38. Jaga Jarak

3.3K 540 11
                                    

"Reynan nggak pernah bilang dia sakit hati, dia juga nggak pernah bilang dia cemburu, tapi Reynan diem aja bukan berarti nggak ada apa-apa Van. Orang diem dan dingin kayak Reynan itu yang justru beban hidupnya lebih banyak."

---000---

"Van liat peringkat yuk?" Ajak Keyla.

Vania menggelengkan kepala "Nggak ah. Takut."

Setelah berjuang mati-matian selama tujuh hari menghadapi UKK yang memeras otak, jiwa dan raga maka ini saatnyalah detik-detik yang menegangkan, nilai UKK sudah keluar dan terpajang di papan pengumaman yang ada di aula. Entah nilai itu bagus ataupun jelek semuanya terpajang di sana.

Semuanya akan tau siapa si pintar dan si bego dengan melihat peringkat itu. Anak yang dapat peringkat terbawah pasti nanti akan diolok-olok sedangkan yang dapat peringkat pertama pasti mendadak populer, menjadi most wanted dalam sekejap.

"Udah ayok!"

Keyla menarik paksa tangan Vania. Membuat Vania mau tak mau mengikutinya.

Aula disesaki siswa-siswi yang penasaran dengan nilai dan peringkat yang didapatnya. Papan pengumuman sampai-sampai tidak tampak karena tertutup jubelan para murid, mereka pada berdesakan layaknya pembagian sembako murah.

"Lo kalau mau kesana, kesana aja Key. Gue di sini. Ogah gue desek-desekan kek cacing kermi gitu."

"Lo nggak penasaran lo dapet peringkat berapa? Dan nilai lo berapaan?"

"Enggak, yang penting naik kelas aja cukup."

"Yaudah."

Keyla berdecak kesal. Namun tak urung dia ikut berjubelan melihat pengumaman peringkat dan nilai, sementara Vania berdiri menyandarkan punggung di pilar depan pintu aula.

Ahtar, Dodit dan Surya keluar dari aula. Tidak berselang lama Vandra dan Wanda juga keluar dari aula. Mereka menunjukan ekspresi yang berbeda beda. Mereka melewati Vania begitu saja. Keyla kembali dengan nafas ngap-ngapan. Di dahinya juga ada bulir-bulir keringat.

"Gue turun peringkat Van..." Keyla cemberut. "Gue jadi peringkat dua puluh satu Van..." Keyla tertunduk sedih.

"Makanya jangan kebanyakan pacaran, banyakin belajarnya..."

Di testing semester satu lalu Keyla mendapatkan peringkat lima belas paralel dan sekarang menjadi dua puluh satu. Penurunan yang sangat signifikan sekali.

"Gue peringkat berapa?" Tanya Vania.

"Sembilan belas." Jawab Keyla.

Vania tersenyum lega. "Lumayanlah."

Vania naik peringkat, semester kemarin dia peringkat dua puluh lima dan sekarang sembilan belas. Jangan meledek, peringkat segitu itu sudah termasuk bagus mengingat itu adalah peringkat paralel yang disusun dari jumlah lima ratusan murid kelas sepuluh. Jadi dapat peringkat lima puluh besar saja sudah termasuk bagus.

Itu berarti nantinya Vania masih bisa menempati kelas unggulan lagi, yaitu kelas XI IPA 1.

"Yang pentingkan nanti lo masih bisa masuk kelas unggulan Key."

"Tapi kan tetep aja nilai gue turun Van, di rapot nanti juga bakal ditulis Van."

Vania dan Keyla kembali ke kelas. Di perjalanan menuju kelas Keyla terus saja menceritakan apa yang tadi dilihatnya di papan pengumuman, apalagi kalau bukan menyangkut tentang nilai dan peringkat.

"Peringkat satu pararel siapa yang dapet?" Tanya Vania.

"Rendy lagi."

Vania menghela napas berat. Vania heran sama Rendy, biarpun Rendy tingkahnya gila dan minta disleding tapi gitu-gitu Rendy pintar banget.

CRUSH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang