two

229 3 0
                                    








diandra menyampirkan tasnya di bahu kanan sambil berjalan santai menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi pagi ini karena pelajaran pertama sudah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu saat bel masuk berbunyi. ia sedikit mengintip dari celah pintu untuk memastikan apa sudah ada guru atau belum di ruang kelasnya sekarang. dan sepertinya dewi keberuntungan sedang berpihak padanya karna belum ada guru yang mengajar di kelasnya. langsung saja ia melangkah masuk berjalan menuju bangkunya. semua tatapan murid langsung terarah padanya saat ini yang tengah berjalan. ada yang menatapnya sinis ada juga yang menatapnya kagum. ia tidak mempedulikan tatapan orang saat ini karena ia terlalu malas untuk meladeni orang seperti mereka. ah jika kalian berfikir diandra tidak punya teman karena tidak ada yang mau berteman dengannya itu salah besar karena saat pertama kali dia masuk kelas ini sebenarnya sudah banyak wanita maupun pria yang menyapanya dengan bersahabat namun sayangnya hanya ditanggapinya dengan singkat. dan murid disini sepertinya tau jika ia enggan mengenal mereka lebih jauh. baguslah jadi ia tidak perlu repot repot lagi mengatakan pada mereka hal yang sebenarnya pikir diandra saat itu.
tiba tiba seorang wanita berdiri disampingnya. ia hanya memandangi wanita itu dengan tatapan datar

gurunya gak masuk hari ini. disuruh kerjain halaman 152. karna lo gaktau jadi gue kasih tau " jelas gadis itu sambil memandang kearah diandra

thanks " balas diandra datar sambil mengangguk singkat.

dalam hati ia bersorak senang karna ia bisa menghabiskan waku untuk sedikit bersantai dua jam kedepan. ia melangkahkan kakinya keluar dari kelas itu. gadis yang memberitahunya tadi menyernyit heran melihat diandra yang malah berlalu keluar bukannya mengerjakan soal yang ia beri tahu. tapi diandra tidak mempedulikannya. masa bodoh pikir gadis itu. ia terus melangkahkan kakinya mencari tempat yang kira kira bagian mana lagi yang belum sempat ia ketahui. ia memberhentikan langkahnya saat melihat gedung kosong di belakang lab komputer. ia melangkah pelan memasuki gedung itu sambil memperhatikan isi dalamnya yang hanya dipenuhi tumpukan kardus. sepertinya gedung ini dijadikan gudang pikirnya merasa tidak ada yang menarik dari gedung ini ia pun membalikkan badannya hendak mencari lagi tempat yang pas namun matanya tidak sengaja menangkap sebuah pintu yang tersembunyi dibalik tumpukan kardus sebelah kiri. ia melangkah mendekati pintu itu dan membukanya dengan sedikit kesusahan karna ada kardus kardus yang membatasi pintu itu. dengan sedikit perjuangan akhirnya ia berhasil membuka pintu itu walaupun hanya terbuka sedikit. ia melihat hanya ada tangga dibalik pintu itu, karena penasaran ia berjalan menaiki tangga satu persatu menuju ke lantai entahlah ia tidak tahu. sampai ditangga terakhir ia menemukan pintu lagi. ia menarik knop pintu itu dan membukanya lebar lebar. ia menyeringai senang mendapati tempat ini yang merupakan roftoop. tidak sia sia ia berjalan mengelilingi sekolah yang cukup besar ini karena sekarang ia sudah menemukan tempatnya bersantai. ia melangkah menuju sebuah kursi panjang berwarna merah maroon yang sedikit memudar dan lusuh. ia mendudukan dirinya disana setelah sedikit membersihkannya. ia memejamkan matanya membiarkan angin menerpa wajahnya saat ini. ia sangat menikmati ketika angin membelainya dengan lembut seakan memberikan kenyaman tersendiri bagi diandra. ia beranjak dari rebahannya menjadi duduk sambil mengeluarkan satu batang rokok dan menghisapnya. ia menghembuskan kepulan asap itu keudara dengan perlahan. ia  memandang lurus kedepan memandangi langit biru cerah yang dilapisi awan pagi ini.
pikirannya menerawang kemana ia akan melangkah di masa depan. bukan karena ia tidak punya cita cita melainkan ia bingung saat ini. entahlah rasanya ia tidak yakin dengan tujuannya. ia tertawa miris lebih tepatnya ia menertawakan dirinya yang terlihat sangat menyedihkan sekarang ini seperti orang yang tidak punya kekuatan hidup untuk hari esok. well dalam hati ia membenarkan hal tersebut. ia juga terlalu malas untuk memikirkan bagaimana cara mengakhiri hidup toh pada akhirnya ia juga akan mati pikirnya. biarlah takdir yang akan membawanya. biarlah seperti ini, mengalir sebagaimana mestinya. saat ini ia hanya perlu melakukan apa yang ingin ia lakukan. ia menghembuskan kepulan asap yang kesekian kalinya lalu menjatuhkan putungnya dan menginjaknya. ia kembali merebahkan dirinya di kursi panjang dan menaruh kedua tangannya dibawah kepala untuk menyangga kepalanya. perlahan ia memejamkan matanya dan terlelap dalam dunia mimpi

fuck loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang