Hollaaa...
Datang lagi wkwkwkwk
Betewe eniwei baswei, pas puasa nanti aku hiatus nulis cerita ini dulu yah 😂😂😂
Biar gak becek gak ada ojek di part2 syubidubidu ulala ahoy ahoynya...Shin mo lanjutin cerita Gior yang bentar lagi tamat alias end alias selesai alias bye!
Sama mo coba nulis LDR lagi, genre yang gak bikin becek becek gitchuuu...Setuju gak nih, oiii... ???
Jawab elaaah jangan diem aja! Yang silent reader, sini sih muncul, Shin gak gigit cuma suka ngehantui aja sama sosok babang tamvan 🤣🤣🤣😛
Udah yah, Heppi reading dah!
Bacanya pelan-pelan biar gak lgsg komen NEXT,
😩😩😩😩😩🌲🌲🌲🌲🌲
Airmata Naara menetes deras, wanita itu menangis tanpa suara di atas tempat tidurnya. Perkataan Xion tadi masih terngiang-ngiang di telinganya. Ucapan yang tidak pernah Naara pikir akan diucapkan untuknya, sebagai sahabat baik yang cukup mengenal satu sama lain beberapa tahun terakhir.
Wanita itu pun masih tidak habis pikir, kenapa Xion bersikap seperti tadi. Benar-benar bukan seorang Xion yang ia kenal. Ucapan Xion menancap tepat di ulu hatinya.
Kepalanya terasa mau pecah. Memikirkan perubahan sikap Xion dan ponsel yang hancur tidak bisa digunakan lagi.
Flashback :
"Ponsel itu-," lirih Naara.
Naara segera melirik sinis pada Xion. Baru ia ingin membuka mulut, tapi Xion menyelanya cepat dan membuat Naara benar-benar naik pitam.
"Itu hasil kau menjual diri pada pria brengsek itu, 'kan? Benar tebakanku?" tudingan Xion sukses membuat seorang wanita bernama Naara Kiva meneteskan airmata.
"Berapa kau dibayar pria brengsek itu? Hanya seharga ponsel itu? Aku bahkan bisa membayarmu lebih tinggi dari harga ponsel itu, wanita jalang!" desis Xion dengan mata merah penuh emosi.
Naara kehilangan kata-kata untuk membalas ucapan sahabatnya itu. Wanita itu tidak menyangka Xion akan menuduhnya serendah itu.
"Bisa kau ulangi lagi kata-katamu?" tanya Naara lirih menatap nanar Xion dengan tubuh gemetar.
"Kau dibayar seharga ponsel itu. Aku bahkan bisa membayarmu jauh lebih tinggi dibanding harga ponsel itu," ulang Xion tanpa rasa bersalah.
Naara menggeleng tidak percaya. Ia menunduk memunguti serpihan ponsel barunya yang dilemparkan Xion tanpa ragu itu sambil menangis dalam diam. Setelah semua serpihan ponsel itu berada di dalam genggamannya, wanita itu mendongak menatap kembali wajah Xion yang terlihat sangat murka.
"Aku tidak pernah menyangka jika kalimat itu yang akan keluar dari mulut sahabatku sendiri," ucap Naara sedih. Wanita itu menyeka kedua matanya dengan punggung telapak tangan bergantian.
"Terima kasih untuk tuduhanmu. Aku cukup tahu jika harga diriku bisa kau ukur dengan bayaran materi. Kau brengsek!"
Setelah mengatakan itu, Naara memilih untuk melangkah pergi meninggalkan Xion sendiri yang masih menatapnya penuh emosi. Naara sudah tidak peduli, ia sudah terlanjur sakit hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Jerk Billionaire (Selesai- Sudah Cetak)
RomanceSaat Aderaldo Cetta Early menginginkan sesuatu atau seseorang, tidak boleh ada yang menghalanginya. Baginya Naara Kiva memenuhi semua syarat yang ia cari dan inginkan. Menjadikannya kekasih adalah pilihan yang tepat bagi pria itu. Di mata Early, hub...