✭Knight Fact✭

1.4K 240 7
                                    

16.5

"Siapa yang datang, Naruto?" suara Sasuke dari belakang. "Oh, kau."

"Ekspresi macam apa itu?" Ruko berkacak pinggang saat melihat datarnya wajah Sasuke. "Lalu kenapa dia ada di sini?"

"Ck! Wanita yang menghilang tanpa kabar dilarang protes!" timpal Sasuke tak mau kalah sambil menyilangkan kedua tangan di dada.

"Hah?"

"E...etto... Bagaimana kalau kita masuk saja?"

Sasuke dan Ruko menoleh pada Naruto yang berada di tengah-tengah mereka. "Oke/Baiklah," ucap keduanya bersamaan.

Di ruang tamu...

Sasuke menatap Naruto yang terlihat begitu senang saat berbincang dengan kakaknya. Ia mengalah untuk membuatkan minuman agar kedua kakak dan adik itu bisa bernostalgia.

"Jadi, apa urusanmu sudah selesai?" potong Sasuke di tengah-tengah perbincangan dua orang tersebut. "Kau merepotkanku saja," ujarnya yang langsung duduk di hadapan Naruto dan Ruko.

"Hei, Naruto. Kenapa dia itu jadi menyebalkan?"

"Eh? Bukannya dari dulu juga seperti itu?" Naruto memiringkan kepalanya. "Dia kan mantan neechan. Seharusnya neechan tahu, kan?" celetuk Naruto dengan wajah polos. Sementara kedua orang di sana terbatuk tanpa sebab.

"Apa? Aku tidak salah, kan?"

Sasuke dan Ruko menggeleng dengan wajah datar mereka.

Kenapa dia bisa-bisanya membahas itu? batin Ruko.

Apakah bocah ini terlalu polos atau semacamnya? batin Sasuke.

"Sebenarnya apa yang kau lakukan selama ini, Ruko?" Sasuke mulai mengalihkan pembicaraan. Naruto pun juga sepertinya tertarik dengan pertanyaan yang diberikan pada Ruko.

"Oh..." Ruko mengangguk sambil bersedekap. Ia tersenyum dan membayangkan sesuatu. "Aku berhasil membuat Taruho menemukan cintanya," jawab Ruko.

"Benarkah?"

"Tentu saja, Naruto."

Sasuke mengernyit. "Kukira kau memiliki hubungan dengan Taruho," cicitnya.

"Hah? Kenapa kau berpikiran seperti itu?" Ruko mendelik pada Sasuke. "Hatiku hanya untuk Raja Langit," ucapnya yang terlihat berbunga-bunga.

.

.

.

HAAAACUUUU

"Taruho-san, apa kau sakit?"

Pria itu tertawa. "Sepertinya tidak. Mungkin hanya debu," jawabnya.

"Benarkah?" Shion langsung memegangi sapu lidinya erat. "Maaf, karena aku―"

"Ah, bukan seperti itu maksudku!" Pria itu merasa salah bicara. "Yang penting aku baik-baik saja, Shion-san." Taruho meyakinkan dengan senyumannya.

"Hei, Taruho. Apa kau sedang merayu adikku?" suara seseorang dari belakang.

"O...oniichan?" Gadis itu terlihat salah tingkah.

Si kampret ini, batinnya.

"Shion, ada paket untukmu. Aku letakkan di depan."

"Ah! Ternyata sudah sampai?" Lelaki yang ia panggil kakak mengangguk. "Baiklah aku pamit dulu, Taruho-san."

Shion pun pamit dan pergi dari dua lelaki yang berada di sana. Tanpa Shion sadari Taruho memperhatikannya.

"Ck! Sampai kapan kau akan memandanginya?"

"Berisik kau, Jirou!"

Jirou tertawa. "Aku tidak menyangka selama ini kau hanya sibuk mencari Ratu sampai lupa mencari kekasih. Ah... pantas saja Ruko-sama memarahimu," ucapnya kemudian tertawa lagi.

Taruho memutar bola matanya dengan malas. Ia tidak membalas perkataan Jirou karena memang ada benarnya juga.

"Iya, iya. Tidak usah diperjelas seperti itu juga, Xian Li." Taruho dengan kesal menyebut nama pria itu pada kehidupan dulu. Ya, dia adalah salah satu kesatria yang bertugas menjaga Ratu.

"Aku hanya tidak menyangka saja seorang Kesatria Yao Xi bisa jadi seperti itu," balasnya dengan santai.

Orang yang disebut Xian Li memukul punggung pria itu lalu kembali tertawa. Taruho hanya meringis dan merutuki sosok sahabat yang pernah menjadi partner di kehidupan sebelumnya.

***

/18 Juni 2018/

Everlasting LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang