Entah kenapa siang ini kantin begitu ramai.
Murid-murid bergiliran mengantri. Kantin yang kadang sepi, mulai detik ini bak pasar di pagi hari. Ada yang makan bersama dalam satu meja. Tertawa diiringi suapan. Dan masih banyak lainnya. Tapi, disisi lain, seorang gadis hanya celingak-celinguk. Rena mencari bangku yang masih kosong. Entah dirinya yang malas mencari atau memang sudah penuh, Rena memutuskan untuk berhenti tengok sana-sini. Akhirnya Rena memutuskan untuk duduk di sebuah dinding yang pendek sebagai pembatas. Ia melahap mie ayamnya. Sesekali menyeruput minuman kesukaannya. Soda dengan tambahan susu kental manis. Enak katanya.
"Eummm...Rena, ya? " tanya seorang gadis membuat Rena sedikit kaget. Ia tak langsung menatap wajah sang penyapa. Tapi, Rena menatap dari ujung kaki hingga wajah. "Anjir, imut banget, " batin Rena seraya menganga. Tiba-tiba saja sikapnya langsung berubah 180°. "Siapa lo? " tanya Rena acuh.
"Eumm...Hani, " ucap Hani tersenyum. Rena masih setia dengan sikap acuhnya. "Kebetulan kita ketemu. Makan bareng yuk?" tawar Hani ramah. "Sksd banget, "
"Gue udah makan," Rena berlalu meninggalkan Hani yang tersenyum. "Eh tapi tadinya Hani mau traktir sebagai rasa terima kasih,"
"Gaperlu," tolak Rena mentah mentah. "Please.." Hani memohon dengan mata berbinar. Hani memang memiliki paras imut dan cantik. Matanya bulat,pipinya chubby,rambut panjang dengan poni lurus membuat image remajanya seakan akan hilang.
"Yaudah serah lo," ucap Rena berhenti dan berlalu lagi."Kalo begitu,pulang sekolah Hani tunggu ya di kafe yang di persimpangan," Rena hanya diam tak bergeming.
"Tunggu dulu,kafe di persimpangan... Cafe Zone? Set dah, mahal disitu coy," Batin Rena seraya menggeleng. "Padahal mah dia traktir gue batagor mang Andi aja udah alhamdulillah," ucapnya. Padahal,dalam hatinya ia begitu senang. Dia melanjutkan langkahnya menuju kelas. Bel istirahat memang masih ada waktu sekitar 30 menit lagi.Tapi Rena tidak menyukai keramaian di kantin. Akhirnya dia memutuskan untuk main handphone di kelas saja.
Di Kelas
Rena PoV
Gue langsung nyari tempat pw buat maen game. Kaya biasanya,mojok disamping lemari. Enak kalo disitu, bawahnya ac. Bisa nyender di lemari.Tempatnya ga terlalu sempit juga. Ada kursi kecil lagi. Begitu gue mencet tombol power di sisi hp,ada pesan. Seketika gue merinding. Mudah-mudahan bukan sisa kuota. Semoga jangan.Semoga jangan. Pas gue buka,
Pelanggan Yth,kuota internet anda tersisa 498 MB. Dan bla bla bla. Langsung gue kesel dewek. Kok bisa abis ya. Padahal gue cuma mainan free fire, sama aov. Tapi ya sudahlah, apa daya gue. Sebenernya disekolah gue ada wi-fi. Banyak malah. Tapi jaringannya lemot.
Gue mutusin untuk bangkit dari acara selonjoran di pojokan. Baru aja berdiri, tiba-tiba ada yang manggil nama gue.
"Ada disini yang namanya Renaya Asha?" ucap seorang siswa yang.. Ah,tadi ngebela cabe pagi-pagi. Gedeg gue. Gue ngangkat tangan gue. "Itu gue,kenapa?" jawab gue dingin. "Ikut gue ke ruang osis bentar," ucapnya lagi. "Sorry aja,gue gak buat salah lagi,"
"Bukan tentang kesalahan lo.Udah cepet," dia malah balik badan. Trus gak ada lagi di depan kelas.Kayanya udah jalan. Ya bodo amat lah.
"Eh Rena dipanggil osis juga lo," kata temen sekelas gue yang lagi nonton drama. Fangirl garis keras. "Buang waktu coy. Gue gak tau salah apa," ucap gue. "Bukannya salah lo banyak ya? Ahaha," dia malah ketawa pelan. "Gausah sok tau. Tawa lo serem.Kaya tante kunti.Ngik ngik gitu--"
"SIAPA YANG LO BILANG KUNTI HEH?!" malah ngegas.Ga peduli lah. Biarkan dia yang masih ngoceh sendiri itu. Saat gue mau balik ke pojokan lagi,
"Renaya,cepet. Sebelum bel masuk," si osis sialan. "Kalo gue gamau gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush On
Teen Fiction•-TEEN FICT-•💕 Adalah rasa. Yang perlahan merekah tak kunjung mereda. Memberi efek luar biasa hingga rona memerah. Menciptakan duka,lara,bahagia dan tawa. Adalah cinta. Yang diam-diam menyulamkan benang cinta. Tanpa gema dan isyarat yang bersua. Be...