Masih tentang aku dan perselingkuhan ini. Sebuah hubungan yang diam-diam kita jalani. Hal terberat yang pernah aku lakukan. Sementara kamu, dengan entengnya mengiyakan.
Aku dengan dia, masih seperti biasanya. Jarang ada sapaan. Nyaris tak pernah ada panggilan. Dan kita, tentu saja sedang sibuk-sibuknya membagi cinta. Bercerita tentang banyak hal. Me-reka ulang pertemuan kita di masa lalu. Tentang bagaimana cueknya kamu dan acuhnya aku. Atau tentang bagaimana dulu cara kita menatap satu sama lain. Tatapan tidak suka, menyiratkan kebencian pada sosokku. Katamu, caraku menataplah yang salah. Seolah-olah aku yang tidak suka menatapmu. Terlalu tajam dan menakutkan. Karena itu kamu lebih memilih untuk mengalihkan pandangan bila tetiba saja mata kita bertemu tanpa sengaja. Haha, lucu sekali bila aku mengenang hari itu.
Membahagiakan. (bukan karena selingkuhnya ya).
Itulah yang aku rasakan setelah tahu bagaimana sebenarnya kamu, yang ternyata tidak membenciku. Ada kesalahpahaman di dalam pandangan kita. Dalam pikiran kita sendiri. Aku salah menilaimu, pun kau salah mengartikan tatapanku-yang memang begini (bikin merinding. Ah lebay. Pokoknya gitu deh).
Kita mengalir menjadi cerita. Sebuah kisah baru yang tidak hanya tentang kita, tetapi
dia.Memiliki dua, haha. Sungguh itu sangat tidak menyenangkan. Selingkuh itu bukan keahlianku sama sekali. Ini berat. Karena itu aku harus memilih. Putuskan dan jangan menyesal, batinku.
"Aku akan pulang pada pertengahan Januari nanti" kataku.
Akhirnya, pertemuan itu akan segera terjadi.
Bila aku mengingat kembali masa itu, aku pasti akan selalu tersenyum. Bagaimana kamu yang begitu keukeuh ingin menjemputku di pul travel yang aku naiki-padahal kamu tidak begitu tahu di mana tempatnya. Sementara baterai ponselku sudah kian tipis. Aku harus segera ke rumah, sore menjadi kian gelap.
"Di mananya? Aku udah muter-muter dari tadi, sayang. Gak ketemu travelnya. Sekarang aku di deket bank Danam*on nih" terdengar suaramu dari seberang telepon. Lucu sekali. Padahal pul travelnya itu tidak jauh dari bank tersebut. Hanya berjarak beberapa toko.
Aku mulai merasa kesal. Ya Allah. Kalau gitu, ya mending langsung ke rumah aja. Gak perlu jemput. Ya gak? Hahaa.
"Yaudah, sayang terus lurus aja. Pul nya di sebelah kiri" balasku dengan 'sedikit' emosi.
Tasku berat. Wew:/
"Ih, gak ketemu. Sekarang aku udah di depan toko bangunan SS" balasmu lagi.
Yaelaaah, berlawanan arah banget. Kejauhan muter.
"Kamu tunggu di sana aja. Aku susulin" segera aku menyebrang jalan dengan rasa pegel yang udah kelewatan. Melewati beberapa toko dan akhirnya tiba di depan toko bangunan yang kamu maksud.
.
.
Dan
.
.
Di mana kamu?Fix, aku kesel kuadrat.
"Di mana? Kok gak di depan toko?" tanyaku yang kali ini dengan nada emosi. Lebih tepatnya aku gugup harus bagaimana. Ini pertemuan pertama kita🙊😂
"Tunggu, aku balik"
Dan, yeay. Hapeku mati.
Waktu itu, aku memakai masker. Sebuah tameng andalanku untuk menutupi berbagai ekspresi wajah.
Dari arah kiri, kamu berjalan pelan. Ragu-ragu. Memastikan benarkah itu aku. Dan terlihat juga bagaimana gugupnya kamu. Salah tingkah ketika tepat di hadapanku.
"Lama" kataku dengan judesnya. Hahaa
Kemudian, kuserahkan tas yang begitu berat-setelah menggantung di pundakku. Tanpa ba bi bu aku langsung duduk di belakangmu.
![](https://img.wattpad.com/cover/133158649-288-k681207.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Diary
RomanceHanya curhatan belaka. Sebuah wadah yang kujadikan sebagai ajang menumpahkan segala gundah dan gelisah. Tentang resah. Tentang hati yang (masih) basah. Karena luka. Karena kecewa. Karena rasa yang (masih saja) ada. Dan aku tak mau menyebutnya sebaga...