Epilog

77 5 2
                                    


"Aku lagi di Solo, nginap di Sahid." Suara telepon di seberang mengagetkan Nana yang sedang menemani mbahnya menikmati sore hari di teras rumah.

"Yang bener aja?!"

"Iya, bener. Kasi aku alamat kamu, besok kita pergi jalan-jalan."

"Rumahku dekat SMU 5, Nusukan, Banjarsari."

***

Nana nyaris tak percaya ketika melihat Ken di depan pintu rumahnya. Lelaki itu benar-benar ada di hadapannya saat ini. Baru juga libur pertengahan semester satu, tapi dia sudah datang menghampiri Nana. Padahal sebelumnya, dia meminta Nana untuk cepat pulang. Tak sedikit pun terlintas di pikiran Nana bahwa lelaki itu tak akan menunggunya dengan manis di Kota Padang, tapi justru memberanikan diri mendatanginya ke Kota Solo ini.

Ken menurut saja ketika Nana berkata hanya mau jalan-jalan jika Mbah Putri ikut dengan mereka. Otomatis, pilihan tempat jalan mereka menjadi tidak fleksibel, dan Pemancingan Janti di Klaten menjadi salah satu opsi yang menarik untuk di datangi.

Kenapa kamu foya-foya begini? Apa orang tuamu nggak marah?" tanya Nana saat mereka sudah duduk santai di salah satu pondok di atas kolam.

"Memangnya kamu nggak tau kalo Papa aku termasuk satu dari sepuluh pengusaha terkaya di Indonesia ini?" Ken menelisik.

Dahi Nana berkerut.

"Yang aku tahu, kamu di bully waktu SMP dulu," Nana tergelak di ujung kalimatnya.

"Ya, itu memang bener, sih. Tapi ... masa kamu beneran nggak tahu latar belakang keluarga aku? Kamu nggak pernah cari tahu? Nanya Rangga kek, atau kepoin akun sosmed aku," Ken penasaran.

"Emang penting, yah?" Nana sedikit menjauhkan diri dari Ken yang menunduk mendekatkan wajahnya pada Nana.

"Eh, Rangga!"

"Iya, Rangga. Kalian kan dekat. Masa iya kamu nggak pernah tanya-tanya tentang aku ke dia?" kejar Ken lagi.

"Bukan itu maksudku. Itu loh ... Rangga!" Nana membalik badan Ken dan mengarahkan kepalanya melihat ke arah yang sedang ditatap Nana.

Dua orang yang sangat mereka kenal sedang tertawa bersama, berjalan dari parkiran menuju ke lokasi pemancingan tempat Nana, Ken, dan Mbah Putri sedang duduk bersama saat ini.

"Aku nitip Mbah sebentar, ya!" Tanpa menunggu jawaban dari Ken, gadis itu segera berlari menuju ke arah dua sahabatnya yang sedang berjalan beriringan. Mereka berdua memang diterima di kampus yang sama, UGM, tapi tak sedikit pun terpikir oleh Nana bahwa mereka akan berjalan berdampingan suatu hari nanti.

"Hayooooooo, ketangkap basah kalian!" Nana mengejutkan Rianti dan Rangga.

"Eh, kenapa kamu bisa disini, Na?" Rangga terkejut mendapati Nana ada di hadapannya.

"Kalian yang kenapa bisa ada disini?" Nana balik bertanya.

"Ada kegiatan kampus di daerah ini." Rianti coba mengelak dari pandangan usil Nana.

"Sejak kapan kegiatan kampus anak kimia ke pemancingan? Memangnya kalian dah pindah ke jurusan perikanan?" Tawa Nana meledak.

"Ah, eh, itu ..." Rianti tergagap.

"Nggak sia-sia usaha keras kamu buat nambah tinggi badan ya, Bro." Nana mendaratkan tinjunya di lengan Rangga.

Teman main XOXO-nya di kelas itu sekarang sudah lebih tinggi daripada Rianti, meski belum menyamai tinggi badan Ken.

"Loh, itu Ken, kan?" Rangga akhirnya mendapati sosok Ken, tak jauh dari mereka.

"Ah, eh, itu ..." Gantian Nana yang kehilangan kata-kata.

***

[Yeay, selesai ontime sebelum lebaran 😘🤗. Makasi  banyak buat teman-teman yang udah setia ngikutin cerita ini ☺️. Semoga suka dan tercerahkan hari-harinya dengan perasaan "masa sekolah" yang mungkin aja terpancing karena baca cerita ini 😍]

[Mohon maaf lahir bathin, dan selamat lebaran buat yang merayakan 😇. Smoga smua amalan Ramadhan kita diterima di sisi Allah sebagai amalan-amalan terbaik kita selama hidup di dunia🙏🏻]

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang