01

25.4K 1.2K 85
                                    


Happy Reading!!!

🌲🌲🌲🌲🌲

"Bagaimana dengan kuliahmu? Jika kau memerlukan sesuatu katakan saja dengan paman dan bibi, kami akan berusaha untuk memenuhinya," ucap Bibi Audrey pada Naara.

"Semuanya berjalan dengan baik, Bi. Aku tidak memerlukan apapun untuk saat ini. Jangan khawatir, jika aku membutuhkan sesuatu, aku pasti akan mengatakannya padamu," kata Naara sambil mengelus pipi Audrey lembut.

Wanita paruh baya itu tersenyum mendengar ucapan sang keponakan yang sudah ia anggap anak kandungnya sendiri.

"Baiklah kalau begitu," ucap Bibi Audrey.

Naara berdiri dari tempat duduknya, mengambil tas serta segera memakai flat shoes kesayangannya.

"Aku harus pergi sekarang. Aku ada janji bertemu dosenku. Aku mencintaimu, Bi," Naara mengecup kedua pipi Audrey dan bergegas pergi ke kampusnya.

Naara Kiva, seorang gadis muda berusia dua puluh tahun. Saat ini sedang kuliah semester enam di University of Bonn yang terletak di kota Bonn, di utara Rhine-Westphaliaang, Jerman.

Naara adalah salah satu gadis keturunan Indonesia - Australia yang saat ini sedang menetap di Jerman. Gadis itu menumpang tinggal bersama bibi dan pamannya, adik kandung ibu Naara. Kedua orangtua Naara sudah meninggal pada saat Naara berusia lima belas tahun pada kecelakaan pesawat.

Beruntungnya, Naara merupakan salah satu gadis yang cukup cerdas sehingga bisa kuliah dengan mengandalkan beasiswa di salah satu dari Universitas terbaik di Jerman itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beruntungnya, Naara merupakan salah satu gadis yang cukup cerdas sehingga bisa kuliah dengan mengandalkan beasiswa di salah satu dari Universitas terbaik di Jerman itu.

🌲🌲🌲🌲🌲

"Naara...," teriak seseorang dari arah belakang Naara.

Naara mendengar panggilan itu, tapi ia memilih untuk mengabaikannya. Sesekali menjahili orang lain sepertinya tidak masalah. Wanita itu terus berjalan santai.

Tepukan di pundaknya membuat Naara berhenti. Telapak tangan besar yang pertama kali ia lihat.

"Oh, sial. Kau mengerjaiku ya? Teriakanku cukup keras, tidak mungkin kau tidak mendengarnya," gerutu pria berwajah oriental di samping Naara.

"Aku tidak mendengar apapun," jawab Naara tanpa ekspresi.

Pria itu menyugar rambutnya dan mengatur napasnya perlahan akibat berjalan tergesa untuk menyamai langkah kaki Naara.

Naara tersenyum tertahan melihat raut wajah kesal sahabat sekaligus pria yang ia sukai diam-diam. Naara menyodorkan beberapa lembar tisu pada pria itu dari tasnya.

The Jerk Billionaire (Selesai- Sudah Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang