Setelah kelulusan seungmin nanti kalian akan menikah, jadi jangan terlalu sering menghubungi felix lagi.
Kalimat itu terus berulang seperti kaset rusak di kepala changbin, ia menyeret langkahnya kembali ke apartemen setelah seharian menghabiskan waktu di kantor.
sesampainya di apartemen ia langsung membanting tubuhnya di sofa dan mulai memejamkan mata, ia lelah dalam artian yang sesungguhnya.
Tapi tak lama ia kembali terjaga saat mendengar suara ponsel.
"Jisung?" gumamnya sambil membuka voice note dari sang pengirim.
"kak changbin bisa pulang? keadaan rumah lagi kacau."
rasa lelah di tubuh changbin mendadak hilang berganti rasa gelisah. ia segera mengemas beberapa barang di ranselnya lalu bergegas meninggalkan gedung apartemen nya.
.
.
.
Kedua mata jisung terbuka saat silau mentari pagi menerpa wajahnya. Beberapa maid membukuk saat ia bangun.
"Selamat pagi tuan muda, kami sudah menyiapkan air untuk anda mandi. Satu jam lagi anda ada kelas home school"
Ah, jisung melupakan fakta bahwa saat dirinya kembali ke tempat ini ia adalah seorang tahanan.
ia mengusak rambutnya asal, lalu beranjak masuk ke kamar mandi.
"Bukankah tuan muda terlihat tampan." bisik salah satu maid yang di tanggapi oleh yang lainnya.
"Kurasa dia menggemaskan."
Jisung hanya memutar kedua bola matanya mendengar obrolan dua wanita dewasa itu.
yang tampan itu kak minho batinnya tanpa sadar.
Selesai bersiap - siap jisung turun untuk sarapan, disana sudah ada kedua orang tua nya.
"Selamat pagi sayang." sapa sang ibu sembari mencium kedua pipi putranya.
"Pagi ma, pa."
"Ayo duduk kita sarapan bersama."
Bukannya makan, jisung hanya memainkannya. selera makannya lenyap begitu saja, ia masih memikirkan sahabatnya yang entah dimana sekarang.
"Bagaimana dengan tawaran papa kemarin?" brian menatap putranya yang masih betah menunduk.
"Papa harap kali ini kamu mengambil keputusan yang tepat."
Jisung mengangkat kepalanya untuk menatap kedua orang tuanya bergantian.
"Jisung akan terima pertunangan itu, tapi papa harus menepati janji untuk membebaskan felix. "
Brian tersenyum puas mendengar jawaban putranya. "papa janji."
"Aku sudah selesai." Jiyeon menatap kepergian putranya dengan tatapan sendu, ia tau jisung sangat tertekan saat ini. Tapi ia sendiri tak bisa melakukan apapun untuk putranya.
Begitu sampai di dalam kamar, jisung segera menyambar ponselnya dan menelfon seseorang.
"kak minho, bisa kita ketemu di apartemen siang ini?" mati- matian ia menjaga suaranya agar tidak terdengar parau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Placebo |Changlix
Non-Fiction[complete] ft Minsung ❝ because no one else can see my wound ❞