"tidak melulu tentang bicara, karena diamku adalah makna
tidak melulu tentang senja, karena biru lebih menentramkan jiwa
tidak melulu tentang duka, karena bahagia hanya sederhana"~Garis Asa~
"Ada dua pilihan untuk lu kali ini, yang pertama gua ninggalin lu atau lu gue tinggalin" Ucapan Aldo barusan membuat cewek di hadapannya hanya bisa menggigit kukunya, diam dan meneteskan air mata
"Ah, kebanyakan drama lu, sekarang kita putus" Ucap Aldo lagi, seisi kantin riuh dan ramai membicarakan cewek yang masih menangis akibat ulah Aldo, mereka saling berbisik satu sama lain, sebagian cewek-cewek menatap Aldo seakan-akan Aldo adalah mangsa mereka.
"Anjir, gila lu do, semua cewe di ini sekolah kayaknya masuk ke dalam daftar list mantan lu dah, kapan sih lu mau serius? Pertahanin satu cewe aja gitu, kasihanilah sobat lu ini, yang jomblo dan sulit mendapat kekasih karena, semuanya bekas lu" Endar mulai mengeluarkan nasehatnya yang berujung curhat, dan selalu menjadi angin lalu bagi ke-dua sahabatnya
"Ah, lebay lu, emang udah nasib lu kali jomblo, buktinya sekarang gue udah punya pacar" sahut Nanda sambil memasukan cimol besar ke dalam mulutnya
"hoax lu, lu nggak tau kalo ada undang-undang yang tertuis 'dilarang berbohong apalagi berbohong dengan jomblo' lu mau gue laporin KPJ karena udah bohongin gue, seorang relawan setia organisasi jomblo" Ucap Endar
"Gila lu Ndar, lucu banget lu lucu, L-U-C-U" sahut Aldo sambil tertawa dengan terpaksa, yang membuat Nanda tertawa terbahak-bahak
"Gue doain lu keselek cimol Nan" Ucap Aldo sambil memainkan ponselnya
"Uhuk-Uhuk, woy minum woy, anjir si Aldo doanya langsung di ijabah"
"Anak sultan mah bebas" sahut Aldo dengan nada yang membuat anak-anak cewe di sekitarnya gemas"Alira, kamu mau pesen apa?" ya, kali ini telinga Aldo tidak salah dengar, pendengarannya baik-baik saja, sejak pertemuannya dengan cewek itu, Aldo menjadi kurang tertarik dengan siapa penulis setia mading yang selalu saja memuat tulisan sesuai dengan isi hatinya, tapi, hari ini Aldo tidak menemukan tulisan di mading sekolah, bukan tidak menemukan tulisan, melainkan tidak menemukan tulisan dengan nama Garis Asa, ada apa dengan cewek itu? Semenjak perkenalan sekaligus pertemuannya di depan mading, tidak Aldo lihat tangannya menari dan terutama pagi ini, entah kenapa Aldo tidak menemukan Alira berdiri di pinggir jalan sambil memainkan tanah dengan sepatu ketsnya.
"Aku nggak mau apa-apa kok Nin"
Aldo tidak bisa membohongi perasaannya sendiri, memang benar, suara dari seorang Alira begitu mendamaikan hatinya, Aldo mengambil tusuk gigi dan mengigit-gigitnya-kebiasaan Aldo- ketika sedang berusaha fokus mendengarkan seseorang.
#
bel pulang sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu tapi entah kenapa Aldo masih setia di sekolah, lebih tepatnya di pinggir lapangan menikmati langit dengan terlentang, sesekali memainkan ponselnya
di tengah fokus Aldo, wangi parfum cewek menusuk indra penciuman Aldo, dan dengan cepat Aldo menoleh, tepat satu arah dan satu titik temu, Mata mereka menubruk dan tanpa ada kedip dalam beberapa detik hingga Alira memutus kontak dan kembali menunduk, lalu berjalan dengan cepat.
"Eh bentar-bentar tunggu" tidak di respon, Alira tetap berjalan tanpa menghiaraukan Aldo yang berlari mengejarnya
"Eh, sebentar, gue mau ngomong dulu bentar" Aldo menarik tangan Alira, membuat Alira terdiam dan menahan beban tubuhnya agar tidak terjatuh
"Kenapa?"
"gue kira lu bisu"
"hah?" Kerutan di dahi Alira terbentuk sempurna mendengar ucapan Aldo barusan
"kenapa lu gak buat tulisan di mading hari ini?"
"Aku mau pulang"
"jawab gue dulu"
"Aku buru-buru"
Aldo diam, melihat sekeliling sekolah yang memang sudah sangat sepi
"Gue anter, gue tau kok lu tetanggaan kan sama gue"
"nggak usah, Aku bisa jalan sendiri"
"gue anter"
"Kalo kamu berniat jadiin Aku sebagai salah satu daftar mantan kamu, maaf Aku ngga tertarik"
entah kenapa, perkataan yang biasa Aldo dengar, namun kali ini begitu menancap dalam pikiran Aldo, membuatnya diam dan kehilangan kata
"Terserah lu mau gimana, tapi gue bakal anter lu dan nggak ada penolakan"
"Aku nggak suka pria yang pemaksa"
"oke oke, gue nggak anter lu, tapi gue ikut lu"
tanpa persetujuan Aldo, Alira berjalan terlebih dahulu, bukan bermaksud jual mahal atau bermaksud yang lainnya, hanya saja Alira malas dengan segala hal mengenai pria di hadapannya, bukan karena Alira benci tetapi kelakuannya yang suak bergonta-ganti pasangan, membuat Alira mencap Aldo cowok yang tidak memiliki prinsip, bukanhanya itu Alira mencap Aldo adalah cowok yang tidak pantas dijadikan pemimpin.Alira tetap setia berjalan kaki, dia tidak berniat menunggu atau menaiki angkot hari ini, bukan karena Alira kehabisan uang jajan, hanya saja pria yang sedari tadi mengikutinya membuatnya enggan berhenti
"kok lu jalan sih? Rumah kita kan lumayan jauh" Ujar Aldo di tengah-tengah kebisuan mereka
"sejak kapan, kamu menjadikan Aku dan kamu 'kita', kedengarannya agak aneh" sahut Alira
"baperan lo ah, gitu aja langsung..."
"Aku bukannya baperan, hanya saja setiap ucapan harus di pertanggung jawabkan, menurutku begitu" Ujar Alira memotong ucapan Aldo, sebenarnya Alira malas berdebat, apalagi yang di perdebatkan sama sekali tidak penting. Hanya saja ucapan Aldo selalu menarik untuk di sangkal.
"nggak sopan, memotong pembicaraan seseorang itu..."
"tidak memiliki etika" lagi Alira memotong ucapan Aldo.
sepanjang perjalanan hanya hening, hingga lagi-lagi Aldo bersuara, memecah keheningan diantara mereka
"kenapa sih lu memilih jalan kaki, padahal lu bisa aja terima tawaran gue, kan bisa lebih cepat dan ngga cape kalau naik motor, dan juga gue dan lu bisa naik angkot, ngga perlu jalan kaki gini" Alira tersenyum dalam diam, tidak habis pikir dengan pernyataan Aldo barusan
"kenapa kamu nggak naik motor kamu aja dan aku bisa jalan sendiri, kenapa kamu mau ikut Aku, padahal kamu punya pilihan terbaik" Tanya Alira, dan membuat Aldo berdecak
'ck'
"orang nanya malah di balik tanya"
"pertanyaan kamu itu bersifat retoris, lagipula kalau kamu udah tau jawabannya pentingnya buat kamu dan terutama buat aku apa?"
Aldo hanya memasang wajah kesal, dan akhirnya hanya diam yang mengiringi jalan mereka, hingga sampai di depan komplek, dan satu hal yang menjadi pertanyaan di benak Aldo, kenapa kebiasaan Alira tidak di lakukan, seperti lewat gang kenapa Alira mengikuti jalannya, dan
"makasih ya sudah mau nemenin Aku panas-panasan" Aldo sedikit kaget, mendengar ucapan Alira yang tiba-tiba.
"Ah, iya, mau gue temenin sampe depan rumah lo?"
"nggak makasih, Aku permisi ya" Alira melenggang pergi menuju rumahnya, sedangka Aldo masih diam menatap punggung Alira yang kemudian menghilang di balik papan rumahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Kertas Biru
Lãng mạnAneh, perasaan tidak pernah sebecanda ini saling mencari saling menghilang saling menemukan lalu apakah takdir memihak untuk saling menyatukan? nyatanya kita hanya berputar pada satu kubangan takdir yang sama sama-sama menolak takdir yang sudah...