WhatsApp (7.20 PM)
Kamu
Oyy
Dimana kamuAku
Drumah
Datang dah.Kamu
Yadaah
OteweBegitulah sekiranya percakapan singkat kita sebelum kedatanganmu. Kunjungan malam hari yang pertama kalinya, mengingat kamu memang bukanlah anak yang diizinkan keluar malam.
15 menit sebelum kedatanganmu aku bingung setengah mati. Pikiranku tak bisa tenang sama sekali. Dia akan datang, batinku.
Apa yang harus kupersiapkan? Ah, tidak ada. Apa yang harus aku bicarakan? Bagaimana ini? Tidak mungkin aku diam tanpa suara. Aku butuh tameng. Aku butuh pengalihan.
"Kak, Bunga akan datang" kataku kepada salah satu kakak perempuanku.
"Oh, iyaa. Datang aja" balasnya sambil mengutak-atik gadget miliknya.
Dia tidak tahu bagaimana sebenarnya hubunganku denganmu dulu. Yang dia tahu, kamu hanyalah teman baikku. Teman yang begitu dekat kepadaku. Seorang teman yang sangat sering menghabiskan waktu di rumahku. Kedatanganmu, sudah menjadi hal biasa bagi keluargaku dan tak jarang memang yang paling ditunggu-tunggu.
Baiklah. Setidaknya ada kakakku yang nantinya akan mencairkan suasana. Mengajakmu berbicara, entah tentang apa saja.
15 menit berlalu, kau pun tiba. Datang bersama adikmu, si Daun. Seorang adik yang sangat dekat denganku di dunia maya. Dan ini juga merupakan kunjungan pertamanya ke rumahku. Ada dua tamengku disini, lagi lagi batinku berbicara.
Hal beruntung lainnya, di rumahku sedang ada banyak tamu. Dari keluarga besar juga teman kedua orang tuaku. Akhirnya, kita hanya duduk di luar.
Canggung. Sangat canggung.
Tak ada yang berani bersuara.
Hanya sedikit senyum yang berani kita tampilkan.Beberapa menit berlalu. Kita masih saja gagu.
Sampai akhirnya kubuka percakapan, kepada Daun. Mengajukan beberapa pertanyaan perihal rencana kuliahnya. Mengalir beberapa ejekan. Selayaknya teman, kita biasa saja. Sindiran-sindirian kecil. Tawa-tawa ringan. Tingkah-tingkah kekanakan. Dan sedikit curi-curi pandang. Sering kali, mata kita bertemu tanpa sengaja. Kemudian dengan secepat kilat kualihkan. Kembali berbincang dengan Daun, kadang juga kepadamu. Tak berani menatap terlalu lama.
Tamu di rumahku telah pulang, kita pun berpindah. Kembali melanjutkan perbincangan hangat kita di dalam rumah.
Kamu sibuk dengan gadget milikmu. Terlalu asyik bermain game Helix Jump. Sementara si Daun terlihat begitu malu, mungkin karena adanya kedua kakakku. Untungnya, kakak-kakakku pandai membuka percakapan kepada si Daun. Mengalir lagi sebuah cerita, antara mereka.
"Game bae" kataku kepadamu.
Sengaja ku berkata begitu, hanya ingin membuatmu sadar. Hey, ada adikmu di sini. Ajaklah ia berbicara. Jangan sibuk sendiri.
"Lagi seru" balasmu tanpa menatapku.
Daun yang sedari tadi duduk di sampingmu hanya bisa memperhatikan saja. Pura-pura menikmati game yang kau mainkan.
"Game apaan itu. Kayak anak kecil" si Daun tiba-tiba bersuara. Mengejekmu yang terlalu tenggelam dengan Helix jump itu.
"Udah sampe level berapa?" kataku lagi. Sengaja. Hanya ingin membangun percakapan di antara kita, maksudku antara aku, kamu, Daun dan juga kakak-kakakku. Yaa, mereka juga menyukai permainan bola-bola itu.
"Seratus dua puluh tiga" balasmu yang masih fokus pada layar hapemu.
"Wew. Aku masih level 11. Baru donlod kemarin" kataku lagi.
"Sini aku mainkan" katamu tiba-tiba sambil mencoba merebut ponsel milikku yang tanpa sadar nyaris kuberikan begitu saja.
"Eh, nggak deh. Ntar aja aku mainin sendiri" balasku sedikit bingung.
Kamu menatapku. Entah, apa maksudnya tatapan itu. Apakah sebuah pertanyaan yang menggantung di sana atau hanya bentuk keheranan tanpa alasan. Terserahlah. Aku tak peduli. Untuk apa juga kubiarkan kau memegang ponselku?
Segera ku alihkan pandangan. Kembali kepada Daun. Bercanda bersama kakakku.
Menawari Daun makanan yang tersaji di depannya, kembali menuangkan minuman. Kemudian diam lagi. Hening sesaat. Tak ada kata-kata.8.57 PM
Sudah terlalu malam dan kamu belum juga beranjak. Aku kehabisan akal. Harus membahas apa lagi? Kebisuan kembali menyerang. Akhirnya, menyalakan tv. Menonton film India. Muncul lagi percakapan. Sudah pasti yang dibahas ya film India. Aku hanya diam, tak tahu menahu. Kamu, Daun dan kakakku yang asyik bercerita.
"Kita pulang ya. Udah jam 9 nih" katamu akhirnya. Sebuah kalimat yang memang aku tunggu-tunggu sedari tadi.
Hanya kubalas dengan anggukan dan sedikit senyum. Ku panggil kedua orang tuaku. Bersalaman.
.
.
Dan
.
.
Kau mencium tanganku. Eh
.
.
.Baiklah, umur kita beda 1 tahun.
Lebih tua aku. Oke, sekian dan terimakasih 🙊***
Jadi awalnya dia minta aku datang ke rumahnya pada tanggal 15 kemarin. Tapi yaa ituu, aku ga dateng. Baca (Kota ini dan Kenangan Tentangmu).
Dan akhirnya dia lah yang datang. Wkwkwk😂😂
***
Tentang kedatangmu pada 16 Juni 2018Dan aku baru sadar kalau itu ternyata malam minggu 😂
Asli, baru sadar sekarang. Tepat saat tulisan ini hendak ku publish😂Oke, sekian. Bye!
****
Nah kan, sekarang jadi lupa itu kejadiannya tanggal berapa. Ihss😑😑

KAMU SEDANG MEMBACA
My Diary
RomanceHanya curhatan belaka. Sebuah wadah yang kujadikan sebagai ajang menumpahkan segala gundah dan gelisah. Tentang resah. Tentang hati yang (masih) basah. Karena luka. Karena kecewa. Karena rasa yang (masih saja) ada. Dan aku tak mau menyebutnya sebaga...