17. Pengroyokan

3.7K 580 16
                                    

"Udah tau sakit ya jangan dipencet-pencet!"

---000---

Hari ini Vania pulang lumayan sore karena tadi dia ikut ekstrakurikuler PMR dulu setelah jam pulang sekolah. Jalanan di luar sekolah lengang karena mayoritas murid sudah pada pulang.

Shiiit...!

Mobil yang dikemudikan Mang Ujang tiba-tiba berhenti mendadak hingga membuat Vania terhuyung ke depan.

"Kenapa Mang?"

"Ada yang berantem di depan Neng. Aduh... itu dikeroyok Neng!"

Vania yang penasaran melongokan kepala melihat keluar jendela. Ada beberapa motor terpakir dan si empunya motor pada berantem. Kalau Vania hitung ada sekitar lima sampai tujuh motor. Mereka semua pada berantem, adu jotos.

Vania ternganga melihat salah satu motor yang sangat familiar di matanya juga terparkir di sana. Itu Rendy!

"Mang Ujang putar balik aja dech Neng..."

"Eh? Jangan Mang."

"Tapi neng--"

"Vania bilang jangan! Tunggu dulu aja."

Rendy dikeroyok oleh murid yang juga berseragam putih abu-abu. Entah itu dari SMA mana Vania tidak tahu. Miris rasanya melihat Rendy dikeroyok seperti itu. Rendy kewalahan melawan mereka yang jumlahnya lebih dari tiga orang. Beberapa kali Rendy bisa menghindari pukulan mereka dan berhasil memukul balik, tetapi beberapa kali juga Rendy terkena pukulan.Vania menggigit bibir bagian bawah. Tidak tega. Vania tidak bisa tinggal diam saja dan hanya berpangku tangan melihat kejadian itu di dalam mobil.

Kedua tangan Rendy di pegangi oleh dua orang dengan kencang hingga membutnya terkunci dan tidak bisa bergerak, sementara satu orang lagi dengan membabi buta melayangkan pukulan demi pukulan pada perut dan rahang Rendy. Rendy terus meronta walaupun tangannya di pegangi dengan kencang. Rendy menggunakan kakinya untuk menendang orang di depannya hingga orang itu tersungkur di tanah. Vania menggigiti kuku jempol menyaksikan adegan perkelahian yang begitu menyeramkan dengan mata kepalanya sendiri.

Vania memejamkan mata beberapa detik lalu mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Okeh, Vania telah mengambil keputusan, dia akan keluar dan menolong Rendy. Vania memainkan ponsel untuk memulai rencananya. Vania memantapkan tekad dan mengeluarkan seluruh keberaniannya untuk melerai perkelahian itu. Setelah merasa mantap barulah Vania membuka pintu mobil.

"Neng mau kemana?"

"Keluar, nolongin temen."

"Neng bahaya neng!"

Vania menghiraukan seruan Mang Ujang. Mang Ujang membuka kaca jendela mobil "Neng jangan keluar Neng, bahaya!"

"Nanti kalau Neng kenapa-napa gimana?"

"Aduh... saya bisa dipecat Neng!"

"Aduh... jangan ke sana Neng!"

Vania menghela napas dalam."Mang nanti kalau Vania ikut digebukin, maafin semua kesalahan Vania yang pernah Vania lakuin ke Mamang Ujang ya..."

"Aduh Neng! Jangan gitu atuh Neng!" Mang Ujang menarik rambut bagian belakangnya, dia nampak frustasi.

Vania berjalan mendekati perkelahian itu dengan mengumpulkan semua keberanian dalam dirinya. Mereka semua masih pada berantem, Rendy sudah mulai kehabisan tenaga, terlihat jelas dari dia yang sering kena pukul daripada dia yang memukul.

"POLISI! ADA POLISI! POLISI!" Teriak Vania sekencang yang dia bisa.

Vania memutar suara sirine mobil polisi yang barusan dia download.

CRUSH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang