32. Meragu

3K 547 12
                                    

"Van kok gue rada nggak yakin gitu ya kalau Tuan R lo itu si Reynan."

---000---

Drtdrtdrtdrt

Ponsel Vania sedari tadi bergetar terus menerus karena notifikasi pesan masuk. Vania menghela napas berat. Semua pesan-pesan itu dari Tristan yang isinya memintanya membujuk Keyla agar Keyla tidak marah lagi dan menjawab chat-chatnya yang hanya Keyla read. Keyla saat ini sedang duduk di samping Vania sambil mengunyah snack sembari membuka-buka majalah.

Vania meletakan ponselnya. "Lo sama Tristan kenapa sih?"

"Marah gue sama dia."

Vania terkekeh. Tidak percaya kalau mereka berdua bisa marahan seperti itu, pasalnya mereka adalah pasangan fenomenal di kelas yang acapkali mengisi jam kosong dengan beduaan di pojokan kelas.

Jangan mengira kalau Keyla itu orangnya pendiam dan selalu patuh pada setiap perintah Vania. Keyla tidak seperti yang Vania bayangkan awalnya.

"Kenapa marah?"

"Kemarin, gue lihat dia boncengan sama cewek lain."

"Tristan bilang, itu bukan siapa-siapa dia. Si Tristan nyuruh gue buat jelasin ini ke lo. Nih dengerin baik-baik penjelasannya..."

"Sayang jangan marah dong. Bales chat aku, jangan cuma di read. Angkat telpon aku. Aku nggak nyelingkuhin kamu. Cewek itu bukan siapa-siapa aku, serius saying... dia cuma pelanggan ojek aku. Jadi sebenarnya aku itu iseng jadi driver ojol. Rendy yang ngajakin. Beneran suer! Itu bukan siapa-siapa aku. Jangan marah, maafin aku ya..."

Keyla hanya diam mendengarkan tanpa berekspresi.

"Marahannya jangan lama-lama. Ntar putus mampus lo!"

"Putus cari lagi dong! Cowok di dunia ini itu nggak cuma dia doang kali!" Keyla memasukan snack ke mulutnya.

"Asal lo tahu ya Van... Tristan itu pacar gue yang ke lima."

Vania yang sedang minum tersedak mendengarnya. "Lo nggak halu kan?"

Keyla menggelengkan kepala. "Gue serius!"

Vania pikir Keyla itu gadis polos yang baru pertama kali ini mengenal pacaran. Tapi ternyata... sungguh tidak terduga.

Keyla memakan snacknya dengan santai. "Van kok gue rada nggak yakin gitu ya kalau Tuan R lo itu si Reynan."

Vania terkekeh. "Nggak yakin gimana sih? Emang Tuan R itu Reynan. Inisialnya R."

Keyla diam karena asik mengunyah snacknya sedangkan Vania mengayun ayunkan kakinya yang menggantung tidak menyentuh tanah. Mereka berdua duduk di ayunan yang ada di taman belakang rumah Vania.

"Kenapa lo suka sama Reynan?"

"Karena dia Tuan R gue."

"Kalau ternyata Tuan R itu bukan Reynan gimana?"

Vania tidak langsung menjawab kerena mulutnya masih penuh dengan kunyahan snack. Keyla menutup majalah yang sudah selesai dia baca.

Lagi, Vania terkekeh. "Nggak mungkin lah Key. Reynan itu Tuan R. Gue juga udah pernah mergokin dia naruh puisi di laci meja gue, terus saat gue tanya dia Tuan R, dianya juga udah ngaku."

Keyla diam, tampak berpikir dari guratan serius di wajahnya. Beberapa menit kemudian dia kembali berbicara.

"Eh bentar deh Van. Bukannya waktu itu di laci meja lo ada dua benda. Sepatu sama puisi. Dan... lo bilang kan lo cuma liat tangan Reynan aja yang keluar dari laci meja lo tapi lo nggak liat apa yang dia taruh. Bisa aja kan yang ditaruh Reynan di laci meja lo itu sepatu bukannya puisi." Keyla mengutarakan praduganya.

Vania menilik laci meja. Keningnya berkerut ketika sudah tidak dia dapati lagi sepatu di dalam laci mejanya. Sepatu itu hilang entah kemana. Vania bergidik ngeri. Sepatu itu sudah kayak dedemit aja, tiba-tiba datang dan tiba-tiba ngilang.

Saat Vania berjalan menuju UKS untuk piket jaga, matanya tidak sengaja menangkap sosok Rendy yang sedang bermain bola di lapangan utama mengenakan sepatu sama persis dengan sepatu yang waktu itu ada di laci mejanya.

Setelah Vania selesai piket jaga UKS dan kembali ke kelas, barulah dia tanya Rendy. Kebetulan juga Rendy sedang mencopot sepatunya itu dan bakalan dia masukin ke kresek lagi. Rendy ganti sepatu.

"Itu sepatu yang ada di laci meja gue kan? Lo nyolong ya?"

Rendy yang sedang duduk pun mendongak. "Cih... dateng-dateng main tuduh aja. Mbaknya PMS?"

"Lo nyolong sepatu itu?!"

"Ini sepatu gue."

"Nggak. Sepatu itu tadi pagi di laci meja gue."

"Abang gue masih ngantuk, salah naruh dia." Rendy memasukan sepatu itu ke kresek setelah dia memakai sepatu yang lain. Rendy kemudian pulang dengan menenteng kresek berisi sepatu itu keluar kelas.

"Lo juga bilang kalau waktu itu lo ngejar Reynan sampai di tikungan ruang OSIS. Terus lo mergokin seseorang berjaket Allan Walker yang habis naruh sesuatu juga di laci meja lo. Kemungkinan dia yang naruh puisi buat lo. Dan dia Tuan R."

"Okey mungkin aja omangan Rendy itu bener kalau Reynan yang naruh sepatu itu. Tapi... lo sendiri kan yang mergokin Reynan pakek jaket itu. Jadi... Reynan Tuan R."

Mereka terus menduga-duga siapa kah sosok Tuan R yang sebenarnya. Vania masih tetap yakin kalau Reynan lah Tuan R-nya selama ini.

"Tapi Van... coba dech lo pikir. Kalau lo ngejar Reynan sampai di tikungan ruang OSIS dan lo balik ke kelas lagi, terus mergokin seseorang berjaket itu naruh sesuatu di laci lo. Yang gue yakin di sih yang ngasih puisi...." Keyla menatap manik mata Vania. "Gimana bisa tiba-tiba Reynan makai jaket itu dan berdiri lagi di sebelah meja lo tanpa dia nglewati lo dulu?"

"Itu sih udah di luar nalar Van. Nggak mungkin kan dia tiba-tiba muncul di depan lo gitu aja tanpa nglewatin lo dulu, dan, perpindahan satu tempat ke tempat lain itu butuh waktu."

"Fiks gue yakin kalau jaket yang dipakai Reynan waktu gue mergokin dia, itu bukan jaketnya. Pasti dia pinjem. Gue jadi tambah yakin kalau Tuan R itu bukan Reynan. Atau seseorang itu yang minjem jaketnya Reynan."

"Jadi maksud lo..." Mereka berdua saling berpandangan. "Mereka ada hubungan?"

Vania tidak dapat memungkiri yang dikatakan Keyla memang ada benarnya dan sangat masuk akal sekali.

CRUSH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang