"Jadi, namamu Satya?""Iya, Om, benar. Nama saya Satya."
"Katanya kamu guru? Guru apa?"
"Guru Bahasa Indonesia, Om. Alhamdulillah."
Hening.
Kentara sekali aura intimidasi dan kekepoan tingkat dewa pada salah satu makhluk hidup berwujud manusia--pria lebih tepatnya--yang tengah bersitatap itu.
"Rencanamu ke depan, apa?" Si pria berumur kembali buka suara, memulai tahap interogasi setelah keterdiaman yang panjang, selama hanya lima menit tadi.
"Menyelesaikan studi S2 saya, Om. Kebetulan sudah mau semester akhir, tesis sedang dikebut-kebut juga," jawab si pria.
Si pria berumur yang dipanggil 'om' tadi menelisik dengan laser mata tajamnya. Menatap penuh pada pancaran bola mata beriris cokelat tua yang tak lagi menundukkan kepalanya.
"Hmm... Lalu, setelah S2?"
"Melanjutkan kegiatan belajar mengajar seperti biasa, Om." Jawab si pria muda tanpa ragu. Mengajar merupakan kebutuhannya, tidak mengajar sama saja tidak belajar baginya.
"Guru tetaplah guru, ya."
Ini pernyataan, kan, bukan pertanyaan? Berarti tak harus dijawab. Benar? Batin si pria bertanya-tanya.
Terdiam cukup lama, akhirnya si pria memberanikan diri memberikan tanggapan.
"Iya, Om. InsyaAllah."
"Jadi, apa yang kamu bawa ke sini?" tanya si Om to the point.
Maksudnya?
Si pria muda bingung. 'Bawa' di sini maksudnya, apa?
Tuhan, apakah selain menciptakan wanita makhluk yang penuh kode, Engkau menjadikan bapak-bapak berumur menjadi saingan wanita dengan segala jurus pengkodean yang ada?
Di saat-saat seperti, tak butuh kata-kata manis. Tak butuh janji-janji berbuih. Yang dibutuhkan hanya keteguhan hati.
Kantap, Satya mengeluarkan suara setelah dilanda kebingungan.
"Saya hanya membawa keberanian dan ketulusan untuk melamar putri, Om. Menjadikan ia satu-satunya tempat berbagi, bahagia maupun duka. Menjadikan saya sebagai tempatnya bersandar. Juga menjadikan pernikahan kami sebagai penyempurna agama kami."
Bung! Kamu mengumbar manisnya kata-katamu, tadi! Dalam hati ia mendesis, menyesal sekali, astaga.
Pria tua kembali terdiam. Mencoba menerjemahkan untaian kalimat pria muda bernama Satya tadi, yang dengan lancang datang di malam hari ketika tuan rumah bersiap kembali ke peraduan. Yang dengan sopan berbicara menggunakan tutur kata baik. Namun dirasa sangat berani--berani-beraninya--melamar pujaan hatinya, putrinya, hartanya, dan bahagianya, tanpa 'persiapan' yang ia inginkan.
"Pulanglah. Anggap saja kedatangammu hari ini hanya kunjungan salah alamat," jawab si Om sambil berdiri, mengulurkan tangan ingin menjabat. Pengusiran secara halus.
Bahu yang tadi ditegakkan sempurna, turun tiba-tiba. Diiringi gemuruh jantung yang bertalu-talu menyesakkan.
Begini rasanya tertolak, mentah-mentah.
Rasanya tidak adil jika dia langsung menerima kekalahan tanpa kembali mencoba berjuang, setidaknya untuk saat ini. Kepalang basah.
Sebelum menjabat tangan si Om, Satya membuka kembali mulut. Namun saat suaranya sudah diujung tenggorokan, Ayah dari seseorang yang ingin ia lamar tadi, mencegah suaranya keluar dengan memaksa menjabat tangannya seraya berkata, "Terima kasih kunjungannya. Mohon maaf, kamu salah alamat. Lekaslah pulang, malam sudah semakin larut."
Satya terdiam, hatinya mencelos. Kalah telak, untuk hari ini. Daripada kembali terkoyak dan tak dapat berperang lagi--nanti, baiknya ia mundur teratur, membawa kembali perisai dan pedangnya, kembali saat pedangnya telah terasah sempurna dan perisainya sembuh dan kuat.
Dengan sisa-sisa keberanian, Satya menjabat penuh tangan calon mertuanya. Dalam keheningan malam, di depan pintu saat ia akan keluar, ia berkata dengan mantap, "Terima kasih waktunya, Om. Saya akan kembali lagi. Wassalamu'alaikum, Om."
Ck! Pemuda yang berani.
•••
.
.Wkakakakakak,
prolog apaan dah ini.
Maapin kalau gaje ya.
Ini serba pertama buat ogut. Semoga setelah baca prolog,
temen-temen jadi tertarik baca hahaha *tetep ngehasut :v*InsyaAllah akan selalu update. Ini idenya lagi ngalir banget, deres kayak air selokan pas ujan wkwk canda.
Makanya masukin library yaa biar kalian bisa baca tanpa payah searching lagi, dan bisa ngehujat yang baik-baik karya ogut.
*hasut lagi, hasut terus :v*Terima kasih!
C u soon, dear 😘❤Sumatera,
09:38 WIB | --.06.18,
Di depan tumpukan mangkok cuka,Arisa Anwar
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKA GURU
ChickLitNirwasita Banafsaj Shiddiq, putri seorang abdi negara, Ayahnya PNS tingkat provinsi, dan ibunya Guru yang juga berstatus PNS. Dengan latar belakang keluarga yang hampir ke semuanya adalah PNS, membuat ia tak habis pikir karena ayahnya tak ingin puny...