When We Met Again (1/3)

726 77 12
                                    

Lampu terakhir di studio baru saja padam. Gadis itu sudah beranjak sejak dua jam yang lalu. Tubuhnya sudah terbang membelah jalanan kota Seoul yang sudah ia hapal di luar kepala. Padat dan sesak. Entah mengapa kondisi itu ditambah dengan langit malam yang pekat seolah sedang memperagakan hatinya yang kini tampak tak ada bedanya itu.

Padat. Sesak. Gelap. Dingin.

Kilauan lampu-lampu mobil yang berjalan berlawanan dengan mobilnya seolah menyoroti mata-mata sedihnya. Menghina gadis yang baru saja bertemu dengan pria sialan yang dulu sempat ia cintai. Kilauan itu dulu seterang senyuman gadis itu. Namun kini sepertinya lampu taman lebih cocok untuknya. Redup dan berdiri di tengah taman yang dingin.

Gadis yang lebih senang dipanggil Sooyoung dibanding dengan nama panggungnya oleh pria itu tampak merenung. 

Dia bertemu lagi.

Mereka bertemu lagi.

Namun, mengapa rasanya jadi menyakitkan?

****

(Dua minggu yang lalu)

Park Sooyoung, gadis itu memasukkan ponselnya ke dalam tas jinjingnya, bersiap untuk kembali ke dormnya. Cukup pekerjaannya untuk hari ini. Ia ingin lekas istirahat.

"Joyiah, ku dengar dua minggu lagi ada tamu  spesial untuk mu." Park Narae, wanita yang bermarga sama dengannya, sibuk membereskan barangnya.

Fokus Sooyoung terpecah, ia mengangkat pandangannya. "Nugu?"

"Entahlah. Rahasia katanya. Ya sudah, aku pulang dulu yah. Kau hati-hati di jalan." Narae melakukan ritual selamat tinggal-- khas perempuan sekali-- lalu melambaikan tangannya. Sebelum tubuhnya lenyap dari balik pintu ruang ganti mereka, dia meneriakkan sesuatu. "Kau jangan merindukan si Sungjae itu lagi yah."

"Yak Eonnie!"

Gadis itu menjadi kesal dan merampas tas nya kasar. Mendengar dirinya yang masih dikaitkan dengan maknae boygrup itu membuat dirinya jengah.

"Berhenti berbicara tentang nya! Kami sudah tidak ada project bersama lagi, Eonnie!"

Park Narae hanya tertawa melihat respon gadis Park yang lebih muda itu, "Aigoo. Arasso arasso. Aku tidak akan berbicara lagi tentangnya. Kau jangan pulang dengan wajah seperti itu."

Sooyoung hanya mengangguk lalu membawa tubuhnya keluar dari gedung mbc. Saat di pintu keluar dia menyempatkan waktunya sebentar untuk menemui fans nya yang masih menunggu dirinya dengan sabar. Bertanya apa mereka sudah makan atau belum. Apa mereka kedinginan atau tidak.

Gadis itu tertidur saat dalam perjalanan pulang. Perkataan sunbae nya tadi masih teringat di pikirannya. Sungjae. Sudah lama sekali sejak terakhir gadis itu menangis di pelukannya dua tahun lalu. Sudah lama sejak ia melihat senyuman pria itu. Rasanya semua baru saja dimulai. Namun mengapa 'bagian akhir'-nya datang terlalu cepat?

****

Sooyoung datang dengan pakaian kuning cerahnya. Narae sunbae bilang kemarin bahwa akan ada tamu special untuknya. Hitung-hitung menyenangkan orang yang katanya 'datang untuknya' itu, maka ia ingin terlihat lebih ceria dan manis. Namun semangatnya mendadak luruh saat dia mengetahui siapa yang datang.

BTOB BLUE.

Itu berarti Sungjae akan ada disana. Semangat dan keceriannya tadi mendadak diganti dengan perasaan cemas, takut, senang, sedih, grogi, ragu. Semua perasaan yang ada di dunia ini berkumpul menjadi satu membuat Sooyoung tak tau harus berekspresi seperti apa. Semua gelenyar aneh itu membuat dirinya mendadak diam.

Tidak. Gadis itu belum siap untuk bertemu sedekat ini. Saat mereka berdua bisa duduk dan saling berbicara satu sama lain. Dia menduga pasti sunbae-sunbaenya akan bertanya perihal dirinya dan Sungjae. Dia takut. Dia belum siap untuk itu. Dia belum siap untuk ditanyai. Lebih-lebih mendengar jawaban Sungjae tentang dirinya.

"Park Sooyoung. Kulihat kau gugup sekali hari ini. Apa sudah rindu dengan Sungjae?" Suara Jae Suk sunbae menghancurkan lamunannya tentang kegelisahannya hari ini. Ditariknya senyum kecil, ah apa dirinya terlalu terlihat gugup? 

"Aniya sunbae. Apa aku terlihat gugup? Aku hanya sedikit lelah. Syuting ku baru saja selesai tadi." Kilah Sooyoung.

"Ku pikir kau gugup tadi. Kulihat disini malah Narae yang bahagia ingin bertemu Sungjae."

Park Narae tertawa, "Kau benar, aku rindu sekali melihat dua manusia ini bersama. Kau tak rindu, Sooyoung-ah?"

Sooyoung terkesiap sejenak. Siapa yang tidak rindu setelah tidak berjumpa selama dua tahun. Memang secara teknis mereka masih terus bertemu diatas panggung. Sooyoung bertemu Sungjae terakhir kali di acara gayo daejun akhir tahun lalu. Tapi pertemuan yang benar-benar dikatakan sebagai sebuah pertemuan-- mereka duduk didalam satu ruangan yang sama. Dapat berbicara dan bertatap muka sesuka hati tanpa takut disorot. Berada dalam satu acara yang sama yang mewajari interaksi mereka-- ini adalah yang pertama kalinya. Demi ramyun yang baru saja dia makan tadi, Sooyoung benar-benar merindukannya.

"Biasa saja Unnie."

Park Narae menatap Sooyoung jahil, "Aigoo benarkah? Kau tak rindu sikap gilanya? Aku saja  yang hanya menonton kalian merindukannya. Bagaimana kau bisa biasa saja?"

Yoo Jaesuk menyahut, "Memangnya Sungjae segila itu?"

"Semua member BTOB memang begitu. Mereka heboh dan sedikit gila." Sooyoung terkekeh mengingat grup tempat pria itu bernaung.

"Berarti Sungjae juga gila?"

"Dia kadang adalah yang tergila dari yang gila. Dia kadang seperti anak kecil dan bertingkah aneh. Aku kadang terkejut dengan sikap anehnya."Jelas Sooyoung. Ah, dirinya jadi rindu hari-hari itu. Apa Sungjae juga merindukannya?

"Kupikir dia adalah pacar idaman. Bukannya perempuan suka pria yang humoris?" Tanya Jaesuk bermaksud untuk mengetahui respon Sooyoung.

Sooyoung yang sedang minum tiba-tiba tersedak, "Aniya, tidak seperti itu juga."

Seisi ruangan tertawa. Sooyoung menatap mereka bingung. "Wae?"

"Aku tidak bertanya padamu Sooyoung. Mengapa kau gugup begitu hingga tersedak. Aku tidak sedang bertanya tentang Sungjae padamu. Apa kau merasa begitu?" Jaesuk tertawa hingga matanya kecil sekali.

Sooyoung merasa malu, "Ah molla! Kalian selalu menggodaku."

***

Next chapter

Gadis yang bersinar laksana mentari pagi, berbaju kuning, itu memaikan jari-jarinya acak. Sempat menarik napas-membuang napas berkali-kali. Berusaha menjinakkan detak jantung yang kian lama kian liar ini. Berkali-kali jua dirinya mematut bayangannya di cermin, memaksakan sebuah senyum agar wajah groginya tidak terlalu kentara.

"Kau sudah cantik Sooyoung-ah."

Deg.

Seakan tidak percaya, kepala gadis itu sulit untuk digerakkan. Lututnya seketika berubah menjadi jelly.

'Tuhan, mengapa harus bertemu sekarang?'

Dirinya menoleh, didapati senyum teduh seorang pria. Ternyata........

"Kau belum sempat menjawab pertanyaan ku." Tanyanya acuh.

Dia mengernyit bingung, "Pertanyaan yang mana?"

"Ketika lagu ini berakhir...

Apa kita benar-benar berakhir?"

***

Hello, sekarang aku membawa threeshoot baru. Emang rencananya dibuat tiga part soalnya rada panjang. Saran dong, kalian maunya happy ending or sad? Rencana awalnya sih ini lagi-lagi bakal jadi sad sih. Tp tergantung request pembaca soalnya ceritanya juga masih belum end

One Shoot Sungjoy CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang