11.

97 11 2
                                    

Seongwoo terbangun dari tidurnya, melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 9.00 pagi.  Tangannya sibuk meraba sisi kanannya yang kosong. Perlahan tapi pasti dia menghela nafas dengan kasar.

Setelah melakukan rutinitasnya di kamar mandi, seongwoo turun menuju dapur rumahnya yang langsung terhubung dengan ruang keluarga. Matanya mengedar mencari hana.

Namun nihil, hana tidak disana. Kenyataan itu membuat jantungnya berdegup dengan cepat. Seiring dengan mata dan kakinya yang mengelilingi rumahnya.

"Seongwoo-ya tidak usah khawatir, hana pulang sebentar kerumahnya untuk mengajak mertua dan adik iparmu sarapan disini." Ibu seongwoo berhasil membuat jantung seongwoo kembali netral. Percayalah, seongwoo benar benar takut hana menghilang setelah kejadian tadi malam

Tidak berselang lama pintu rumah terbuka, hana bersama keluarganya masuk kedalam rumah diiringi haru yang pastinya membuat keributan.

"Aigoo aigoo. Jadi hanya aku yang belum punya pasangan? Baiklah, aku akan diam saja hari ini. " harus medengus melihat seongwoo yang menatap hana dari atas hingga bawah.

Seongwoo sibuk meneliti hana, dan lelaki itu menemukan kantong mata hitam wanita itu. Semua usaha hana menutupinya gagal.

"Ayo duduk, aku dan hana sudah memasak." Ibu seongwoo berkata dengan bahagia. Disusul ibu hana yang membawa rantang besar dan sibuk menata meja.

Seongwoo mendekati hana ditengah kericuhan rumah mereka.

"Kau terlihat jelek dengan kantong matamu." Ujarnya, kemudian menyentuh kedua kantong mata hana dengan ibu jarinya. Sukses membuat hana membeku.

"Tolong, pasutri diharap tidak bermesraan didepan jomblo seperti saya. " ujar haru. Seongwoo hanya tertawa dan menuntun hana duduk disampingnya.

Pagi itu semua bagai kisah lama yang terulang. Ini pertama kalinya mereka makan bersama setelah ibu seongwoo di rumah sakit. Dan ini pertama kalinya hana lebih banyak diam dibanding biasanya.

Seongwoo terus memperhatikan hana, dia belum bisa membiasakan dirinya sebagai suami dari sahabatnya itu. Berbeda dengan hana, gadis itu justru tidak merasa ada yang berubah. Semuanya terasa sama baginya. Seongwoo tetaplah sahabatnya, tidak lebih.

"kalian harus memeriksa hadiah dari kami bukan?" tanya ayah hana. Seongwoo dan hana menatap bingung.

"Ini, hadiah pernikahan dari kami berempat." ibu hana mengulurkan sebuah kunci.

"rumah ini tidak jauh dari sini, jadi kalian bisa sering berkunjung." Ibu seongwoo sepertinya mulai menangis.

"terimakasih." ujar seongwoo kemudian memeluk ibunya hangat dan disambut pukulan lembut ibunya.

Acara sarapan bahagia itu berakhir. Kini seongwoo dan hana duduk dengan kaku dikamar mereka. Seongwoo berkali kali menggaruk rahangnnya yg sejujurnya tidak gatal sama sekali.

"Hem, hana-ya-"

"Seongwoo-ya aku ingin mengatakan sesuatu." ucapan seongwoo terhenti.

"Jangan bertanya tentang apa yang kurasakan tadi malam. Jangan bahas hal itu lagi. Aku harap kamu bisa bersabar." ujar hana kemudian keluar dari kamar.

Seongwoo menghebuskam nafasnya kasar. Lagi. Seongwoo merasa bodoh dengan kelakuannya semalam.

Hana berjalan meninggalkan minhyun tapi lagi lagi minhyun menarik tangan hana. Laki laki itu terlihat semakin pasrah.

"Hana-ya kamu bisa kembali padaku. Kapanpun." Ujar minhyun, membalik badan hana agar menatapnya. Seongwoo menggeram, menarik hana kebelakang badannya.

HOME/Ong Seongwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang