10

11.3K 947 98
                                    

Selamat berbuka atau masih menanti buka puasa. Semoga bahagia...

Jangan lupa banjirin kolom komen biar Shin semangat nulis lanjutannya wkwkwk

😛😛😛😛

Hepi ridiiiing yaaakk

🌲🌲🌲🌲🌲

Sepeninggalan Naara, Xion menggeram, mengepalkan kedua telapak tangannya. Punggungnya ditepuk seseorang, ia segera menoleh dan nyeri di perutnya lah yang ia rasakan secara tiba-tiba tanpa persiapan.

Bugh...

Satu kepalan diberikan secara gratis oleh Hanie tepat di perut pria itu. Kesal dan marah adalah alasan mengapa Hanie melakukan itu pada Xion.

"Apa-apaan kau ini," hardik Xion.

"Kau yang kenapa selalu bertindak gegabah dan bodoh. Kemana otak pintar peraih beasiswa mu itu?" Hanie menghardik Xion balik.

"Kau selalu memakai emosi mu dibanding otakmu. Aku melihat semuanya, Xion. Semua yang kau perbuat pada Naara, sahabat baikmu," Hanie menatap Xion dan mendorong dada pria itu dengan telunjuknya.

"Tidak perlu ikut campur. Aku tidak ingin Naara menjadi pelacur," desis Xion.

PLAK...

Satu tamparan keras kembali pria itu dapatkan namun, dari orang yang berbeda. Hanie memberi bonus dari tangannya yang juga cukup lebar serta kuat.

"Jika kau memang sahabat Naara, kau tidak akan mengeluarkan perkataan bodoh serta tudingan tanpa bukti seperti itu. Kau sudah dibutakan oleh emosi, atau jangan-jangan kau cemburu? Apa benar tebakanku ini?" ucap Hanie tanpa ragu.

Xion meludah ke samping tubuhnya. Ucapan Hanie menyentil hatinya.

"Aku melihatnya keluar dari perusahaan pria brengsek itu ketika aku ingin mendatangi kantor pria itu dan faktanya aku menemukan Naara keluar dari sana dengan penampilan yang berantakan. Terlebih lagi, Naara memiliki ponsel baru yang sepertinya pemberian dari pria sialan itu. Pria yang mencium Naara ku tanpa permisi," jelas Xion sedikit meredam emosinya.

"Meskipun kenyataannya ponsel itu pemberian Aderaldo, kau tidak sepantasnya mengatakan jika Naara menjual dirinya pada Aderal. Cemburu boleh, tapi tidak buta. Kau menabuh bumerang untuk dirimu sendiri. Bisa dikatakan kau sangat idiot," ucap Hanie tanpa rasa takut.

"Jika kau sahabatnya, kau bisa membicarakan semuanya dengan baik-baik. Kau tahu kan apa arti sahabat itu? Tindakanmu ini bisa merusak persahabatan kalian berdua. Jika aku jadi Naara, aku bahkan tidak ingin berbicara denganmu lagi, karena kau bukan sahabat yang baik," nasihat Hanie dan Xion berdecih mendengarnya.

"Cih! Sahabat- sahabat sialan! Kata itu yang mengukung perasaanku bertahun-tahun pada Naara. Aku membencinya. Aku tidak ingin dianggap sahabat selamanya oleh Naara. Aku ingin dia melihatku sebagai seorang pria yang jatuh cinta padanya. Oh, sialan!"

Akhirnya Xion membuka apa yang disimpannya rapat-rapat selama ini. Tentang perasaannya pada Naara yang telah dipendamnya beberapa tahun belakang. Mereka berdua terjebak dalam hubungan friendzone.

"Kau pria, bukan? Jika kau memang seorang pria tentu kau akan berani mengambil risiko apa pun. Apalagi ini menyangkut perasaanmu. Jika kau tidak berbicara jujur padanya, bagaimana mungkin ia tahu tentang perasaanmu sebenarnya? Kau memang pria idiot, tidak salah aku memberi julukan itu padamu," kata Hanie berang.

Xion mengacak rambutnya kesal. Ia lalu memukul tembok di belakangnya cukup kencang, melampiaskan emosinya yang tidak karuan rasanya.

"Jika saja semudah itu. Aku sudah melakukannya dari dulu. Tapi--, aku tidak bisa. Aku takut Naara berubah setelah ia tahu bagaimana perasaanku padanya. Aku tidak mau itu semua terjadi," ucap Xion frustasi.

The Jerk Billionaire (Selesai- Sudah Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang