Keempat

1.5K 139 5
                                    

Kejadian Dhikaa dan Fanny datang membuat Ali takut kehilangan babysitter anaknya itu, tak rela. Padahal selama ini Ali dan Prilly jarang ada percakapan yang berarti tetapi perhatian prilly pada clara membuat Ali mendambakan wanita itu dan menjadikannya seorang istri.

"Apaan sih, Dhikaa? Nggak ada nikah-nikahan buat prilly sama adek lo."

Rinto menyahuti ucapan ali," kok gitu sih? Dia single kan gue juga single , pas lah bang."
"Ga ada, dia udah ada chemistry sama anak gue jangan ganggu hubungan mereka, biar anak gue seneng" ucap ali posesif.

Prilly yang baru saja dari belakang bermain dengan Rara mulai penasaran apa yg dibicarakan. Telinganya menangkap semua pembicaraan. Ya seperti menyadap, itu salah satu keahliannya.

'Ih ngapain juga. Gue mau nyari ibu buat clara tapi bukan gue yang jadi ibunya.' Tapi dia tak ambil pusing tentang hal itu.

"Ra, masuk yuk. Udah mau jam makan siang mbak mau masak dulu, si mbok lagi pulang ada acara."

"Bentar ya mbak." Rara membereskan mainannya. Prilly ikut membantu.

Kini, Rara sudah semakin dekat dengan prilly. Tak mau kehilangan, pagi-pagi dia langsung menuju kamar prilly. Hingga akhirnya Rara meminta prilly untuk menemaninya tidur dikamarnya. Prilly tak keberatan.

"Mau makan apa hari ini?" Tanya Prilly pada Rara.

"Aku pengen makan.. ehm," Rara berfikir, "ah terserah mbak aja. Tapi mbak.. ayah suka ayam goreng, aku mau itu aja. Hehehe"

"Dasar!" Ucap prilly sambil mengacak lembut rambut Rara.

Prilly mulai berkutat. Dengan alat-alat masaknya. Beberapa saat kemudian, dari arah belakang Rara dan prilly, Ali masuk ke dalam dapur.

"Hmm.. masak apa hari ini?" Tanya Ali kemudian mengelus kepala Rara.

"Masak ayam goreng, Yah." Jawab Rara.

"Wah enak nih"

"Dhika sama fanny udah pulang, pril. Tadi mereka ngobrol apa sama kamu?" Tanya Ali kepada prilly.

"Enggak tanya apa apa. cuma tanya kabar aku. Soalnya terakhir ketemu kan kita udah kenalan gitu." Ucap Prilly jujur.

Mulut Ali membulat 'Oh'

"Emang kenapa?" Prilly sudah mematikan kompor mencoba meraih piring.

Piringnya ditaruh terlalu tinggi, karena dia tak terlalu tinggi. Sesungguhnya mudah saja dia mengeluarkan mantra agar piring turun dari sana tapi tidak mungkin ada dua anak manusia disini. Yang ada mereka curiga. Dia masih mencoba meraih.

Tiba-tiba ada tangan yg membantu mengambil piring.

"Kalo susah minta tolong, tubuh kamu itu kecil. Saya ngga mau kamu kenapa-napa." Sepertinya dia salah ngomong.

"Maksud saya piring yang lain pecah, saya ngga mau." Ralatnya.

Tubuh mereka sangat dekat membuat Prilly bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah ali dari jarak sedekat ini. Mukanya seperti seseorang, dia sangat familiar. Tapi entah siapa. Prilly tak mau ambil pusing.

"Nih" ali menyerahkan piring pada Prilly. Prilly tersadar, entah kenapa ketika melihat wajahnya tadi waktu berjalan lambat, sangat terasa. Prilly meringis kemudian berterimakasih. Ali kembali duduk di kursi depan menunggu prilly menyelesaikan menata makanannya di ruang makan. Ketika Ali berlalu, prilly memegang dadanya. Sedikit menahan nafas.

*deg..deg..deg*

Ahh jantungnya berdenyut. Dia tak punya sakit jantung. Ada yang tidak beres. Sepertinya dia harus istirahat.

'Mbak prilly kenapa juga? Kok megang dada gitu? Sakit?' Batin Rara.

Rara yang masih di dapur menemani Prilly, berinisiatif untuk membantu. Karena Prilly terlihat kerepotan.

"Rara bantu bawa piring ini aja, Mbak."

"Iya makasih sayang. Hati-hati."

Rara hanya mengangguk segera menuju ruang makan.

"Ini, Yah." Rara menyerahkan piring pada ali agar ditaruh diatas meja makan. Ali meraihnya.

Prilly sedang sibuk menata meja makan. Setelah selesai, Ali mengambil piring kemudian menyendokkan nasi.sedangkan Prilly menyendokkan nasi dan lauk untuk rara.

Prilly mengambil tempat duduk disamping Rara untuk menyuapkan makanannya. Ali ditengah makannya melirik prilly, dia merasa Prilly sangat keibuan.

Prilly bisa membaca pikiran ali. Kemudian dia berdehem.

"Kenapa mbak? Mbak sakit ya? Tadi mbak juga pegang dada. Mbak sakit nafas?" Tanya Rara membuat prilly mendelik kaget. Bagaimana bisa anak umur 4 tahun sangat memperhatikan gerakannya. Sepertinya Prilly harus berhati-hati.

'Soalnya mata bapak lo minta dicolok, Ra' Batin Prilly. Prilly menggigit bibir bawahnya. Greget.

"Oh enggak cuma tadi agak sesek sama batuk dikit."

"Loh kamu punya Asma?" Ali menimpali.

"Enggak Pak saya cuma kecapekan mungkin." Jawab prilly asal.

"Istirahat dulu aja kalo gitu. Biar Rara sama saya, saya ambil cuti sampai lusa."

'Eh..' prilly menyeritkan dahi. Heran.

Jujur, Prilly takut perhatian ali membuatnya salah paham. Dan membuat misinya tak membuahkan hasil.

****

Tbc.
Kharisma

10 Apr 2020
Yogyakarta.

Setelah bertahun-tahun ini terbengkalai. Entah semangat pengen ngelanjutin lagi.
Masih setia nunggu? Tunggu kelanjutannya.

NB: Papah diganti ayah.

[Bunda]dariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang