III

323 88 18
                                    

Sore ini, Jasmine menutup tokonya lebih awal karena ia ada janji dengan sahabatnya untuk pergi makan bersama. Kini Jasmine sedang menunggu sahabat baiknya itu untuk menjemputnya di depan toko bunga.

"Jasmine!"

Mendengar suara itu, Jasmine menoleh dan mendapati mobil sahabatnya sudah datang. Jasmine segera masuk dan memasang seat belt nya.

"Lo tumben udah pulang kerja?" tanya Jasmine pada sahabatnya itu.

"Iya, soalnya kemaren gue udah ngelembur, jadi sekarang gue bisa pulang agak siangan"

Jasmine mengangguk. Memang sahabatnya satu ini adalah pekerja kantoran. Alhasil mereka jarang bertemu karena jadwal sahabatnya ini selalu padat, apalagi ia adalah pegawai yang terhitung masih baru di kantornya.

"Gimana kerjaan lo?"

Sahabatnya menghembuskan napas kasar. "Ya gitulah. Mana atasan gue marah mulu lagi. Apa - apa salah. Dia bilang gue lemot lah, ini lah. Bete gue. Rasanya gue mau balik ke kantor lama gue aja deh"

Jasmine tertawa mendengar keluhan sahabatnya ini. "Sabar aja, lo juga baru kerja disana. Buktiin dong kalo lo pernah dapet predikat lulusan terbaik universitas di kota ini"

"Ckk.. Iya tapi gue yang kedua, lo yang pertama. Lagian lo kenapa sih gak mau ikut gue ngelamar kerja di kantoran? Lumayan tau gajinya"

Jasmine menghela napas. "Gue gak mau. Gue pengen kerja sesuai apa yang gue suka"

"Yaudah deh terserah lo. Percuma dong lo kuliah nyabet gelar lulusan terbaik"

Jasmine terkekeh. "Gak percuma lah, ilmu yang gue dapet bisa gue terapin di usaha gue kok. Lagian gak ada ilmu yang sia - sia, Irisa ku sayangg"

Tak terasa mereka sampai di kafe tempat mereka akan makan bersama. Irisa sudah memesan meja untuk mereka di dekat jendela. Alasannya karena sahabatnya menyukai duduk di dekat jendela. Entah ia tak tahu apa alasannya.

Jasmine memesan makanan setelah pelayan datang ke meja mereka. Irisa pun merekomendasikan makanan apa yang enak disini beserta minumannya. Namun Jasmine tetaplah Jasmine, ia tetap memilih jasmine tea sebagai minuman.

"Lo nggak bosen gitu sama teh melati?", tanya Irisa setelah selesai berbicara kepada pelayan kafe.

Jasmine menggeleng. "Gue ngerasa lebih tenang aja kalau abis minum itu"

"Lo ada masalah?"

Jasmine terdiam. Ia sadar bahwa sahabatnya itu sadar bahwa ia sedang tidak baik - baik saja. Namun Jasmine menggeleng tanda ia tak ada masalah.

"Jujur aja. Ini soal Dave ya?"

Jasmine terdiam untuk kedua kalinya. Ia lupa bahwa Irisa adalah orang yang tidak bisa ia bohongi.

"Cerita sama gue!". Akhirnya Jasmine bercerita apa yang ia alami.

Jika kalian ingin tau Dave, Dave adalah tunangan dari Jasmine. Mereka bertunangan sudah lebih dari 2 tahun. Awal sebuah hubungan memanglah selalu manis, seperti itu juga gambaran awal hubungan Dave dan Jasmine.

Namun entah ada apa, Dave mulai berubah setahun belakangan ini. Ia menjadi lebih emosional. Bahkan sebulan ini ia menjadi seseorang yang kasar. Ia memukuli Jasmine untuk melampiaskan masalahnya. Tak ada pelukan atau ciuman untuk Jasmine, yang ada hanyalah pukulan dan tarikan pada rambut indahnya.

Jasmine menunjukan luka - luka di tangannya kepada Irisa. Bahkan luka di kakinya tak luput ia ceritakan pada Irisa. Sudah cukup lelah ia memendam semua ini sendirian.

Melihat hal ini, Irisa menjadi emosi. "Akhirin aja hubungan kalian! Gue gak mau lo kenapa - kenapa"

"Tapi, Ris.."

MELLIFLUOUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang