Di kediaman ibuku
Ada tali-tali sendu hinggap di sana
yang bergelayut di pelupuk matanya
Menanti kabar baik Tuhan sembari menanak nasi untuk suami dan anaknyaDi kediaman ayahku
Ada jerami-jerami keringat di sana
Yang menyilau pipi renta kian terbakar sebab terik saat bekerja
Hanya sekali mengeluh padaku sebab nafas yang kian mahal, lalu tak pernah lagiDi kediaman ini, kurasa aku tak sendiri
Ada wajah laki-laki yang tak pernah nampak di hadapku
Juga wajah perempuan yang sungguh mata dan hidungnya adalah milikku
Tapi sedetik saja, wajah-wajah itu menghilangLelaki itu, kata ibu, adalah putra pertamanya
Menetap di istana megah sejak dulu
Menunggu Ibu, Ayah, kakak, dan adik menjenguknya
Menanti bekal yang disantapnya selepas petangDengan doa-doa yang indah, kata ibu, Tuhan menjaganya tiap waktu
"Aku tak pernah melihatnya,bu"
"Anakku pergi sebelum anakku datang. Kau tak mengenalnya
Sungguh anak-anakku tak berjodoh"Lalu, kata ayah, perempuan dengan mata dan hidung seperti milikku itu, dia anak perempuan pertama ayah
Pakaian yang ku ambil di lemari, kata ayah adalah pakaian miliknya
Pipi tembem yang ku miliki jugalah ada padanya"Kau hampir tak mengenalnya, nak"
"Ah, Ia sering mengirimiku mainan"
"Apa kau menyukai bermain tanpa teman bermain, nak?"
"Kurasa, tak mengenal dan hampir tak mengenal ini menyedihkan, Tuan"-wanabra-
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa?
PoetryJika ingin tahu tentang "siapa?", dirimulah jawabannya. _ Terima kasih untuk kedatangannya, semoga bahagia ❤ Semoga sesuatu yang baik membekas di hati teman-teman selama dan setelah membaca tulisan-tulisan ini 😄 Salam sayang dari Wan...