"Bro, keluar dah, "
"Hm... " laki-laki tersebut hanya menggumam saat tahu teman karibnya menepuk bahunya. Sebut saja namanya Revan. Revan Azka Pranaja.
Dengan temannya yang akrab disapa Dito. Radito Purnama."Bentaran dah, ikut gue bentaran. Lo liat sebentar aja nanti silahkan lo pacaran ama tu buku lagi, " Dito menarik tangan Revan kasar. "No, " Revan menepis tangan Dito. "Ayolah, bentaran aja suer, lagi rame tuh di depan mading sekolah, " ucap Dito memohon. Revan hanya memutar bola mata malas. Sudah biasa ia mendapat sikap memelas dari temannya satu ini.
"Ck, gak penting buat gue, " Dito menatap Revan dalam-dalam. "Kalo lo liat mading, tugas osis lo bertambah. Nanti dapet pahala lo. Ayo, "Dito melangkah keluar kelas. "Ada-ada aja tuh anak, " dengan terpaksa, Revan menutup bukunya dan berdiri. Guna menyusul sahabatnya yang sudah lama ia kenal. Baru melangkah keluar, tiba-tiba...
"DOR!!". Dito mengagetkannya. Revan hanya menatap Dito aneh. "Yailah, kaget napa. Ngerusak ekspetasi lo, " Dito menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal sama sekali. "Gak penting. Mana tadi yang mau lo tunjukin," ucap Revan seraya berjalan lurus kedepan.
"Lo lurus aja terus. Nanti lo liat keramean disitu, "Dito terlihat menahan sesuatu. Bisa dibilang, menahan sesuatu di perutnya. "Lo kenapa? "
"Emmm.. Gue... Gue... Ah, bodo amat! Nanti gue jelasin! "Dito langsung terbirit menuju arah toilet. "Hhh, panggilan alam, "
Revan terus berjalan di koridor. Hentakan langkahnya terdengar nyaring. Tetapi langkahnya terhenti. Ketikaa melihat keramaian di depan mata.
"Heh! Gausah sok ikut campur lo! Ini urusan gue dan si culun ini! " ucap seorang gadis yang terlihat menoyor dahi temannya. Bella, si cabe SMA Satyanegara ini memang hobi memalak siswi yang menurutnya lemah. Seperti Hani, yang kini berada di hadapannya. "Ga masalah kali gue ikut campur. Toh, dia sekelas sama gue, "ucap seorang gadis penuh penekanan. Revan yang semakin penasaran, mendekat kearah keramaian. "Asli, unfaedah juga gue berurusan ama cabe model begini, "
"Siapa yang lo bilang cabe?! " Bella hendak menampar gadis itu, tapi gadis itu menepisnya kasar. "Tuh, gue bilang cabe lo ngegas. Berarti lo cabe dong, " Bella menatapnya tak percaya. "Satu lagi, bukannya bokap lo katanya pemilik perusahaan terbesar ya? Malu dong. Bokapnya kaya, tapi anaknya tukang malak. Ckck.. " ucap gadis yang bernama Rena. Pelan tapi menusuk hati.
"Gausah bawa-bawa bokap dong! Dan gue gak pernah malak! Si culun ini aja yang kurang ajar! Berani banget nyuruh gue! " tukas Bella dihadapan Hani. "Tapi gue juga nyuruh lo juga demi kebaikan lo, "bantah Hani lirih. "Diem Han, "
"Bel, lo tau gak? Dengan lo malak orang, itu gak bakal bisa memuaskan hati lo. Malah bikin malu tujuh keturunan, " Rena menunjuk kearah Bella. Sedangkan Bella tampak diam tak bergeming. "Kasian gue ama bokap lo. Capek nyari duit buat sekolah. Tapi yang disekolahin begini, "
Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi Rena. "Gue gak suka cewe kaya lo! Yang ikut campur urusan gue! Heh buluk! Gue tau! Lo kaya gini karena lo gak pernah dapet kasih sayang kan?! " Bella berteriak tepat di depan wajah Rena. Suasana semakin ricuh. Ditambah lagi Rena menarik kerah baju seragam Bella dan menatapnya tajam. Revan hanya menggeleng pelan. Berhubung dia adalah seorang osis, maka ini sudah pasti kewajibannya untuk meredakan pertengkaran. Tanpa mengucap apapun, Revan melewati semua siswi yang tengah mengelilingi tempat kejadian. Tentu saja, dengan modal wajah tampan, Revan bisa lewat dengan mudah. "Astaga, gue kesenggol Revan! " teriak seorang siswi yang sudah lama mengidap jomblo mungkin."Sorry, dilarang bikin onar di koridor, "ucap Revan diantara ketiga gadis yang sedang diliputi amarah. "Ah, Revan.. " Bella memasang tampang memelas di depan Revan. Berharap mendapat pembalasan. "Bisa? Nyelesain masalah tanpa kekerasan? "
"Tapi, dia duluan tau gak sih. Tiba-tiba kerah baju gue tadi ditarik. Ya kan temen-temen? " sebagian siswi mengangguk pelan. Takut mendapat karma yang setimpal dengannya. "Lo? Bisa gak gausah narik-narik kerah? Mau jadi preman? " Revan menatap Rena tajam. Rena hanya membuang wajah acuh. "Gue tau lo gak tuli, "
"Biarin aja Revan, hiks dasar buluk hiks dia bawa bawa bokap gue, "lirih Bella. Berharap mendapat perhatian Revan. Nyatanya? Tidak.
"Gak usah sok dramatis. Lo bertiga ikut gue ke ruang BK, sekarang, " perintah Revan. "Lo disini aja, " Rena menahan Hani yang membuntuti Rena dari belakang. "Kenapa? Ta-Tapi gue penyebab kalian berdua rusuh, " ucap Hani pelan seraya menunduk. "Lo gak salah, gak adil kalo orang gak salah diikutsertain, "
Hani hanya mengangguk. Dan melangkah semakin jauh dari mereka bertiga. "Kalian semua, balik ke kelas masing-masing. 1! 2!.." semua siswi berlari menuju kelas masing-masing.
*****
"Rena! Udah berapa kali kamu masuk ruang BK? " suara Bu Reny menggelegar satu ruangan. Bahkan, Rena sempat menutup telinganya. "Eummm.. Berapa ya? 5..7..9.." Rena mencoba menghitung. "Kamu! Gak ada sopan santun banget! " ucap Bu Reny murka. "Ya... Maaf, "
"Kamu tau, kan? Bella itu anak--"
"Anak perusahaan tertinggi. Bokapnya salah satu donatur terbesar sekolah ini. Bokapnya sering nyumbang ke sekolah ini. Trus ibu mau bilang? Jangan buat onar dengannya. Kalo gamau dapet masalah dari bokapnya? Sorry aja bu. Kaya miskin sama aja. Bakal balik ke tangan tuhan. Percuma sih kalo kaya tapi sikapnya ampas. Prestasi gak naik-naik. Hhh... " Rena mengusap wajahnya frustasi. Bu Reny hanya bisa menampilkan wajah prihatin. "Rena.. " Rena menoleh.
"Ibu tau, kamu itu pinter. Prestasi kamu juga meningkat semester ini. Tapi, akan lebih baik lagi kalo sikap kamu itu lebih dihalusin lagi. Jangan ambil tindakan kasar. Coba cari penjelasan yang lebih akurat. Inget kejadian yang lalu? " nasihat Bu Reny panjang lebar. "Saya inget, "
"Nah, ibu gak mau kejadian itu terulang. Coba ya kamu lebih halus lagi--" lagi-lagi Rena memotong ucapannya. "Iya, saya permisi. Makasih ceramahnya Bu Reny, " Rena bangkit dari duduknya dan keluar dari ruang BK. Setelah Rena berlalu, Bu Reny memijat pelipisnya. "Ya allah, punya murid kok gini-gini amat. Untung cantik,pinter, "
*****
"Bel, pulang ini jadi kan shopping? " tanya Terra, teman akrab Bella. Terra juga alay, sama kayak Bella. Tapi, Bella tetap ratunya. "Owh, jadi dong! Gue udah minta uang ke bokap gue, lho! Hihihi, " Bella terlihat cekikian di pojok kelas. "Wah, oke oke, "
"Yuk, cabut, " belum beberapa langkah mereka berbalik, tiba-tiba saja kepergok Bu Tari, walas kelas XI-C. "Ekhem, mau kemana tadi? Mall? Shopping? " selidik Bu Tari. Memang sudah menjadi peraturan SMA Satyanegara. Semua murid yang masih memakai seragam sekolah atau baru pulang sekolah, dilarang keluyuran jauh-jauh. Takut membawa nama baik sekolah. "A-Ah, itu.. Saya mau kerumah Terra bu. Soalnya i-ibu nya pergi, "
"Owalah, intinya jangan pergi jauh-jauh kalo masih pake seragam. Paham? " Terra dan Bella mengangguk pelan. Dan langsung ngacir keluar kelas. "Fyuhhh... Selamat, Bel... "
🍀🌹🍀🌹🍀
________________________________
Wohoo... Bikin cerita baru lagi Akuhh.. Ini sih sama aja kaya dear love ya.. Wkwk.. 😁😁Cerita sma. Intinya, apapun ceritanya, minumnya teh botol--e salah. Apapun ceritanya jangan lupa vote and comment yaa!! 😄😄
Sun dari jauh!! Muahh!! 😗😗
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush On
Teen Fiction•-TEEN FICT-•💕 Adalah rasa. Yang perlahan merekah tak kunjung mereda. Memberi efek luar biasa hingga rona memerah. Menciptakan duka,lara,bahagia dan tawa. Adalah cinta. Yang diam-diam menyulamkan benang cinta. Tanpa gema dan isyarat yang bersua. Be...