Part 13

99 7 5
                                    

Apa kalian akan naik atau tidak?!" tanya awan itu dengan ketus.

"Nih awan galak juga ya" ujar Dean saat naik keawan itu.

"Aku bisa denger loh" kata awan itu sambil menatap tajam Dean.

Dean hanya balas menatap tajam sambil duduk di atas awan. Di susul yang lainnya. Ketika Fina akan naik awan itu tiba-tiba berseru kencang. Membuat Fina yang akan naik segera mengurungkan niatnya.

"Tuan putri!" awan itu berkata kencang.

"Apakah anda benar-benar tuan putri Flora?" tanya awan itu.

"Emm, iya" jawab Fina dengan ragu. Jujur saja Fina saat ini masih bingung dengan sebutan tuan putri padanya. Jadi dia hanya bisa menjawab iya.

"Kalau begitu silahkan naik putri Flora" ujar awan itu

Fina hanya mengangguk. Setelah semua naik awan itu segera terbeng tinggi. Pemandangan dari atas sungguh luar biasa.Tapi jika sampai jatuh, nyawa pasti akan melayang. Bagaimana tidak. Saat ini mereka tengah berada di ribuan meter di atas langit.

"Apa kau punya nama?" tanya Fina pada awan itu.

"Namaku Cloudia yang mulia" kata Cludia dengan penuh sopan santun.

"Namaku Fina, tapi sepertinya orang-orang lebih suka memanggilku Putri Flora" kata Fina dengan nada sedikit kesal karena orang-orang memanggilnya Tuan Putri.

"Karena kau memang tuan putri" kata Claudia sambil tersenyum. Fina hanya tertawa menanggapi perkataan Claudia.

Kini di bawah mereka ada sebuah hutan lebat. Itu adalah hutan Devillia. Tempat tinggal para makhluk bayangan. Setelah melewati hutan Devillia, di bawah mereka di gantikan dengan padang rumput yang luas. Semuanya menatap takjub.

Tak lama kemudian mereka turun di sebuah desa kecil yang kelihatan tidak berpenghuni. Desa itu adalah perbatasan antara padang rumput tadi dengan Kerajaan Angin.

Semuanya pun turun dari atas Claudia yang dari tadi terus mengembangkan senyumnya. Mereka hanya terkekeh pelan melihat kelakuan Claudia. Yang tadi sanggat dingin, sekarang malah senyum-senyum nggak jelas.

"Terima kasih tumpangannya Claudia" kata Fina sambil tersenyum manis. Dia tak menyadari kalau senyum itu membuat dua orang di antara mereka menatap tak berkedip kearahnya. Tapi yang di tatap sama sekali tak tahu dan tak mau tahu.

"Sama-sama Tuan Putri. Kalau yang mulia butuh bantuan panggil saya saja dengan peluit awan" ujar Claudia seraya terbang kembali kelangit.

Mereka saling menatap satu sama lain. Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Kerajaan Angin. Namun letak istana masih jauh. Karena mereka ada di perbatasan. Sedangakan istana ada di pusat kerajaan.

Desa itu terlihat sangat sepi. Seperti tidak ada penduduknya. Fina bertanya-tanya dalam hati. Kenapa desa ini begitu sepi? Sisil pun mencoba untuk masuk kerumah salah satu penduduk. Tapi tidak ada seorang pun di rumah kecil itu. Yang ada hanyalah perabotan rumah yang terlihat tua dan di makan usia. Juga dua mangkup sup daging yang masih hangat di meja makan.

Sisil menghela napas. Tidak ada siapapun di rumah ini. Tapi kenapa ada sup di rumah ini? Sisil pun segera keluar dan menceritakan yang dia lihat barusan. Semua tampak sibuk berpikir hingga tak menyadari sesosok hewan buas tengah mengintai mereka dari balik semak-semak.

Hewan setinggi tiga meter dengan gigi taring tajam yang tampak keluar itu terus mengawasi pergerakan Fina dan yang lainnya. Bulu putih tebalnya terlihat bergoyang terkena sapuan angin. Hewan itu menggerang pelan. Membuat mereka yang masih tampak sibuk dengan pikiran masing-masing menoleh kesumber suara. Hewan itu keluar dari tempat persembunyiannya. Membuat tubuh setinggi tiga meter itu terlihat. Semuanya tampak ketakutan melihatnya.

Another DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang