✭12✭

2.1K 358 39
                                    

Dingin

Gelap

Angin... angin dari mana?

Manik safir itu terbuka dengan perlahan. "Kenapa tubuhku sulit― Kenapa aku bisa berada di sini?" Bola mata Naruto kini terbuka sepenuhnya.

Naruto menatap ke sekitarnya dan terakhir tatapan ngeri ia arahkan ke bawah, begitu gelap. Pemuda itu menelan kering. Gamang pun melanda. Keringat dingin Naruto keluar, walau nyatanya di sana angin sedang berhembus.

Tubuh Naruto diikat pada tiang sebuah gedung yang begitu tinggi. Perutnya tiba-tiba mual dan pusing pun menyerang. Matanya berkunang-kunang saat memberanikan diri melihat ke bawah.

Naruto mendongak. Ia menghindari untuk melihat ke bawah. Pemuda itu mulai mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Bukankah ia sedang bermain kecebong di taman? Lalu setelahnya seseorang datang dan...

Percuma! Naruto lupa. Apa ia dihipnotis?

"Kau sudah bangun, boy?"

Telinga Naruto masih bisa menangkap suara seseorang di belakangnya. Suara itu pernah ia dengar di suatu tempat.

"Bukankah pemandangan dari sini terlihat indah?" Disentuhnya tengkuk Naruto yang penuh keringat. "Kenapa kau basah sekali?" Ia tampak mengernyit.

"Apa maumu?" Naruto ingat sekarang. Pria ini pernah datang ke cafe Kabuto tempatnya bekerja.

"Mauku?" Pria itu tertawa. "Aku ingin membalas Uchiha sialan itu. Akan kupatahkan kedua tangan Uchiha sialan itu, kemudian kakinya, dan terakhir akan kucincang dia" katanya yang membuat Naruto bergidik.

"Kau gila! Lepaskan aku, sialan!"

"Tidak, tidak. Sepertinya kau suka berada di sana, bukan?"

"Hah?" Naruto menggeleng tidak percaya. Bagaimana bisa ia berhadapan dengan seorang psikopat ini.

.

.

.

KRIEETT

Seorang wanita mengenakan hakama masuk ke sebuah ruangan. Dilihatnya ada seorang lelaki yang ada di sana sedang menuang teh.

"Ah, apa Anda telah selesai, Nona?"

"Iya."

"Aku membuat teh herbal. Apa Anda ingin mencobanya, Nona Ruko?"

Wanita itu tersenyum dan berkata, "Boleh."

Saat wanita muda itu menyesap teh tersebut, sosok pria yang masih terduduk di sana menunggunya. "Bagaimana? Apakah enak?"

Ruko tersenyum. "Ya. Buatanmu selalu nikmat sejak dulu." Diletakkannya gelas itu pada meja kecil yang berada di tengah-tengah Ruko dan pria itu.

"Hei, Taruho."

"Hm?"

"Aku mau pinjam charger handphone. Sudah berapa hari ponselku mati," pintanya.

"Oh, sebenarnya saya sudah menyiapkan di laci kecil itu, Nona." Pria yang diketahui bernama Taruho itu menunjuk sebuah meja kecil di pojok ruangan.

"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?" Ditatapnya dengan kesal pria itu.

"Kukira Anda sudah tahu."

Ruko berdiri dan melangkahkan kakinya menuju laci yang ada di pojok ruangan. Benar, terdapat charger dan beberapa barang lain di sana. Kebetulan di samping laci kecil itu terdapat stop kontak, jadi Ruko bisa langsung menyalakan ponselnya.

Everlasting LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang