Saying good bye

726 86 4
                                    

Recomended song: Ost. Great seducer by DK seventeen

Sooyoung baru saja keluar dari gedung SM saat tangan besar pria menyeretnya dengan setengah memaksa. Hampir seluruh wajahnya ditutupi dengan masker serta penutup hoodie. Namun mengingat ukuran telapak tangan dan rambut cokelat gelapnya yang keluar menutup sebagian dahi pria itu tak membuat Sooyoung berpikir dua kali untuk tau siapa pria yang berani menyeretnya itu.

"Ya, oppa? Eodiga?" Sooyoung menghentikan tubuhnya bermaksud agar pria di depannya itu merespon, namun yang terjadi malah tubuh kecilnya yang terhuyung kedepan sejurus dengan langkah besar yang pria itu ambil.

"Ya, Yook Sungjae! Hentikan! Kau bisa ketahuan." Bisik Sooyoung lirih, takut-takut suaranya lah yang membuat penyamaran pria ini terbongkar. Namun pria ini masih terus menyeret langkahnya beriringan dengan tangan pria itu yang masih melingkar di pergelangan tangan Sooyoung.

Pria itu lantas membuka pintu yang membut gemerincing lonceng terdengar bersamaan dengan daun pintu yang terbuka semakin lebar. Gadis itu langsung mengenali dinding ruangan bergaya cozy dengan hiasan poster dan mural yang ada di langit-langitnya. Pria itu masih belum buka suara seraya terus menyeret langkah gadis di belakangnya untuk melewati meja-meja di kanan kiri mereka.

Ah, pria ini menyebalkan. Sepanjang perjalanan Sooyoung memikirkan semua kemungkinan pertemuan nya dengan Sungjae. Ia berpikir angin apa yang membawa pria bermarga Yook ini untuk bertemu secara tiba-tiba, mengingat schedule pria itu yang tak memiliki celah barang sekejap itu.

"Duduk." Pinta pria itu dingin.

Sooyoung mengernyitkan dahi seirama dengan tangan kirinya yang kini lepas dari genggaman pria di depannya. Alis kirinya naik seolah berkata 'Ada apa ini?'

Pria itu menghela nafasnya frustasi, "Maaf, duduklah." Sejurus kemudian pria itu menekan lembut bahu gadis yang masih memasang wajah--kau-mau-apa--nya itu agar ia mau duduk.

"Pesanlah makanan." Pria--Ah, lebih baik kita menyebut namanya saja-- Sungjae, mendorong pelan daftar menu ke hadapan Sooyoung, namun gadis itu menggeleng lemah.

"Aku sedang diet,"

Sungjae menatap gadis itu setengah kesal, "Untuk apa lagi diet,Sooyoung-ah. Badan mu itu sudah mirip papan berjalan."

Sooyoung terkesiap mendengar perkataan Sungjae, bukan karena candaannya yang mengatakan bahwa tubuhnya terlihat seperti papan namun panggilan yang Sungjae pilih membuat dirinya bingung sekaligus senang.

Sooyoung-ah

Sedekat itu 'kah mereka?

"Aku masih harus turun 2 kilo lagi. Atau Siyeon-unnie akan menyuruhku sit-up 50 kali."

Dia menghela nafasnya kasar sambil mengacak rambutnya asal. Pria di depannya itu terlihat kesal dengan penolakannya tadi. "Kalau begitu pesanlah minum, kau tidak dilarang untuk minum 'kan?" Sooyoung menggeleng lagi namun mendorong daftar menu itu menjauh darinya.

"Aku tidak haus. Jika kau lapar, pesanlah. Aku sedang tidak ingin."

Sooyoung bisa melihat guratan kekecawaan itu tergambar lebih tebal di wajah pria yang hanya setahun lebih tua darinya itu. Lantas ia menundukkan pandangannya, tak sanggup jika untuk kesekian kali ia harus mengecawakan pria itu, Sungjae.

"Jangan menjauhi ku." Suara serak pria itu menembus pertahanan yang secara tak sengaja diciptakan oleh Sooyoung. Kalimat pria itu terdengar seperti kaset rusak yang berhenti dibagian itu. Terus terulang membuat isi kepalanya hampir pecah. Apa-apaan ini? Bahkan setelah empat tahun pria ini baru mengatakan apa yang dari dulu Sooyoung harapkan.

Sooyoung mengangkat wajahnya, ditatapinya Sungjae yang kini menatap matanya dalam, "Aku tidak pernah menjauhimu. Kaulah yang menghindar." Nada suaranya dibuat seringan mungkin. Sooyoung mengatakan hal itu dengan sedikit kekehan bermaksud agar pria itu tak berpikir macam-macam.

"Aku tidak menghindar, Sooyoung-ah. A-aku hanya i-ing--"

Sooyoung berdecak kecil sembari menyilangkan kedua tangan di depan dadanya, "Kau hanya ingin melindungiku. Alasan basi macam apa itu? Kau mengatakannya tiga tahun lalu tanpa memberi penjelasan dan setelah itu berakting seolah kau tak pernah mengenalku. Itu kah yang kau maksud 'tidak menjauhi mu' ?"

Sungaje menelan kembali kata-kata yang hendak ia sampaikan. Perkataan Sooyoung tadi seperti menyentak pikiran Sungjae. Apa ini salahnya? Apa kini ia yang terlihat menjauh? Dia hanya ingin menjaga saja. Tidak ada alasan lain. Semua demi gadis ini. Semua untuk Sooyoung. Namun tampaknya gadis itu tak mengerti.

"Bukan begitu Sooyoung. Kau tau kita ini idol, kita tidak bisa hidup bebas sesuai yang kita mau. Kau punya fans, begitupun aku. Aku tak pernah ingin fans ku menyakiti mu, aku hanya ingin melindungi mu." Sungjae berusaha membuat nada bicara nya serendah mungkin.

Sooyoung yang tak terima hanya memutar bola mata nya asal. Ia tahu ini terlihat kasar, namun hati kecilnya lelah terus diberi alasan kosong yang sepertinya akan terus terulang--setidaknya itulah pemikirannya-- kembali.

"Tapi bukan berarti kau harus bertingkah seperti orang asing saat bertemu dengan ku. Aku mencoba tersenyum pada mu, tapi kau lewat begitu saja. Kau selalu ingin melindungi ku, tapi kau juga yang selalu menjadikan ku terlihat seperti gadis murahan!" Suara Sooyoung terdengar bergetar dengan tatapan matanya yang nanar. Sayup-sayup Sungjae mendengar helaan nafas gadis di hadapannya itu untuk menahan tangisnya yang akan meledak. Ingin sekali rasanya ia mengusap pipi lembut gadis itu, namun kata-katanya tadi membuatnya berpikir ulang. Masih pantaskah ia menyentuh gadis itu?

Sungjae balas menatap Sooyoung lembut, "Maaf, aku tidak pernah berniat membuat mu terlihat seperti itu, sungguh--"

"Kau selalu begitu! Kau akan terus begitu! Aku selalu mencoba memahami sikap mu itu, berpikir mungkin kau terlalu takut untuk menyakiti siapapun, mengerti mungkin saja kau berada di posisi sulit. Tapi kenapa, kenapa selalu aku yang terlihat murahan seperti ini? Apa aku se-me-nye-dih-kan itu?" Nada suara Sooyoung terdengar meninggi dengan air mata yang kini tak mampu ia bendung lagi. Semua pikiran gila yang terbelenggu kini telah lepas, sampai kepada telinga yang ia harapkan mendengar kata-kata ini sejak dulu.

Udara terasa semakin berat bagi Sungjae. Dirinya bagai dipukul berulang kali setiap mendegar kata-kata yang membuatnya kalah telak. Sooyoung sesakit itu, batinnya.

"Maafkan aku Sooyoung-ah. Aku terlalu mengkhawatirkan mu, sehingga aku tak pernah sadar, semua itu malah membuatmu semakin terluka." Sungjae memberanikan diri menyentuh kedua punggung tangan Sooyoung yang terasa dingin itu. Namun baru sedetik tangan itu mendekapnya, Sooyoung cepat-cepat menarik kedua tangannya dari genggaman Sungjae.

"Jangan menyentuhku lagi. Aku tak mau terlihat seperti gadis yang sedang mengemis cintamu, Yook Sungjae!" Ujarnya kasar.

Sungjae terkesiap melihat gadis dihadapannya. Gadis itu menolak untuk pertama kalinya. Ia berusaha untuk menelan ludahnya namun rasanya bongkahan kerikil menyumbat kerongkongannya. Ada batu besar yang tiba-tiba menghimpit dadanya ketika sedetik kemudian gadis itu melingkupi wajah cantiknya dengan kedua tangannya--menangis sesegukan.

Sooyoung terus menangis sesekali mengeluarkan erangan-- pertanda bahwa bebannya terlalu berat. Tubuhnya berguncang, nafasnya naik turun tak beraturan membuat Sungjae tanpa pikir panjang segera memeluk gadis itu.

"Ku mohon jangan seperti ini oppa, kumohon~" ucapnya disela-sela tangisannya.

~Bersambung

*****

Hallooo~~~

Ini sebenernya oneshoot yang ku bagi dua biar ngga kepanjangan. Sebenarnya sudah mengendap lama dan pernah ikutin lomba ff apa lah daya penulis kacangan ini. So, selamat menikmati ff ini.

One Shoot Sungjoy CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang