"Faa" panggil Chika.
"Apaan?" Tanya Alifa. Yang di panggil pun nyaut.
"Dua curut mana?" Chika kalo ngomong seenaknya aja emang.
"Hmm.. kayaknya lom dateng deh"
Alifa masukin makanannya ke mulut dan Chika lagi nyeruput es teh nya. Tiba-tiba Chika kepikiran soal kakak perempuannya.
"Kalo gw mati kak Sowon gimana ya?" Kata Chika dengan tatapan kosong lurus kedepan.
Alifa langsung ngeliat Chika dan mengerjapkan matanya. Kaget denger temennya ngomong kayak gitu.
"Lo gak salah ngomong kan?" Tanya Alifa memastikan.
"Siapa yang bakal bisa tenang kalo begini keadaannya"
"Gw tau fa, lo juga sama takutnya kayak gw, lo takut kalo harus ninggalin ayah lo, abang, apalagi ibu" lanjut Chika.
"Iya, gw akui gw juga takut sama kayak lo, tapi gw gak mau nunjukin karena rasa takut itu hanya akan terus menghantui kita, Chik. Rasa takut itu gak merubah apapun" kata Alifa.
"Udah sih santai aja, percaya kalo kita bakal hidup" kata Faiza yang tiba-tiba dateng dan ngerangkul kedua temannya yang lagi serius ngobrol.
"Tenang, biar rencana kita juga berjalan lancar Chik, seenggaknya kalo lo mati ortu lo masih bisa di jagain sama kak Sowon" kata Faiza sambil naik turunin alisnya ke Chika
Chika ngangguk. Faiza ngerti perasaan kedua temannya ini, mereka takut ninggalin keluarga mereka. Faiza pun begitu, tapi dia lebih takut kalau keluarganya yang ninggalin dia.
"Eh ngemeng ngemeng bang Mingyu gak pernah jemput lo lagi fa, kenapa?" Tanya Faiza, mengalihkan pembicaraan. Berusaha mencairkan suasana supaya tidak terlalu tegang.
"Lo demen ya sama bang Mingyu?" Tanya Alifa curiga.
"Paan dah lau? Siapa sih yang suka sama abang lo yang dekil gitu" bantah Faiza.
Alifa langsung cemberut denger abangnya ternistakan. Padahal abangnya tidak sedekil itu.
"Ih bang Mingyu itu kagak dekil tapi belom saatnya putih" kata Yuli dengan muka yang polos.
Dan seketika mereka langsung tertawa keras banget karena perkataan Yuli.
Tanpa mereka sadari ada yang memperhatikan mereka dan berkata
"Tertawa lah sepuas kalian sekarang mungkin nanti kalian tidak akan bisa tertawa bahkan tersenyum sekalipun"
****
Chika pulang jalan kaki. Oke itu udah biasa buat dia.
Lagian kakaknya jemput itu kadang kalo dia gak ada jadwal kuliah doang baru bisa jemput Chika
Chika mampir ke taman dulu, dia mau duduk duduk di taman itu. Sebenernya setiap pulang sekolah dia sering kesini buat nenangin pikirannya.
Tapi kali ini dia sama sekali gak bisa tenang karena dia ngerasa ada yang ngikutin dia dari tadi.
"Kok kayak ada yang ngikutin gw sih" kata Chika.
Merasa ada yang mengikuti dan terus memperhatikannya.
Bulu kuduknya naik. Entah, rasanya sangat aneh.
"Kok gw merinding ya? Yang ngikutin gw orang apa demit sih?"
"Demit kali yak"
Ya pokoknya si Chika ngomong sendiri untuk mengurangi rasa takutnya.
****
"Chika lu gak takut apa?" Tanya Alifa.
"Apaan sih?" Chika heran. Gak ngerti sama pertanyaan Alifa.
"Fa, jangan disitu sih" Yuli narik tangan Faiza.
"Duh sakit tangan gua"
"Yang penting jangan disitu!" Bentak Yuli.
"Ih gak usah pake bentak bentak dong" Faiza kesel
"Udah sih elah malah pada berantem kek gini! Kalo gini gimana bisa selesai!" Teriak Alifa
Semua langsung diam setelah Alifa teriak
"Gw punya rencana" celetuk Faiza.
Semua langsung natap Faiza dengan tatapan penasaran.
"Sini gw bisikin atu atu" Faiza narik Yuli.
Dan Yuli ngebisikin ke Alifa dan Faiza ke Chika. Mereka tersenyum dan mengangguk menyetujui rencana Faiza.
![](https://img.wattpad.com/cover/150792289-288-k594072.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Scary [REVISI]
Mystery / Thrillersometimes they do not realize the mistake that they consider trivial turned out to be very risky for their lives they do not understand why the terror happened to them