Part 19

89 8 9
                                    

Author's pov

Manda, Sisil, dan Mita terjatuh di sebuah sungai yang lumayan dalam. Kedalamannya kurang lebih sepuluh meter dengan panjang yang tidak terllihat.

Sisil dan Mita adalah siluman kucing. Jadi tidaklah mengherankan jika mereka tidak bisa berenang. Mereka perlahan tenggelam kedalam sungai. Mulai kehabisan napas dan kesadaran.

Sedangkan Manda sudah berenang dengan cepat menuju pinggir sungai. Walaupun tubuh Manda lemah, tapi jangan salah sangah dulu. Manda adalah seorang atlet renang yang sudah beberapa kali menjuarai lomba.

Saat itulah tiba-tiba cahaya yang terang tiba-tiba datang. Manda yang ada di sana terkejut. Bahkan Mita dan Sisil yang hampir kehilangan kesadaran juga terkejut.

Dua makhluk mungil bercahaya itu mengarahkan sulur-sulur tanaman yang berasal dari dalam hutan sebelah sungai untuk mengangkat tubuh Mita dan Sisil yang sudah tidak sadarkan diri.

Bukannya mengangkat atau melemparkan sulur tanaman itu, kedua makhluk itu justru dapat mengendalikannya dengan sebelah tangan mungil mereka.

"Mita! Sisil!" teriak Manda histeris saat melihat Mita dan Sisil tergeletak tidak sadarkan dalam belitan sulur-sulur tanaman yang bergerak sendiri.

Itu benar-benar membuat Manda mengkhawatirkan keadaan Mita dan Sisil. Apalagi saat dia melihat sulur-sulur tanaman itu membelit tubuh Mita dan Sisil yang tidak sadarkan diri. Manda tidak tahu jika bukan karena sulur-sulur itu Mita dan Sisil tidak bisa selamat.

Setelah sampai di pinggir sungai, sulur tanaman yang melilit tubuh Mita dan Sisil perlahan meletakkan mereka berdua di tanah yang tertutupi bebatuan kecil. Manda dengan cepat menghampiri mereka berdua. Namun sebuah cahaya terang membuatnya menolehkan kepalanya.

Manda membulatkan matanya. Dia tidak mungkin salah lihat. Di hadapannya ada makhluk yang benar-benar hanya ada dalam dunia fantasy dan imajinasi seorang penghayal. Manda gemetaran saat melihat kedua peri itu mulai mendekati mereka bertiga.

Kedua peri itu terbang perlahan ke arah mereka. Manda mundur beberapa langkah. Hingga sebuah batu membuatnya terjatuh. Manda merasakan lututnya terasa perih.

Dengan perlahan Manda berdiri sambil merintih kesakitan. Kedua peri itu tidak peduli dan terus terbang mendekat. Manda semakin ketakutan. Dia memejamkan matanya. Berharap semua yang terjadi hanya mimpi.

"Kavamivi tividavak avakavan mevenyavakivitivi kavaliviavan" salah satu peri itu berbicara dengan bahasa yang aneh. Dan yang lebih anehnya lagi, Manda dapat mengerti apa yang di ucapkan peri misterius itu.

"Benarkah? lalu bagaimana dengan sulur-sulur tadi?" tanya Manda.

"Bevenavar, kavau tividavak khavawavativir. Suvuluvur tavadivi avadavalavah yavang mevenyevelavamavatkavan meverevekava" kata peri berambut Merah.

Manda menghembuskan napas pelan. Setidaknya Mita dan Sisil baik-baik saja.

"Apakah di sekitar sini tidak ada rumah?" tanya Manda sekali lagi. Entah mengapa Manda merasa nyaman dengan keberadaan kedua peri kecil itu.

"Mavarivi ivikuvut kavamivi" kata seorang peri dengan rambut berwarna hijau yang di kepang dua seraya menunjukkan jalan.

Tapi sebelum itu kedua peri tersebut juga membawa Mita dan Sisil ikut bersama mereka. Kedua peri itu kembali mengendalikan sulur-sulur untuk membawa Mita dan Sisil. Sedangkan Manda hanya mengikuti dari belakang.

Mereka menyusuri sungai hingga sampai di sebuah rumah besar yang sudah tua. Namun masih terlihat bagus dan terawat. Rumah itu adalah bekas tempat tinggal dari Raja dan Ratu peri. Yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena perang.

Meninggalkan seorang anak perempuan yang baru berumur satu bulan dalam keadaan yatim piatu. Para peri kecil pun membawa bayi tersebut kebumi agar terjauhkan dari perang besar.

Kembali ke Manda….

"Semoga mereka berdua cepat sadar" gumam Manda. Kedua peri yang melihatnya hanya mengangguk sambil tersenyum penuh arti.

"Kavau bivisava mevenyevembuvuhkavannyava devengavan kevekuvuavatavanmuvu" kata peri berambut hijau. Sedangkan peri yang berambut merah hanya mengangguk.

[untuk percakapan selanjutnya akan menggunakan bahasa manusia. Bukan bahasa peri lagi]

"Haaa, apa maksudmu?" tanya Manda keheranan.

"Anda mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan. Kekuatan langit" kata si peri berambut merah.

Manda memiringkan kepalanya. Dia tidak paham dengan apa yang kedua peri kecil itu katakan. Manda sempat berpikir kalau dia juga punya kekuatan seperti Dean dan Romi. Tapi itu tidaklah mungkin. Karena dia hanyalah manusia biasa.

"Anda akan tahu saat waktunya tiba" kata peri berambut merah.

"Eh? oke. Apa kalian berdua ini peri?" tanya Manda sambil menatap kedua peri itu.

"Seperti yang anda lihat, kami adalah peri. Namaku Gly. Dan temanku yang ini namanya Rys" kata peri berambut hijau sambil menunjuk peri berambut merah.

"Aku Manda, dan mereka berdua namanya Sisil dan Mita" ucap Manda sambil tersenyum.

Sementara itu….

Fina terus menggerutu lantaran sifat Azar yang suka berubah-ubah. Hingga dia tak sadar kalau Azar berhenti berjalan. Membuat Fina menabrak punggung Azar agak keras.

"Ehhh, maaf aku tidak sengaja. Kenapa berhenti?" ucap Fina gugup.

"Lihatlah, ada rumah besar di sana" kata Azar sambil menunjuk sebuah rumah besar yang nampak sudah tua. Fina merinding. Dia paling takut dengan yang namanya hantu dan mistery. Fina berdo'a semoga Azar tidak mengajaknya masuk kedalam rumah tua itu.

Namun sepertinya do'anya tidak di kabulkan. Karena Azar malah mengajak Fina untuk masuk kedalam rumah angker itu. Fina sudah berusaha menolak. Namun Azar tetap bersikeras. Katanya mungkin kita bisa mendapat petunjuk.

Fina mendengus. Dia tidak mungkin menang berdebat dengan Azar.

Dengan langkah pelan keduanya mulai masuk kedalam rumah itu. Azar membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Untunglah pintunya tidak terkunci.

Mereka masuk kedalam rumah dengan pencahayaan yang terbilang gelap. Tapi tidak gelap-gelap amat. Mungkin kata yang cocok adalah remang. Azar menaiki tangga melingkar dengan Fina yang mengikuti di belakangnya.

Sebuah cahaya terang dari sebuah ruangan membuat mereka berdua penasaran. Mereka pun setuju untuk melihat apa yang ada di ruangan itu.

Azar dan Fina mengerjapkan kedua matanya berulang kali. Bukan karena sosok peri yang ada di sana. Melainkan sosok orang yang amat mereka kenal. Di ruangan itu ada Manda di sertai si kembar Mita dan Sisil yang terbaring di kasur tidak sadarkan diri.

"Kak Manda?" panggil Fina. Manda yang merasa dirinya di panggil pun menoleh.

"Fina, kamu ada di sini juga" ucap Manda.

Fina dengan cepat berlari menghampiri Manda dan memeluknya erat. Jujur, Fina merasa sangat senang dapat kembali bertemu dengan kakaknya itu.

Sedangkan Azar hanya menatap datar. Tatapannya tak juga beralih dari kedua peri yang ada di samping Manda.

"Kenapa ada peri di sini?" tanya Azar dengan aura mencekam.

"Tuh kan, berubah lagi sifatnya. Dasar pria!" batin Fina.

                                 ***

Oke selesai. Gimana ceritanya? Jangan lupa kritik dan sarannya. Kalau mau vote juga nggak apa-apa kok. Makasih….

Byeee….

Sampai jumpa minggu depan….



Another DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang