"Maaf sayang, aku lagi sibuk latihan nih""Hm, oke gak papa"
tut.
Felix mematikan sambungan teleponnya dan menatap jauh di atas rooftop, pacarnya lagi nongki sama temen temennya. Pake seragam sekolah, bukan olahraga.
"Hyunjin boongin lo,Lix?" gumam Jisung di sampingnya sambil ngelirik sahabatnya yang masang tampang datar.
"Sung, gue nginep apartement lo ya hari ini."
"Kapan pun lo mau, dateng aja. Apartement gue selalu terbuka 24jam buat lo" selanjutnya Jisung bisa ngerasain badannya remuk di tubruk sahabat oroknya.
.
.
.
.
"Jin, kok lo kibulin Felix? emang gak papa?" tanya cowok kebulean di depan Hyunjin.
"Sans elah, Felix gak bakal curigaan sama gue." jawabnya santai.
"Btw,Jin. Kok lo bisa putus dari dia terus ngejar ngejar Felix? " sekarang cowok bername tag Sunwoo yang membuka obrolan.
Hyunjin mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. Lalu dia menatap menerawang jauh kedepan,pandangan ke lapangan.
"Lo pikir gue pacarin Felix karna cinta? gak usah konyol. Gue udah mati rasa, waktu dia mutusin buat ninggalin gue. Tapi seenggaknya dengan gini gue bisa manfaatin Felix,"
Nggak tau aja mereka ada yang denger obrolan mereka di balik pintu dengan tangan yang masih menggantung ke gagang pintu. Sosok itu langsung berbalik dan menjauh dari sana.
"Gue gak nyaka lo sebrengsek itu,Jin".
"Sung, bentar lagi kelas dua belas kelulusan ya?" suara lirih Felix bikin mata Jisung terbuka lagi. Dia mengubah posisi tidurnya jadi menyamping menghadap Felix.
"Kenapa? Bukannya bagus, itu artinya lo gak bakal liat kak Changbin lagi."
Felix termangu mendengar ucapan sahabatnya, dia mulai mempertimbangkan sesuatu.
"Gue ragu sung" lirih Felix dengan nada putus asa, menarik atensi jisung.
"Lo dengerkan Sung pas Hyunjin boongin gue tadi," Jisung mengangguk.
"Gue gak ngerasa marah sama sekali. Iya gue kesel, karna dia boongin gue. Maksud gue bukan marah yang kayak -"
"Shht, udah. Gue paham. Itu artinya lo gak ada rasa sama Hyunjin."
Felix kembali diam, potongan potongan ingatan tentang Hyunjin kembali muncul di kepalanya. Dan dia menyadari bahwa rasa nyaman itu hanya sebagai sahabat. Iya, Felix tidak benar benar menaruh perasaan pada Hyunjin. Semuanya berbeda dengan Changbin.
Flashback on
Terlihat sepasang anak adam yang sedang berjalan bersama di trotoar. Yang lebih muda terdengar mengoceh sepanjang jalan. Sedang yang lebih tua hanya tersenyum menanggapinya.
"Kamu nggak capek ya ngomel mulu dari tadi? "
Felix menoleh kearah kakak kelas kesayangannya, lalu menggeleng polos. Mengundang usapan sayang dari yang lebih tua.
"Mau cari makan dulu nggak?" tanya Changbin.
"Nggak laper."
"Mau langsung pulang?"
Felix kembali menggeleng, pandangannya masih menjamah toko toko di sepanjang jalan. Sampai dia menarik tangan Changbin memasuki kedai es krim.
"Kak Changbin mau rasa apa?" tanya Felix yang dijawab gelengan oleh Changbin.
Setelah mendapat pesanannya dan membayar, mereka kembali berjalan pulang. Felix masih sibuk dengan eskrimnya, mengabaikan Changbin yang menatapnya gemas.
Tring!
Suara ponsel mengalihkan perhatian Changbin, ada sebuah pesan masuk dari ayahnya.
Papa
Bin, besok ada acara. Papa mau kamu ikut, tidak ada alasan
Langkahnya terhenti sejenak, membuat Felix ikut berhenti dan menatapnya heran.
"Kenapa kak?"
"Em, Lix kayaknya besok kakak gak bisa nemenin kamu ke perpustakaan kota. Tadi papa bilang besok ada acara keluarga. Sorry ya"
Felix mengangguk paham, dan mereka melanjutkan perjalanan pulang.
Changbin menatap pantulan dirinya di depan cermin, badan nya sudah terbalut setelan kemeja hitam rapi. Dikepalanya masih memutar percakapannya dengan kedua orang tuanya beberapa menit lalu. Mereka bilang ia akan ditunangkan dengan Seungmin, putra bungsu keluarga Lee. Sekaligus adik tiri Felix.
Tiba tiba bayangan Felix yang sedang tersenyum melintas di kepalanya, dia ingin menolak. Tapi kedua orang tuanya memaksa agar dia mau menerima pertunangan ini, terlebih sang ibu yang benar benar memohon padanya dengan mata berkaca kaca membuat pertahanan Changbin runtuh seketika. Dan tanpa sadar mengangguk menyetujui.
Saat pertemuan dengan keluarga Lee, Changbin bisa melihat wajah murung Seungmin dan jangan lupakan matanya yang sedikit sembab. Ketika tanpa sengaja tatapan mereka bertemu, disana dia bisa melihat Seungmin dengan semua keterpaksaan yang tak beda jauh darinya. Dia tersenyum miris, saat bayangan Felix kembali melintas di kepalanya.
Jika dihitung sudah genap dua minggu setelah kejadian malam itu, Changbin tak menghubungi Felix sama sekali. Bahkan dia enggan bertemu dengan Felix, begitu juga dengan Seungmin yang menjaga jarak dari kakaknya. Apalagi perubahan sikap keduanha membuat Felix frustasi.
Sampai hari ulang tahun Felix, dimana dia mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan di kepalanya. Dimana dia merasa bahwa takdir benar benar mempermainkannya.
Semua janji dan kenangan manis yang dia lalui bersama Changbin terasa amat menyesakkan sekarang. Terlebih dia mengetahui semuanya bukan dari kekasihnya sendiri. Ternyata memang benar, semua yang diawali dengan manis akan selalu berakhir sakit.
Sejak saat itu, Felix yang polos dan lembut perlahan menghilang. Tergantikan oleh sosok Felix yang kasar dan begajulan.
Flashback off
Jisung sedikit merapikan anak rambut Felix yang jatuh menjuntai menutupi wajahnya. Menyisipkannya kebelakang telinga, dan menatap wajah cantik sahabatnya yang dihiasi freckles yanv sedang tertidur pulas. Pantas saja jika kakak sepupunya tergila gila pada sahabatnya, Felix seindah ini.
"Kalo suatu saat nanti lo tau semuanya, lo tau kalo gue ikut andil disini. Apa lo bakal benci sama gue Lix? Gue tau semuanya, tapi ngerahasiain ini dari lo. " bisik Jisung dengan air matanya yang mengalir tanpa sadar.
"Gue emang sahabat yang jahat ya, gue cuma bisa nenangin lo padahal semua itu gak ada efeknya. Semuanya tetep kayak gini." hening beberapa lama sampai Jisung meredakan isakannya. Lalu beralih memeluk Felix.
"Tapi lo tenang aja, gue gak bakal kemana mana. Gue bakal selalu ada di samping lo, sampe drama ini bener bener selesai. Gue janji."
Tak berapa lama setelahnya suara dengkuran halus terdengar dari kedua makhluk manis itu, mengistirahatkan sejenak diri mereka dari kejamnya permainan takdir.
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Placebo |Changlix
Non-Fiction[complete] ft Minsung ❝ because no one else can see my wound ❞