"Cinta memang selalu begitu, suka memburu
kalau sudah bosan ya di bunuh
tapi, kenapa Kamu bertahan dengan cintamu
yang kini hanya tersisa kepingan saja
Aku jadi seperti pemburu itu, kejam membunuhmu
Namun, Kamu tetap setia kepadaku"~Garis Asa~
(Untuk Dia yang Mencintaiku)"Aldo sudah senyum-senyum sendiri melihat tulisan Alira, mungkin Aldo berpikir itu untuknya, Aldo terlalu percaya diri mengenai cinta, seakan dialah sang pangeran yang di idam-idamkan sang ratu. Kenyataannya Aldo hanya sebagai pangeran yang tidak pernah dianggap keberadaannya
"wei, kenapa lu senyum-senyum sendiri? Si penakluk hati wanita sedang bahagia rupanya" dari arah belakang Nanda menyapa Aldo dengan segala kata-katanya yang dilebih-lebihkan
"kayaknya besok gue mau mutusin si cewe gatel deh, terus mau perjuangin seorang cewek istimewa, yang diam-diam memperhatikan gue" mata Aldo tidak menatap kemanapun tapi menatap ke seorang cewek yang sedang berbicara dengan cowok di pos satpam, Alira sedang berbincang asik dengan Fathur
"brengsek!" maki Aldo tiba-tiba membuat Nanda menoleh, tapi Nanda salah kira, Nanda pikir Aldo marah karena Denia yang sedang dirangkul cowo lain
"lu cemburu atau merasa di rendahin sama tuh cewe?"
"keduanya"
"habisin aja cowonya"
"ide bagus, tapi ngga sekarang tunggu tanggal mainnya"
"lu mau ke kelas ngga?"
"duluan aja, gue mau jegat orang"
Nanda hanya menggelangkan kepalanya, tidak habis pikir dengan Aldo, pemikirannya aneh dan sulit di tebak, apa Aldo begitu serius dengan denia, sebelumnya Aldo tidak cukup peduli perihal perlakuan cewenya, Nanda akui Denia cukup menarik, atau mungkin Aldo sudah melakukannya bersama Denia, sehingga dia tidak bisa melepas Denia?"Apa-apaan sih lu Nan, ngebayanginnya yang ngga-ngga" Nanda bermonolog sendiri dan bergidik geli dengan pemikirannya sendiri
"Kamu beneran ngga apa-apa kan? Aku liat coba lukanya" Fathur masih membujuk Alira untuk membuka jaketnya dan maskernya, Fathur khawatir? Ya Fathur sangat amat khawatir apalagi mata Alira tidak secerah biasanya, dan lagi Alira melupakan bekal makan untuknya, Alira mengenakan jaket dan masker, dan lagi suara Alira lemas dan tidak seperti biasanya, bagaimana Fathur bisa bersikap biasa aja tanpa peduli dengan keanehan Alira, meskipun seribu kali Alira bilang tidak apa-apa namun Fathur menyadari satu hal, lagi-lagi Fathur menyalahkan dirinya karena kejadian yang akhirnya diceritakan Alira saat dijalan menuju sekolah
"Aku beneran ngga apa-apa Fathur, udah sana nanti kamu terlambat" Alira berusaha bicara setenang mungkin, agar suaranya yang bergetar tidak di sadari Fathur,Alira hanya tidak mau untuk yang kesekian kali membuat Fathur merasa bersalah atas hal yang tidak pernah Fathur lakukan
"yaudah, nanti pulang Aku jemput, kalau kenapa-napa langsung telfon Aku" sebelum Fathur menyalahkan motornya, Fathur masih mengingatkan pada Alira
"Siap komandan" Alira berlagak seperti hormat, untuk seidkit membuat Fathur tidak khawatir akan keadaan dirinya sekarang
"yaudah, belajar yang semangat ya" ucap Fathur, tanganya bergerak memakaikan hoodie untuk menutupi kepala Alira lalu melajukan motornya, hanya dalam satu menit Fathur sudah hilang dari pandangan Alira
"syukurlah, Fathur tidak menyalahkan dirinya lagi, seharusnya Aku ngga perlu cerita mengenai kejadian semalam, tapi..." ucapan Alira terhenti karena suara Aldo mengentrupsi pendengarannya
"Gue mau tau ada kejadian apa semalam antara lu dan Fathur" Ucap Aldo di belakang Alira, Alira sendiri tampak risih karena sikap Aldo yang terus saja mendekatinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Kertas Biru
RomanceAneh, perasaan tidak pernah sebecanda ini saling mencari saling menghilang saling menemukan lalu apakah takdir memihak untuk saling menyatukan? nyatanya kita hanya berputar pada satu kubangan takdir yang sama sama-sama menolak takdir yang sudah...