"Nih,bisa diisi pendaftarannya disini,"
"Oh iya iya,"
"Nih,gue cabut yo," Revan mengambil secarik kertas form pendaftaran tersebut. "Iya iya! Tiati!" Revan tersenyum. "Anak ini. Masih sama aja kayak jaman SMP. Masih suka musik ya..." Revan menatap kearah langit biru. Sang baskara tampak malu untuk menampakkan cahayanya.
"Duh,gue gak sabar pulang dan ketemu Diana! " Revan tersenyum sendiri. Menciptakan suasana aneh bagi siswa yang hendak menfaftarkan diri.
"Eumm..ka-"
"Kalo Diana di rumah,gue suruh nginep ke apart aja kali ya? Hahaha. Ngajak nonton film horor oke juga. Pasti dia ngompol kYa dulu waktu masih sd," lagi,Revan senyam-senyum seraya terkekeh pelan. "Eumm...kak. Gue mau daftar sama temen gue,"
Siswa itu membuyarkan lamunan Revan. "Eh! Maaf ya. Siapa aja tadi?" tanya Revan dengan sigap menggenggam sebuah bolpoin diatas kertas.
"Gue sama temen gue kak satu lagi. Diwakilin boleh kan kak? Soalnya temen gue lagi ada urusan sama bu Reny,"
"Diwakilin gimana maksud lo?"
"Em..Yang ngasih kertas pendaftaran dia gue,bukan dia kak. Tapi yang ngisi dia kok," jelas siswa tadi. Revan hanya mengangguk pelan. "Oke,bilang ke temen lo,jangan lupa dateng seleksi. Lusa jam 9 di kelas musik. Jangan sampai telat. Buat materinya,bebas. Lo mau nyanyiin lagu apa aja. Syaratnya,lo dan temen lo harus punya setidaknya pengalaman main alat musik lah," ucap Revan menjelaskan. Siswa tadi hanya mengangguk pasti.
"Ah,bentar lagi bel. Yaudah yang mau daftar nanti lagi aja,jam istirahat kedua," Revan merapihkan sedikit kertas-keraa terrtas yang berceceran diatas meja. Meletakkan alat tulis pada tempatnya,dan tak lupa mengumpulkan kertas pendaftaran lalu memasukkannya kedalam laci.
Revan melangkah menuju kelasnya--XI-C,kelas sosial atau IPS. Begitu dirinya memutar knop pintu...
"ANJING AHAHA GEDE BANGET BRO GILAK!!"
"YEUUUU SABLENG! DOYANNYA YANG BEGITUAN!"
Yaa,kalian tahu lah. Siapa dalang dari dua percakapan diatas. Atau mungkin belum mengetahuinya. Sebut saja,Radito Purnama dan Rajendra Ilma. Dua sahabat Revan sekaligus tetangga dan sepupu. Ya,Radito bertetangga dengan Revan alias satu lantai apartemen dan kamar mereka berseberangan. Rajendra--panggil saja Jendra-- yang tak lain adalah sepupu Revan.
"Ck! Radito! Jendra! Ngapain lo berdua?!" tanya Revan geram. "Ehehehe..." Dito dan Jendra hanya bertatapan dan menyeringai bak kuda.
*-*-*-*
"Mamaaahhh~~~~"
"Iya?Kenapa Din?" seorang wanita paruh baya menghampiri anaknya yang menginjak kelas VIII. Sang wanita yang tak lain adalah ibunya sendiri mengusak rambut anaknya penuh sayang. Menghadirkan sabit penuh cahaya tanpa dusta.
"Emmmm...Liburan semester nanti...Mama ikut ke Jakarta kah?" tanya Diana penuh pertanyaan yang nampak dari kedua bola matanya. Sang ibu tersenyum simpul. "Mama gak tahu. Kita lihat nanti ya,"
"Ikut yah maaa? Katanya rumah sepi loh! Diana kangen rumah. Yaa maa?" walau umur Diana terbilang hampir remaja,ia tak segan untuk bersikap manja. Toh,ibunya sendiri. Bukan pacarnya (?).
"Hahaha ya sudah. Nanti mama usahakan ya?"
"Iyaa. Pokoknya,wajib! Ke puncak jalan-jalan. Diana juga mau ngedaki ke puncak gunung mah!" ucap Diana antusias. Ibunya hanya tersenyum. "Semoga Bang Rival nanti pas aku balik ke Jakarta udah punya anak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush On
Teen Fiction•-TEEN FICT-•💕 Adalah rasa. Yang perlahan merekah tak kunjung mereda. Memberi efek luar biasa hingga rona memerah. Menciptakan duka,lara,bahagia dan tawa. Adalah cinta. Yang diam-diam menyulamkan benang cinta. Tanpa gema dan isyarat yang bersua. Be...