"Perlu di tendang agar tau bagaimana rasanya di buang"
~Garis Asa~
Kala itu fajar sedang malas untuk keluar, sang Fajar mengumpat berselimut awan, tak ditemukan cahaya terang yang selalu mengganggu mata untuk terus terpejam, Fajar selalu menanti untuk di kejar hingga dia hilang dan berganti senja yang selalu memamerkan cahaya manja.
"Kamu baru pulang?" suara berat dari arah dapur membuat dua orang yang saling bertatap memalingkan wajah menuju suara , Aldo dan Maria –Ibu kandung Aldo- menatap dengan tatapan berbeda ke arah pria bertubuh kekar dan tinggi, wajahnya yang masih terlihat muda karena baru memiliki satu anak.
Tak peduli dengan suasana yang penuh amarah, Aldo mengambil air dingin dari dalam kulkas, sedang Maria –Ibunya- hanya menunduk, tak berani menatap Damar –Ayah Aldo-
"sudah ku ingatkan berapa kali padamu, jangan pedulikan anak itu, bukankah sudah ku bilang dia bukan siapa-siapa Kita, kenapa Kamu sibuk mengurusinya? lihat Aldo, dia anak kita yang juga perlu kamu urusi" suara Damar terdengar menakutkan bagi siapa saja yang mendengarnya, seperti suara seorang polisi yang sedang memperingati tahanan untuk tidak melakukan kesalahan"Sepertinya kamu lupa suatu hal, bukan hanya Aku yang harus mengurusi Aldo, karena Aldo bukan saja anakku tapi Anakmu" sahut Maria, kini dengan santai sembari berjalan ke arah kulkas dan mengambil jus jeruk yang memang selalu tersedia di dalam kulkas
Aldo masih sibuk memperhatikan gelagat keduanya, hanya saja posisinya berubah tidak lagi di dapur tapi di ruang keluarga sembari menonton TV."Aldo, kenapa kamu tidak sekolah?" Damar menanyakan hal yang seharusnya tidak di tanyakan
"Hem" Aldo hanya menyahut dengan deheman pelan
"Kalo di tanya jawab Aldo!" kini suara Damar naik satu oktaf, suaranya bukan lagi pertanyaan melainkan bentakan
"katanya polisi, tapi sama hari aja lupa" Aldo menjawab dengan santai
"Ini didikanmu ha? Lihat bagaimana kamu didik anakmu? Apa kamu didik dia untuk jadi pembangkang?" Damar murka, semua kemurkaannya di lampiaskan ke Maria
"kalo kalian mau berantem, berantem aja di luar, hari ini Aldo mau hidup dengan tenang" Aldo kembali bersuara, membuat Damar kehabisan kesabaran
'Brak' Damar memukul meja makan dengan kedua tangannya yang terbuka
"jaga sikapmu Aldo!" bentak damar, yang hanya mendapat tatapan meremehkan dari Aldo"seorang aparat tidak pernah mengajarkan kekerasan pada anaknya sendiri, apalagi disaat dia tau dirinya tidak pernah pulang, seharusnya Ayah pulang membawa ketenangan, dan kedamaian bukan malah keributan" sahut Aldo yang langkah kakinya mulai menjauh dan hilang di balik lorong menuju kamarnya.
"Sial, harusnya gue keluar aja daritadi, dirumah cuma bikin telinga gue panas doang" Aldo mendumal sambil terus masuk kamarnya, lalu membanting tubuhnya dan menyetel musik rock sekencang mungkin
"Ah, sial gue lupa nomor si Alira, apa gue kerumahnya aja ya, ya iseng kan gue juga ngga pernah mampir kerumahnya, pengen tau aja gitu calon mertua gua gimana" Aldo bermonolog dan tertawa sendiri, sepertinya Aldo sudah kehilangan akal sehatnya, setau Aldo dia belum pernah sampai segila ini mencintai seorang cewek
Dengan senyuman merekah, Aldo bersiap dengan jaket bomber abu-abu yang menjadi kesukaannya, merapihkan rambutnya yang sudah mulai gondrong.
"Nih rambut baru sebulan lalu gue cukur udah panjang aja" lagi-lagi Aldo bermonologDi rumah Alira, Alira sedang menunggu kehadiran seseorang, ya Fathur bilang ingin mengunjungnya ah, tidak kenapa Alira menunggunya, mungkinkah perasaan Alira terhadap Fathur lebih dari apa yang ada di pikirannya, tidak, Alira tidak ingin kehilangan Fathur, cowok yang tidak pernah pergi meskipun Alira berusaha mengusirnya
"Pagi, permisi" dari luar terdengar suara yang tak lagi asing di telinganya"Fathur" Alira berbisik pelan sambil tersenyum, sebelum benar-benar membukakan pintu untuk Fathur, Alira menyempatkan diri merapihkan diri, baju kaos dan celana jeans pendek yang menempel ditubuhnya membuatnya terkesan cantik alami, dan juga rambut yang sengaja tidak di ikat, dan juga liptint berwarna merah alami agar bibirnya tidak telihat pucat, setelah di yakini penampilannya terlihat menarik, Alira berlari kecil membukakan pintu untu cowok yang sudah menunggu di depa pintu
"Pagi!" Alira menyambut dengan senyuman yang begitu manis, Ah, pagi yang indah untuk Fathur
"em, maaf mba saya kesini lagi cari Alira bukan bidadari" ucap Fathur dengan wajah datar, kepalanya sengaja di tolehkan ke samping dan matanya menelisik ke dalam rumah Alira
"Ihh, apaan sih" Alira memukul lengan Fathur pelan, membuat Fathur tertawa kecil
"dirumah ngga ada orang?" tanya Fathur yang masuk tanpa perlu di perintahkan masuk oleh sang pemilik rumah
"enak gini, sepi, Aku juga Cuma butuh Kamu dan Ninda tidak perlu lagi yang lain" Alira menangapi dengan santai, terlihat dari kilauan di matanya, Alira kesepian
"hari ini kita mau ngapain?" Fathur mengambil alih remote dan mulai menukal saluran televisi yang sebelumnya menjadi tontonan Alira
"ihh kok di tukar?" Alira teriak sambil membawa minuman untuk tamunya pagi ini
"nonton film Antmant aja, mau ngga?" tanya Fathur meminta persetujuan Alira
"Aku ambil laptop..."
"Aku aja, kamu arus sediain camilan enak" sambung Fathur memotong ucapan Alira
Fathur naik ke lantai dua dimana kamar Alira berada, sedangkan Alira menyiapkan camilan yang akan di suguhkan untuk mereka berdua. Hanyabutuh waktu sekitar sepuluh menit Fathur dan Alira sudah menguasai ruangkeluarga dan fokus pada film yang mulai berputar"nanti si semutnya mati ngga sih" Film baru saja berputar tapi Alira sudahbertanya hal aneh yang membuat Fathur gemas
"Aku baru nonton kali ini sama kamu, dan juga kenapa kamu bilang semut Lira kuu"ucap Fathur gemas dan mengacak-acak rambut alira
"Ihh, berantakan tau"
"sini Aku ikat aja, ribet di riap gitu"
"biarin ih"
"bawel ya, Aku pulang nih"
"iya iya nih" setelah perdebatan kecil mereka, Akhirnya Alira megalah danmemberikan ikat rambutnya pada Fathur, dengan lembut Fathur mengikatkanrambutnya Alira
"rambut kamu wangi, pasti habis keramas" Ucap Fathur yang masih berusahamengikat rambut Alira
"iya dong, emang kamu mandi aja ngga pernah"
"udah ih, filmnya udah mulai itu" sambung Alira sebelum Fathur menanggapi
Alira dan Fathur terus fokus dengan film di hadapannya.
sampai suara ketukan pintu mengentrupsi pendengaran mereka, dan membuat fokusAlira menghilang."ada tamu tuh, Aku aja yang bukain?" tanya Fathur melihat Alira masih berusahafokus
"iya sana"
"tapi di stop dulu filmnya"
"ngga mau" Fathur yang sudah berdiri kembali duduk membuat Alira kesa
"Iya nih iya Aku stop dulu, kalo tamu ngga penting usir aja" ucap Alira,bibirnya di kerucutkan
"Merajuk" kata Fathur sambil mecubit pipi Alira

KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Kertas Biru
Roman d'amourAneh, perasaan tidak pernah sebecanda ini saling mencari saling menghilang saling menemukan lalu apakah takdir memihak untuk saling menyatukan? nyatanya kita hanya berputar pada satu kubangan takdir yang sama sama-sama menolak takdir yang sudah...