Part 7

163 10 0
                                    

Fina pov

Sepulang dari sekolah aku langsung kekamar dan membaringkan tubuhku di kasur yang empuk. Aku memejamkan mata dan mengingat kejadian di sekolah hari ini. Entah mengapa aku merasa bahagia saat Azar tersenyum padaku. Aku membuka mata dan tersenyum. Tunggu, kenapa aku tersenyum ?

Aku kembali memejamkan mata sambil merasakan angin dari jendela yang terbuka. Aku merasa bahwa ada yang aneh dengan anginnya. Seperti angin itu berusaha berbicara padaku. Tapi dalam bahasa yang berbeda. Dan yang membuatku terkejut, aku dapat mengerti bahasa yang di gunakan angin itu. Mungkin ini memang sedikit aneh. Tapi aku benar-benar mendengar suara angin yang berbicara padaku.

"Halo tuan putri.... Lama tak bertemu" kata suara angin itu.

Aku membelalakkan mata. Bagaimana aku bisa mengerti apa yang di bicarakannya. Dan dia memanggilku tuan putri. Sama seperti Sisil dan Mita. Apa ini juga ada hubungannya dengan mereka berdua?

Aku membuka mata dan berdiri menghadap kejendela. Angin berhembus pelan. Tiba-tiba ada sesosok makhluk aneh yang melayang di luar jendela kamarku. Ia berbentuk seperti angin puting beliung kecil. Tapi bedanya makhluk ini memiliki mata, hidung, dan mulut. Dia berwarna putih dan terus melayang di depan jendela kamarku.

Aku refleks segera mundur beberapa langkah. Namun terhenti karena makhluk itu tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Dan angin yang berhembus pelan juga tiba-tiba hilang.

Aku terduduk di kasur. Bingung dengan apa yang terjadi. Aku mencoba untuk berdiri. Tapi kakiku terlalu gemetar. Bahkan tubuhku bergemetar hebat saat itu. Aku ketakutan. Ini melebihi ketakutanku saat berhadapan dengan Sasha. Ini seperti ketakutan saat aku kehilangan kedua orang tuaku. Aku yang tidak mengerti dan hanya memilih untuk diam. Aku tidak mau kehilangan orang-orang yang kusayangi lagi. Aku menangis dalam diam.

Tok tok tok....

Aku menoleh dan melihat Mita membuka pintu kamarku dengan wajah khawatir. Aku menelengkan wajah sambil mengusap pipiku yang basah oleh air mata. Ada apa ?

Mita melihat keluar jendela dan tersenyum. Ia kembali menoleh kearahku dan duduk di sampingku dengan senyuman yang belum luntur dari wajahnya.

"Apa tuan putri heran dengan makhluk itu ?" tanya Mita

"Makhluk apa?" aku menelengkan kepala. Tidak mengerti.

"Makhluk yang berbentuk seperti angin kecil " jelas Mita

"Sebenarnya makhluk apa itu Mita?" tanyaku antusias.

"Itu adalah makhluk penjaga kerajaan Angin. Sepertinya dia sudah menemuimu ya?" aku hanya mengangguk.

"Apakah tua putri merasa ada yang aneh?" tanya Mita

"Iya, aku tiba-tiba merasa ketakutan yang sangat mendalam akan kehilangan orang-orang yang kusayangi" jelasku.

"Karena makhluk tadi itu adalah partner dari putri Flora. Dia juga yang menyimpan memory putri Flora. Dan tadi dia baru saja memberikan kembali memory putri Flora pada tuan putri. Yang tadi itu adalah ketakutan terbesar dari putri Flora. Kehilangan orang-orang yang di sayanginya. Jadi otomatis tuan putri yang merupakan reinkarnasi dari putri Flora akan merasakan hal yang sama " Mita menjelaskan panjang lebar.

"Tapi kenapa aku tidak dapat mengingat kejadian masa laluku?" tanyaku pada Mita.

"Itu butuh proses putri. Tidak lama lagi tuan putri akan segera mengingat semua masa lalu putri" Mita tersenyum.

Aku hanya mengangguk kecil.

Author's pov

Gadis itu terlihat berjalan mondar-mandir di kamarnya. Ia sedang memikirkan sesuatu hingga lupa waktu. Kalau dia sudah mondar-mandir lebih dari dua jam.

"Huaaa.....sebenarnya apa sih yang terjadi.....?!" teriak Fina di kamarnya.

Fina pun akhirnya duduk di kursi meja belajarnya sambil memainkan pensil yang dari tadi ia pegang. Fina menghela napas kasar. Ia bingung dengan apa yang terjadi. Kejadian-kejadian aneh terus saja menghantui hidupnya sejak bertemu Sisil.

Bukannya dia membenci Sisil karena menyeretnya dalam masalah ini. Fina menganggap kalau ini sudah menjadi takdirnya. Kurang lebih begitulah pemikiran Fina saat ini. Tapi semua yang terjadi padanya benar-benar membuatnya resah, khawatir, dan takut.

Azar pov

Pagi ini sama seperti biasanya. Aku bangun dan pergi kekamar mandi. Membasuh wajah kusutku dan mulai mandi. Setelahnya aku segera memakai seragam sekolah. Aku memperhatikan bayangan diriku di cermin. Di sana aku sedang menata rambut dengan menyisirnya menggunakan tanganku.

Entah sejak kapan aku mulai memperhatikan penampilanku. Kurasa itu sejak bertemu dengan Fina. Saat ujian masuk SMP.

Flashback on

Aku berjalan mondar-mandir di dekat gerbang sekolah. Aku merasa bingung dan takut. Karena saat ini aku tidak mengenal satu orang pun atau tempat ini. Aku bukanlah asli warga sini, aku pindah kesini beberapa minggu yang lalu setelah kelulusan SD.

Dan pada saat itulah aku melihat seorang anak perempuan yang juga sedang berjalan mondar-mandir di dekat pohon cemara yang berada di depan sebuah ruangan. Yang aku yakini kalau ruangan itu adalah kantor tata usaha.

Aku berpikir kalau dia sama halnya denganku. Tidak punya teman di sekolah ini. Aku terus memperhatikan gerak-geraknya. Entah mengapa aku jadi semakin tertarik dengannya. Akhirnya aku pun memutuskan untuk mengajaknya berteman. Baru beberapa langkah aku berjalan, aku melihat dia sedang berjabat tangan dengan seorang perempuan.

Aku menghentikan langkahku saat melihat dia sudah mempunyai teman dan pergi begitu saja keruang tes untuk ujian masuk SMP ini. Aku merengut. Bagaimana tidak! Aku sudah kehilangan kesempatan untuk berteman dengan dia.

Pada saat itu juga aku mengikuti mereka berdua dari belakang. Kulihat dia tertawa mendengar lelucon dari teman pertamanya itu. Aku mendengus sebal. Seharusnya aku yang membuat lelucon itu. Tapi saat aku melihat dia tertawa, itu membuatku tersenyum tipis. Kupikir ini adalah senyum pertamaku. Karena sejak kecil aku terkenal sebagai orang terdingin di sekolah atau di luar sekolah.

Kurasa aku menyukainya....

Flashback off

Dan sejak itulah aku mulai menyukai Fina. Aku sering memperhatikan Fina saat di kelas. Karena saat kelas VII aku sekelas dengannya. Begitupun saat kelas VIII , aku juga sekelas dengan Fina.

Kurasa itu adalah sebuah keberuntunganku karena dapat satu kelas dengan Fina.

***
Bersambung.....

Another DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang