#5- Teman?

32 5 0
                                    


Hepi riding! 😉

--------------------------------------------------

Rena tengah berada di balkon kamarnya. Dirinya tengah menggosokkan kedua telapak tangannya. Malam ini rasanya begitu dingin. Angin malam menusuk tubuh Rena secara perlahan. Membuat gadis itu kini memeluk tubuhnya sendiri. Salah Rena juga karena ia hanya memakai celana pendek selutut dan tanktop. Rena masih memikirkan perkataan Hani dan Devi dikantin tadi siang. "Apa gue terima aja ya? Tapi,terkadang temen itu cuma nyari kesempatan. Gue gak mau kejadian yang lalu terulang. Hhh... Maafin gue buat lo yang udah terluka..." Rena mengusap wajahnya gusar. Ia teringat kenangan pahit saat ia masih menginjakkan kaki di kelas 3 smp.

Flashback On!

Seorang gadis dengan perawakan cantik tengah berdiri didepan kelas. Tampak menunggu seseorang yang sepertinya begitu ia nantikan. Raut wajahnya terlihat senang begitu seorang guru keluar dari ruangan tersebut.

Dengan langkah pasti,gadis itu menghampiri seseorang yang nampak seumuran dengannya.

"Hey! Ara! Sini!" Ara tersenyum lebar. "Hai. Gimana tadi fisika nya Ren?" Ara menepuk bahu Rena. "Gila anjir! Guru gak punya ati Ra! Masa gue disuruh ngerjain 20 soal coba!" tukas Rena dengan suara lumayan keras. Ara terkekeh. "Guru gak bakal berlaku gitu kalo bukan karena sayang sama lo Renaa. Nih gue tebak yaa.... Eummn.."

"Apa karena lo main game di jam pelajaran? "Ara mengacungkan telunjuk pada Rena. "Woah anjay. Bisa tau lo, ntap euyyy," Rena tertawa lebar. Ara hanya tersenyum getir. Ia tak akan lagi bisa melihat tawa Rena selamanya. Ya,mungkin hanya beberapa hari.

"Loh? Lo kenapa? Sakit? " tanya Rena ketika menatap wajah Ara pucat. Ara menggeleng pelan. "Gak,gue gak pa-pa. Yuk lah kantin!" Ara memaksakan dirinya untuk tersenyum. Dan menarik lengan Rena untuk mengikutinya. Rena mengernyit. Sudah dua minggu lebih wajah Ara terkadang terlihat pucat pasi,sering izin ke UKS,dan yang lain.

Sesampainya di kantin..

Rena berbalik menjadi menggenggam pergelangan tangan Ara yang mulai kurus. Dan menariknya di pojokan. "Ada apa sih Ren? Kayaknya mau ngomong serius hehe," Ara mencoba tertawa.  "Kayaknya lo nyembunyiin sesuatu dari gue? " Ara tampak gugup. ' apa gue jujur aja? Gak! bakal ada waktu yang tepat buat ngomong ' batin Ara. Rena menatapnya lekat. "Eumm... Gue gak kenapa-napa ,Rena!"Ara mendorong badan Rena menjauh dan segera menjauh dari Rena.

"Tuh. Lo gak biasanya ,Ra! Please lah jujur ama gue,"

"Apa urusan lo sama gue!" bentak Ara pelan. Wajahnya memerah. Dirinya perlahan lari menjauh. Rena benar-benar bingung. Ara tidak seperti ini. Karena sudah agak lama mereka bersahabat. "ARAINA MARSHEL!!" teriak Rena hingga membuat Ara diam membeku. "GUE. GUE RENAYA ASHA BASKARA YANG PERNAH MELUKIS MIMPI BERSAMA LO! GUE YANG PERNAH JALAN BARENG LO!"

Ara menyunggingkan senyum pucat. "Maka dari itu Rena.. Gue..Gue.."

"Gue apa?" selidik Rena. "Gue takut lo menjauh setelah tau semuanya.." isak Ara perlahan terdengar. Orang-orang disekitar hanya menatap aneh keduanya. "Ara,lo sahabat gue! Apapun derita lo, derita gue juga! ," ucap Rena dingin. Ara hanya tersenyum kecil. Wajah dan bibirnya mulai pucat. Sayup-sayup pandangannya mulai tertutup. Tiba-tiba tubuhnya jatuh.

"Ara!!" Rena berlari mengejar sosok yang menemaninya dalam duka dan suka. "Lo-lo pada bantuin gue anjir! Jangan cuma ngeliat doang!!!siswa-siswa disekitar Rena hanya kebingungan lalu membantunya membopong Ara ke UKS. "Ara gak lucu Ra! Lo mesti bangun elah! UN belom dimulai!"Rena mengguncang bahu Ara yang lemas tak berdaya. "Ah,gue mesti kasih tau tante Rini!"

Crush OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang