Part 10

116 10 2
                                    

Tiba-tiba saja tiang listrik di dekat kami meledak dan akan menimpa kami. Aku memejamkan mata. Tidak ada yang terjadi. Lagi-lagi gelembung air ini datang lagi. Dan ternyata yang membuatnya adalah Dean. Kekuatan apa itu?...

Aku menatap lekat kearah Dean. Dean yang menyadari tatapanku lantas tersenyum lebar. Memangnya kenapa dia senyum-senyum lebar kayak gitu?

Tak lama gelembung air pun menghilang. Menyisakan sekolah yang porak-poranda. Entah bagaimana keadaan semua orang.

Dan apa yang mereka pikirkan tentang kejadian ini. Mungkin mereka akan berpikir kalau ini adalah ulah dari teroris. Tidak mungkin mereka akan berpikir kalau Ratu Kegelapan yang menyerang sekolah.

"Aku memang tampan kok" ujar Dean.

"Dasar ikan teri bau" kataku pada Dean.

"Gini-gini tampan kan" ujar Dean percaya diri.

Aku hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Dean yang tak jauh berbeda dari saat kami masih SD dulu. Bahkan mungkin malah semakin parah. Aku menghembuskan napas kesal.

Azar menepuk pundakku. Membuatku refleks berbalik dan menatapnya. Dia menunjuk kelangit cerah yang tiba-tiba berubah gelap. Pusaran atau apapun namanya itu, kini muncul di langit. Sama saat kemunculan Mita dulu. Tapi bedanya pusaran itu berwarna hitam kemerah-merahan.

Aku menelan ludah. Bagaimana kalau pasukan Ratu Kegelapan datang dan menyerang. Sisil dan Mita bersiap siaga. Begitupun dengan Dean dan Romi. Sedangkan aku, kak Manda, dan Azar hanya menatap bingung.

Lalu tiba-tiba muncul seorang laki-laki dari balik pohon. Entah sejak kapan dia ada di sana. Pria berambut hitam dengan warna mata senada itu menatap tajam kearah kami.

Membuatku bergidik ngeri melihatnya. Pria itu perlahan mendekat. Tapi tatapan tajam Dean membuatnya berhenti melangkah. Lantas ia tertawa angkuh. Aku menaikkan alis, apa yang lucu coba?

"Hahaha...lihatlah, bahkan pangeran dari kerajaan Air dan Tanah ada di sini. Oh, bahkan ada panglima Ellard yang setia melindungi tuan putri Flora" ucapnya angkuh.

"Berhenti berkata sombong!!" teriak Dean.

Pria itu hanya terkekeh pelan. Dan dari belakangnya muncul sesosok perempuan berambut kuning dengan gaun hitam yang menutupi tubuhnya. Ia menatapku datar. Sedangkan aku menatapnya tajam.

Sebenarnya siapakah mereka itu. Entah kenapa mereka mengenalku. Bahkan mereka juga mengenal Azar, Dean, dan Romi. Bukan itu saja, mereka juga tahu nama asli kami. Atau mungkin lebih tepatnya nama kami di masa lalu.

Mereka perlahan mendekat. Namun tiba-tiba puluhan bola air meluncur kearah mereka. Ini pastilah ulah Dean. Tapi mereka dengan mudah menghindarinya. Kudengar Dean mengumpat pelan.

Kini tanah bergemuruh dahsyat. Aku saja sampai hampir jatuh. Tapi untungnya Azar dengan cepatnya menangkapku. Dan tempat yang mereka pijaki tiba-tiba terbelah begitu saja. Namun mereka dengan mudah melompat dan menghindarinya.

Kekuatan apa itu? apakah itu adalah kekuatan Romi. Hanya ada satu kata 'WOW' kekuatannya hebat sekali. Tapi sayangnya mereka berhasil lolos.

Author's pov

Kedua orang itu menyeringai jahat. Fina yang melihatnya jadi bergidik ngeri karena itu. Begitupun dengan yang lainnya.

"Dean, serang mereka" perintah sang perempuan. Yang adalah Ratu Kegelapan.

"Baik yang mulia" kata Pria yang ada di sampingnya.

Seketika ribuan bola api meluncur begitu saja kearah Fina dan yang lainnya. Dean yang melihatnya refleks membuat bola air sebagai pelindung. Bola air itu terlihat bergetar saat menerima serangan bertubi-tubi dari pria itu. Yang namanya adalah Dean. Prajurit dari Kerajaan Kegelapan.

Tak lama bola air itu pun pecah. Membuat orang yang di dalamnya terpental kebelakang beberapa meter. Dean yang melihat ada kesempatan segera mengirim serangan. Kali ini ia menggunakan pedang untuk menyerang. Mita pun tidak tinggal diam. Ia juga mengeluarkan pedangnya dan menyambut serangan Dean.

Dentingan pedang terdengar keras. Mita menangkis serangan yang hampir mengenai dadanya. Ia segera menyerang balik dan berhasil melukai lengan Dean. Namun dengan cepatnya luka itu menutup. Mita melototkan matanya. Tidak pernah melihat hal sepeeti itu sebelumnya.

Dean pun tidak tinggal diam. Ia menebaskan pedangnya dan telak mengenai dada Mita. Fina, Sisil, dan Manda yang melihat itu berteriak histeris. Sisil yang melihat kakaknya tidak berdaya segera menyerang Dean dengan pedang kecilnya yang entah sejak kapan ia pegang.

Bukan Dean namanya kalau ia tidak pintar menghindari serangan. Ia bahkan cukup menggeser tubuhnya beberapa senti agar tidak terkena serangan Sisil. Mereka pun bertarung hebat.

Fina juga tidak tinggal diam. Ia segera menggendong Mita menjauhi pertarungan. Luka Mita tidak terlalu dalam. Tapi cukup membuat pemiliknya menggerang kesakitan. Romi yang melihat luka Mita segera mengambil obat dari sakunya. Itu bukanlah sembarang obat. Melainkan ramuan penyembuh.

Ia pun segera meminumkan ramuan itu ke Mita. Setelah meminumnya luka Mita berangsur-angsur sembuh. Membuat orang yang di sekitarnya menghela napas lega.

Di sana Sisil tengah bertarung cukup serius dengan Dean J (agar tidak bingung, yang Dean prajurit kegelapan itu di panggil Dean J). Sedangkan Ratu Kegelapan hanya menatap datar. Lain halnya dengan Fina yang menatap penuh kekhawatiran.

Sisil semakin terdesak. Karena kurang kosentrasi, kakinya terkena tebasan pedang Dean J. Romi yang melihat kondisi Sisil mencoba membuat sesuatu dengan elemen tanahnya.

Kemudian dari dalam tanah terbentuk sebuah raksasa golem.
Romi pun mengendalikan golem itu untuk menyerang Dean J dengan melayangkan tinjunya. Dean J yang tidak melihat terpental kebelakang karena terkena pukulan dari raksasa golem itu.

Dean J menyeka sudut bibir yang berdarah. Lalu dia berjalan tertatih kearah sang Ratu sambil menganggukkan kepala. Lantas ia dan Ratu hilang secara tiba-tiba.

"Pertunjukkan yang menyenangkan. Kami akan datang lagi" kata sebuah suara yang entah dari mana datangnya.

Semua orang yang ada di sana menghela napas lega. Setidaknya musuh mereka telah pergi. 'Untuk sementara waktu'. Namun tentu saja ini belum berakhir. Karena petualangan baru saja di mulai.

***
Bersambung....

Untuk yang membaca cerita ini saya berterima kasih yang sebanyak-banyaknya. Di mohon kritik dan sarannya. Juga kalau mau voment ya, kalau tidak mau juga ngga apa-apa kok.


Another DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang