Part 20

142 5 7
                                    

"Kenapa ada peri di sini?" tanya Azar dengan aura mencekam.

"Tuh kan, berubah lagi sifatnya. Dasar pria!" batin Fina.

Fina dengan cepat mengalihkan pandangannya kearah Azar. Fina bingung dan sedikit kesal dengan perilaku Azar. Gimana tidak. Perilaku laki-laki itu selalu berubah dan tidak pernah tetap. Fina menatap Azar dengan lekat.

Azar yang merasa di perhatikan menoleh kearah Fina. Ia menaikkan sebelah alisnya. Seolah berkata "Ada apa?" Fina menghembuskan napas kesal melihat Azar yang sama sekali tidak peka.

"Kenapa sih Zar? kok gitu amat tatapannya?" tanya Fina tanpa mengalihkan pandangannya dari manik hijau muda itu. Seakan dengan menatapnya dapat membuatnya tau apa yang terjadi dengan Azar.

Azar tidak membalas. Ia hanya menunjuk kedua peri yang masih berada di samping Manda dengan dagunya. Sedetik kemudian Fina menoleh dan matanya menatap kedua peri kecil itu tidak berkedip.

"Pe….peri" gumam Fina.

Azar mengangguk pelan. Sedangkan Fina masih menatap kedua peri itu tanpa berkedip.
  
                                 ***
"Haaaaaa…."

Kedubrak!

"Aduh, pantatku sakit" ujar seorang pemuda berambut coklat terang sambil mengelus pantatnya.

"Diamlah, kau cengeng sekali pangeran Air. Ckckck" kata seorang pemuda dengan rambut oranye sambil berdecak.

Sedangkan pemuda yang satunya mendengus pelan sambil mengerucutkan bibirnya. Sifatnya sungguh kekanak-kanakan dan lebih mirip seorang perempuan. Apalagi dengan wajahnya yang bisa di bilang lebih mirip seorang perempuan. Juga dengan bulu mata lentiknya yang mempesona. Oke, back to story.

"Hei, lalu kenapa tidak kau saja yang memanjat pohonnya. Kau kan tau kalau aku paling tidak bisa memanjat pohon" ujar pria yang di panggil pangeran air itu mengebu-ngebu.

"Bukannya kau yang memaksa ingin memanjat" kata pemuda yang satunya sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Ehehehehe" ucap si pemuda berambut coklat terang.

"Dasar, emang pantas kamu di sebut oleh Fina ikan teri. Bukankah begitu Dean?" ujar Romi.

"Bisakah kalian berdua diam" ucap Leon dengan suara beratnya.

Dean lagi-lagi mengerucutkan bibirnya. Terlihat sekali kalau dia sedang kesal. Apalagi setelah ia terjatuh dari atas pohon.

Flashback on

Dean dan Romi terjatuh di sebuah tempat yang empuk. Entah tempat apa itu. Tapi tempat itu bisa menggerang. Membuat Dean dan Romi yang ada di atasnya refleks melompat kebelakang dan terjatuh ketanah.

"Sudah puas tiduran di badanku?" tanya Leon dengan aura mencekam. Membuat Dean ketakutan. Tapi tidak dengan Romi. Karena ia tidak terlalu menganggap serius perkataan Leon.

"Su….sudah" jawab Dean. Romi menyikut pelan lengan Dean yang ada di sampingnya. Membuat Dean menatap bingung kearah Romi. Sedangkan Romi melayangkan tatapan tajamnya.

"Sudahlah, sekarang kita ada dimana?" tanya Leon.

"Negeri Peri" ucap Romi.

"Haaa? Lalu bagaimana kita bisa sampai di sini?" tanya Dean sambil berteriak gelisah. "Nih orang bodoh atau apa" batin Romi dan Leon.

"Udah deh, lebih baik kita cari yang lainnya. Pasti mereka tidak jauh dari sini" kata Romi bijak dan di angguki oleh Leon. Sedangkan Dean masih bingung sendiri.

"Oke, kalau gitu aku akan panjat itu pohon. Supaya bisa lihat yang lainnya dari atas sana" kata Romi seraya bersiap memanjat pohon. Tapi Dean malah menghalangi Romi.

"Apa sih An?!" ujar Romi frustasi. Kalian pasti taulah kenapa Romi frustasi.

"Biar aku aja yang panjat. Nanti kalau kamu yang panjat terus jatuh gimana? Kamu kan nggak pandai panjat pohon" ujar Dean santai.

Romi menelengkan kepalanya. Perasaan yang nggak bisa panjat pohon itu Dean. Lalu kenapa dia yang malah di permasalahkan. Kan aneh. Atau emang karena otak Dean yang sudah geser. Bahkan mungkin juga karena otaknya udah di makan ulat.

Tak membiarkan Romi mengerti akan perilaku Dean barusan. Dia sudah memanjat pohon hingga tiga meter. Dean bahkan terus memanjat hingga tujuh meter. Lalu tiba-tiba dia terdiam. Dean menoleh kebawah. Lantas menelan ludahnya sendiri. Dean baru ingat kalau dia tidak bisa memanjat pohon dan takut ketinggian.

Dengan gerakan cepat Dean jatuh. Ia terjatuh dengan pantat yang terlebih dahulu mengenai tanah. Sungguh sial nasib Dean.

Flaahback off

"Hmmm" gumam Dean seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Romi dan Leon yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Sedangkan Dean masih setia menggaruk tengkuknya.

"Biar aku saja yang memanjat" ujar Romi seraya bersiap memanjat pohon.

Tak lebih dari lima menit, pohon dengan setinggi lebih dari dua puluh meter telah di panjat oleh Romi. Dan kini ia telah berada di pucuk pohon tersebut. Dengan mata tajamnya Romi memperhatikan sekeliling. Dan pandangannya jatuh pada sebuah pohon dengan ukuran yang tidak wajar.

Tingginya bahkan melebihi pohon yang kini di panjat Romi. Dan dengan diameter lebih dari sepuluh meter.

Romi menatap takjub pada pohon yang letaknya kurang lebih satu kilometer dari tempatnya berdiri sekarang. Tanpa membuang waktu, Romi segera turun dan mengajak Dean dan Romi menuju pohon raksasa itu. Karena mungkin mereka akan mendapat petunjuk tentang tempat ini.

Dengan mengendarai Leon, mereka sampai lebih cepat ke letak pohon raksasa itu. Mereka bertiga menatap takjub pada pohon raksasa itu. Batangnya yang besar dan terlihat keras itu menjulang tinggi hingga ke atas awan.

Namun ada yang aneh. Pohon itu tertutupi oleh salju dan bahkan ada beberapa bagian pohon yang beku. Tetapi yang tertutupi oleh salju hanyalah pohon raksasa itu. Sedangkan area sekitarnya tetap asri dan hijau.

Bukankah itu aneh….

Leon menatap pohon raksasa itu dengan wajah sendu. Ia teringat akan Negerinya. Negeri Nacea.

Negeri tempat tinggal kaum harimau salju.

"Salju ini….

                                 ***
Bersambung….

Oke selesai. Gimana ceritanya? Kritik dan saran dari kalian sangat aku butuhkan untuk ceritanya ini. Vote juga kalau suka.

Saya minta maaf karena part kali ini sangat sedikit. Hal ini di karenakan banyaknya tugas sekolah. Mohon di maklumi.

Makasih untuk yang sudah membaca cerita ini.

Arigatou....











Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang