40. Sebuah Usaha Melupakan

3.2K 506 31
                                    

"Kakak aja deh yang minta. Aku males ketemu Reynan."

---000---

Selama ini Vania merasa sudah cukup sabar menghadapi sikap dingin Reynan. Vania tidak pernah menuntut apa pun darinya. Yang Vania inginkan hanya waktu untuk bersama dan Reynan sejenak meninggalkan kesibukan organisasinya. Tapi dia tidak pernah melakukan hal itu!

Selama ini Vania diam, Vania bertahan, dan bersabar karena dia yakin suatu saat Reynan akan berubah. Tapi kenyataannya, Reynan dengan mudahnya mengakhiri semuanya tanpa memberi penjelasan apa pun.

"Dasar Brengsek!"

Hari ini Reynan telah sukses membuat Vania terbang tinggi kemudian dengan sadisnya Reynan menjatuhkan Vania. Ternyata itu adalah ngedate pertama dan terakhir kalinya Vania dengan Reynan.

---000---

Ternyata bukan hanya Vania dan Reynan saja yang putus, Keyla dan Tristan pun seminggu lalu juga baru putus. Setelah putus dari Tristan si Keyla sudah punya pacar baru lagi dan kali ini tidak tanggung-tanggung, pacarnya adalah kakak kelas. Namanya Aga, kelas dua belas IPS 3. Anak basket. Sepertinya Keyla akan memulai debutnya menjadi playgirls di SMA Sakar. Sementara Tristan, dia masih saja mengejar ngejar Keyla dan minta balikan.

Mata Vania tidak sengaja melihat sosok Reynan yang tengah mengangkat kardus-kardus air mineral gelasan ke dalam aula untuk dibagikan kepada peserta didik baru yang sedang dalam masa orientasi siswa. Kapan Reynan bisa lepas dari semua kesibukannya itu. Membiarkan tubuhnya beristirahat sebentar saja.

"Lo pikir gue mau temenan sama Vania? Ya nggak lah!"

Mendengar namanya disebut dengan nada tinggi membuat Vania akhirnya memilih diam di ambang pintu.

"Sumpah ya Wan, kalau bukan karena popularitas gue ogah kali temenan sama dia!"

"Gara-gara gue temenan sama dia, followers Ig-gue jadi tambah banyak. Gue juga cukup populer di sekolah ini dan gue jadi gampang cari cowok! Selain itu ya, uang jajan gue sering utuh karena jajan gue sering dibayarin Vania." Keyla terkikik.

"Lama-lama gue gedek juga sama tingkahnya, tapi gue kuat-kuatin temenan sama Vania. Dia itu maunya menang sendiri, mana ada dia mikirin perasaan orang lain."

"Vania itu sukanya nyuruh ini-itu lah, dia pikir gue babunya! Manja banget sumpah! Dia itu cuma menang tajir sama cantik doang. Otaknya mah cetek."

Plak

Vania melayangkan sebuah tamparan di pipi Keyla. "Mu-na-fik!"

Vania menangis. Selama ini seseorang yang sudah dia anggap sebagai teman baik ternyata dia hanya memanfaatkannya. Kalau Keyla benci padanya setidaknya dia bisa bilang kan dari awal, Keyla tidak perlu menjadi temannya, Vania juga tidak memaksanya untuk berteman. Di depan Vania saja Keyla bersikap baik, tetapi di belakang Vania dia menjelek-jelekan Vania. Dasar munafik!

"Vania!"

Vania menyeka air matanya kemudian dia menoleh. Seorang gadis bermata hazel yang lebih tua satu tahun dari Vania berlari kecil menghampirinya. Gadis itu menyerahkan stopmap berwarna biru pada Vania.

"Mintain tanda tangan Reynan disini. Fathan kan lagi ke Bandung, jadi tanda tangan wakil ketua PMR aja."

"Kakak aja deh yang minta. Aku males ketemu Reynan."

"Males ketemu Reynan apa males ketemu mantan?"

Vania mencebikan bibir.

"Gue nggak mau tau pokoknya besok itu proposal udah ada tanda tangan Reynan!" Gadis itu pergi meninggalkan stopmap biru berisi proposal ini di tangan Vania.

Satu-satunya tempat pertama yang Vanis tuju untuk menemukan Reynan adalah di ruang OSIS. Saat Vania masuk, ruang OSISnya kosong. Hanya ada beberapa kakak kelas yang masih asing baginya.

"Kak tau Reynan kemana?" Tanya Vania pada salah seorang pengurus OSIS.

"Dia udah pulang."

"Tumben cepet amat."

"Setelah acara selesai dia langsung pamit pulang, katanya nggak enak badan."

"Ouh... yaudah makasih Kak."

"Yoi."

Tanpa mampir kemana-mana lagi Vania langsung ke rumah Reynan. Kebetulan sekali saat di gerbang Vania berpapasan dengan Rendy yang juga mau pulang, jadilah Vania nebeng.

Butuh waktu sekitar lima belas menit untuk mereka sampai di komplek perumahan Rendy. Saat sampai rumah pun Rendy langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya, katanya dia mau ganti baju. Sementara Vania duduk di sofa ruang tamu menunggu si Bibik memanggilkan Reynan.

Karena bosan hanya duduk-duduk saja Vania membuka-buka beberapa buku catatan Reynan di meja ruang tamu yang belum dia bereskan. Tidak sengaja sebuah kertas yang terselempit di halaman tengah buku terjatuh.

Ada logo suatu instansi rumah sakit di atasnya. Vania yang penasaran akhirnya mengambil kemudian membuka isi surat itu. Itu adalah laporan test kesehatan dari Medika Hospital. Tangan Vania gemetar setelah membaca laporan test itu.

Reynan Fernando Tores positif mengidap HIV.

CRUSH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang