Part 6

188 9 0
                                    

"Fin, kami sudah pesan ?" tanya Azar.

"Sudah" aku berkata pendek. Dan mendengar dia ber'oh'ria.

"Kalau begitu aku pesan dulu" kata Azar "Mbak, pesan baksonya satu sama es limun" teriak Azar. Pelayan itu mengangguk dan segera menyiapkan pesanan Azar.

Selama menunggu pesanan aku dan Azar hanya diam dan saling lirik. Tak lama kemudian pesanan kami datang. Aku segera menyendok kuah bakso yang ada di depanku. Begitupun dengan Azar. Ia kelihatan menikmati makan siangnya. Sedangkan aku tidak bisa makan dengan tenang karena Azar ada di sampingku. Ah.....apa sih yang terjadi padaku.

"Azar,apa setelah ini kau akan berlatih lagi?" tanyaku di sela-sela makan.

"Iya. Kenapa kau tanyakan itu?" tanyanya penuh selidik.

"Hanya tanya. Itu pasti sangat melelahkan" aku menjawab santai. Sekilas kulihat ada gurat kecewa di wajah Azar. Memangnya ada apa?

Setelah makan siang kami kembali kekelas dan membantu persiapan Festival. Rada dan Syely sesekali melucu dan membuatku tertawa. Aku menoleh kearah jendela dan melihat seekor kucing kecil berwarna putih dengan belang-belang kuning sedang duduk di dekat jendela. Mata kucing itu seakan-akan menyuruhku untuk pergi menemuinya.

Aku pun segera berlari kearahnya dan menggendongnya kehalaman belakang sekolah. Tanpa aku sadari ada seseorang yang mengikutiku sejak tadi. Dan dia sedang melihatku di belakang sekolah bersama kucing kecil itu. Yang tak lain adalah Sisil.

Sisil dengan sigap melompat dari tanganku dan mendarat di tanah. Lantas ia berubah menjadi wujud siluman kucing.

Azar pov

Aku melihat Fina berlari keluar dari kelas. Aku pun mengikutinya dan melihatnya menggendong seekor kucing kecil yang lucu. Lantas ia segera berlari dan berhenti di halaman belakang sekolah. Aku tidak mengerti apa yang di lakukan Fina di sini. Jadi aku memutuskan untuk mengintip dari balik pohon. Kulihat kucing itu melompat dari dekapan Fina dan mendarat dengan cepat di tanah. Lantas kucing itu berubah menjadi anak kecil dengan telinga kucing di kepalanya.

Aku yang melihat itu terkejut setengah mati. Dengan sigap aku membungkam mulutku sendiri yang hendak berteriak. Aku melihat Fina tidak terkejut sama sekali dengan kejadian itu. Aku bingung bercampur takut melihat itu. Tapi lihatlah Fina,dia malah menatap makhluk aneh itu sambil tersenyum. Lantas makhluk itu membalas senyum Fina.

Aku yang penasaran memilih untuk memperhatikan mereka. Dan menguping pembicaraan mereka.

"Astaga, makhluk aneh itu juga bisa bicara. Kuharap dia tidak melukai Fina" kataku pelan.

Aku yang mengkhawatirkan Fina bersiap akan memukul makhluk itu jika ia coba-coba melukai Fina. Tapi tanpa di duga-duga makhluk itu malah hormat di hadapan Fina.

"Sisil, apa yang kamu lakukan disini. Kamu seharusnya jangan menampakkan diri di jendela seperti tadi" Fina berkata pelan. Namun aku masih bisa mendengar perkataannya.

"Maaf tuan putri. Tapi saya membawa kabar penting" aku tercengang. Makhluk yang di panggil Sisil oleh Fina itu mengatakan Tuan Putri pada Fina.

Fina pov

Aku menatap Sisil dan tersenyum lembut. Sisil kemudian juga tersenyum. Lantas membungkuk hormat. Aku mengangguk dan Sisil kembali menegakkan badannya.

"Sisil, apa yang kamu lakukan. Seharusnya kamu tidak menampakkan diri di jendela seperti tadi" aku berkata pelan. Namun terdengar jelas.

"Maaf tuan putri, tapi saya membawa kabar penting" Sisil berkata hormat

"Bukankah aku sudah mengatakan jika kau tidak perlu memanggilku tuan putri, Sisil" Aku menatap Sisil tajam. Sisil bergidik ngeri melihatnya.

"Baik tu...maksudku Fi...Fina" Sisil berkata gagap. Aku menahan tawa melihatnya. Tapi sepertinya Sisil membawa kabar penting. Jadi lebih baik aku diam saja. Kulihat Sisil melirik sekilas kepohon besar di dekata kami. Ada apa? aku menoleh dan tidak melihat apa-apa. Sudahlah itu tidak penting. Yang lebih penting sekarang adalah mendengarkan peryataan Sisil entah tentang apa.

"Itu lebih baik Sisil. Jadi ada kabar penting apa?" aku bertanya pelan.

Sisil diam. Sepertinya dia sedang mencari pembuka kata yang bagus.

"Maaf tuan putri. Saya merasakan ada aura kegelapan di sekolah ini" Aku menahan napas. Ada apa lagi ini.....

"Dan aura itu lebih pekat dari milik Sasha. Kemungkinan besar ada seorang prajurit kegelapan di sini" ucap Sisil pelan.

"Prajurit kegelapan? Apa lagi itu?" tanyaku pada Sisil.

Sementara di tempat lain......

"Salam yang mulia Ratu" kata seorang prajurit

"Ada kabar apa Dean?" tanyanya dingin.

"Saya menemukan reinkarnasi dari putri Flora yang mulia Ratu" katanya sambil menunduk hormat

"Namun kedua pelayan pribadinya sudah lebih dulu menemukannya. Dan sekarang dia berada dalam penjagaan kedua siluman kucing itu" katanya melanjutkan.

"Kalau begitu kau pergilah kesana dan mata-matai dia" ucap Ratu dengan dingin.

"Baik yang mulia" kata Dean seraya pamit dan meninggalkan ruangan
Singgasana.

***

Azar pov

Jadi Fina itu seorang putri. Tapi putri dari kerjaan mana. Sekarang kan tidak ada kerajaan yang berdiri. Aku yang merasa bingung hanya berdiri di sana dalam diam. Tapi yang aku tahu Fina itu seorang putri dan makhluk aneh itu adalah pelayannya.

"Huaaaa.....aku bingung" kataku saat melihat Fina dan Makhluk aneh itu sudah tidak ada di sana lagi.

Aku pun juga segera pergi dari sana dan pergi kekelas. Saat di kelas aku melihat Fina sedang mengobrol dengan kedua temannya. Syely dan Rada. Aku terus menatapnya dan dia yang menyadari tatapanku menoleh. Aku hanya tersenyum melihatnya menatapku. Dan dia membalas senyumanku dengan manis. Aku segera memalingkan wajah. Kurasa kini wajahku memerah.

Fina pov

Aku merasa ada yang menatapku dan melihat Azar melihatku. Azar yang menyadari aku menatapnya tersenyum manis. Aku pun membalas senyumannya semanis mungkin. Lalu dia memalingkan wajah. Aku pun melakukan hal sama. Kurasa kini wajahku sedikit memerah.

Sebenarnya kenapa aku merasa malu saat tersenyum ke Azar. Kenapa jantungku berdetak kencang. Aku tidak mengerti apa yang terjadi.

Saat aku menoleh lagi Azar sudah tidak ada di sana. Kenapa sih aku kok berharap Azar akan tersenyum padaku?....

***
Bersambung.....

Another DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang