamu hebat banget, Aku seneng punya pacar seperti Kamu" Ucap Denia manja, jujur saja itu menjijikan bagi Aldo, tetapi mau bagaimana? Mungkin seminggu lagi Aldo akan mengakhiri hubungannya dengan cewek menye-menye seperti Denia

"Ngga usah disini ya sayang, malu banyak anak-anak" tegur Aldo dengan senyum yang di paksakan

"kok kamu gitu sih? Biarin aja mereka tau kalau kita itu pacaran, supaya cewe-cewe disini tau diri dan ngga berharap banyak"
mendengar itu membuat Aldo bergidik ngeri, kali ini Aldo aslah mangsa, Aldo malah memangsa predator yang rela di makan oleh dirinya.

"ngga usah berlebihan, lu baru jadi pacar Aldo sehari aja udah sok ngatur, najis" Suara seorang cewe yang ternyata mantan Aldo menyahut dari belakang , membuat Aldo menyingkir dan membiarkan cewe-cewe itu memperebutkan dirinya, entah kenapa tetapi menurut Aldo itu menyenangkan.

#

"Kamu mau pulang?"
pertanyaan yang di ajukan Fathur, memang Fathur tau Alira tidak suka jika Fathur bertanya seperti itu, tapi hari semakin sore, jika Alira tidak pulang tepat waktu entah apa yang akan menimpa Alira
Alira hanya diam tak menanggapi pertanyaan Fathur, Alira masih sibuk dengan Ice Cream di tangannya. Memang setelah selesai pertandingan, Alira ikut bersama Fathur untuk Evalusi kesalahan Tim dan pemain, dan bukan hal yang asing jika Alira berada di sekolah Fathur, Alira terlalu sering main bahkan sekedar memberikan sarapan untuk Fathur di jam sembilan ketika waktu Istirahat, bahkan banyak yang mengenali Alira, bukan hanya kawna Fathur tetapi hampir semua murid di sekolah Wijaya, yang kebetulan berada tepat di depan sekolah Candana, hanya saja pintu Sekolah mereka saling membelakangi satu sama lain, tetapi Alira selalu lewat pintu belakang untuk menembus jarak agar bertemu Fathur, Fathur tidak pernah marah, tidak pernah risih bahkan tidak pernah merasa terganggu, Fathur selalu senang dan amat sangat senang jika wajah Alira di temukan sedang berdiri di dekat kolam ikan sambil menunggunya.

"Al, sabar ya, Aku pasti bakal berusaha buat bebasin kamu"

"Aku ngga mau bahas itu, Fathur, Aku selalu memilih pergi sama Kamu bukan untuk mengingatkan luka dan trauma itu, melainkan untuk melupakannya"

"Tapi Al, ini udah hampir malam, kalau..."

"kalau emang kamu ngga mau nemenin Kamu, lebih baik Kamu pergi aja"

Fathur menatap Alira, memang siapa lagi yang menjadi tenpat Alira pulang selain dirinya? Terkadang Fathur ingin bertindak semaunya, jika bukan Ayahnya yang mengingatkan untuk bertahan pada ketenangan, karena tindakan gegabah hanya membuat luka Alira semakin parah.

"Maafin Aku lir" Alira tidak menanggapi, Alira masih sibuk mengaduk-aduk Ice Cream yang Fathur yakini sudah mencair

"gimana kalau sekarang kita ke bazar? Hari ini ada Bazar di deket sekolah kita" berusaha menarik perhatian Alira kembali, Fathur selalu mengajaknya ke tempat dimana Alira bisa melihat kemerlap lampu atau senja yang mulai tenggelam
Alira masih diam, masih tak memperdulikan ajakan Fathur

"Kamu ngga tertarik nih, kamu tau kan kalo di Bazar biasanya ada rambut nenek, atau gulali dan.."

"stop, Ayoo kita berangkat sekarang" Alira langsung menjawab dengan antusias, padahal Fathur belum menjelaskan semuanya.

memang itulah menariknya Alira menyukai hal-hal yang sederhana meskipun menurut cewe lain itu membosankan, Alira tidak suka nonton bioskop, tetapi Alira suka nonton streaming di rumah Fathur karena tersedia Wifi yang kata sandinya hanya Alira yang tau, kata sandinya di ganti oleh Alira itu karena saat Alira streaming jaringannya lemot dan membuat Filmnya terus-terus buffering, itu karena Fathur menggunakan untuk mendowload File yang menghabiskan dan menyedot semua kuota. Akhirnya Alira memutuskan mengganti kata sandinya yang bahkan Fathur tidak boleh memakainya, meskipun kalau Alira tidak sedang main dirumahnya Fathur memakainya.

"Kamu mau apa?" Tanya Fathur di sela-sela perjalanan mereka mengelilingi bazar
"Aku mau boneka yang disana" tunjuk Alira pada permainan lempar bola yang bisa mendapatkan boneka Teddy cukup besar
"beli aja Al, itu susah tau dapetinnya"

"Aku maunya itu" dan lagi Alira mulai merajuk, salah Fathur juga yang membuat mood Alira memburuk

"Oke tunggu sebentar ya" Fathur mengambil lima bola dalam plastik yang sudah disediakan

"Ayooo Fathur semangat" Teriak Alira antusias, namun apa daya sudah lima kaliFathur melempar bolanya tidak masuk dalam keranjang boneka, malah masuk kedalamkeranjang lain

"ini mas, tadi bolanya berhasil masuk ke keranjang ini" penjaganya memberikan gantungan kunci kepada Fathur, dan Fathur hanya mendumal tidak jelas

"Apaan sih Aku susah-susah lempar malah dapat kayak gini doang"

"Ngga apa-apa, Aku suka kok, sini" Alira mengambil Alih gantungan kuncinya

"Eh, eh kamu mau kemanain"

"Aku mau gantung ditasku, lihat tasku banyak aksesorisnya dan itu dari kamu semua" Alira tertawa pelan, Fathur tersenyum, syukurlah mood Alira sudahkembali

Sajak Kertas BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang