IV

298 81 45
                                    

Seperti biasa, pagi - pagi Jasmine sudah berangkat dari rumahnya menuju toko bunga miliknya. Bahkan ia sering datang lebih awal daripada pegawai - pegawainya.

Jasmine mengecek sendiri bunga - bunga yang datang, lalu ia mengecek daftar pesanan untuk hari ini. Terkadang ia menyiram tanamannya sendiri. Semua ia lakukan karena memang ia sangat menyukai bunga.

Nama Jasmine Anindyaswari diberikan oleh kedua orang tuanya. Jasmine yang berarti melati ; Anindyaswari memiki arti cantik ibarat bunga, jujur dan adil. Bila disatukan berarti 'gadis secantik bunga melati yang jujur dan adil'.

Such a beautiful name, isn't it?

Bicara kedua orang tua Jasmine, mereka telah tiada. Mereka meninggal akibat kecelakaan pesawat sewaktu perjalanan akan pulang ke Solo. Ketika itu Jasmine masih berumur 10 tahun. Jasmine pun dibesarkan oleh paman dan bibinya di Solo, sampai akhirnya ia kuliah dan tinggal Jakarta seorang diri.

Jasmine menghabiskan masa SD, SMP, dan SMA di Solo. Karena ia tinggal di lingkungan yang kental dengan budaya Solo-nya yang amat teramat halus dan penuh tata krama, Jasmine menjelma menjadi gadis lembut, baik, dan pintar. Saking cantik dan halus perilakunya, ia menjadi gadis idola dimasa SMP dan SMA nya. Semua lelaki menjadikan Jasmine sebagai gadis ideal mereka.

Namun semenjak gadis itu hidup di Jakarta, ia menyesuaikan kehidupan di kota besar itu. Irisa mengatakan padanya ketika awal bertemu, "Gausah halus - halus banget kalo disini. Ntar malah diapa - apain. Coba deh bicara lo-gue. Takutnya ntar lo polos trus dimanfaatin sama orang. Halus boleh tapi jangan berlebihan".

Itu ajaran seorang Irisa, gadis Jakarta asli yang kini menjadi sahabatnya

"Mbak, maaf saya terlambat. Tadi saya harus beli obat ibu saya dahulu". Suara salah satu pegawainya memberhentikan kegiatan Jasmine yang sedang membaca pesanan.

"Iya nggak apa - apa. Kamu beresin toko ya, bentar lagi buka. Oh iya, Juna mana?"

"Juna di jalan katanya"

"Yasudah nanti bilangin Juna suruh antar pesanan langsung ya, soalnya ada pesanan yang acaranya jam 8 ini"

"Iya mbak siap"

Jasmine tersenyum. "Makasih ya, Din"

Pegawai bernama Dina itu tersenyum ramah. Setelah itu ia bersiap merapikan dan membuka toko.

Selang 5 menit, Juna datang. Namun ia tidak sendiri, di belakangnya ada Dave, tunangan Jasmine. Jasmine yang melihat itu mengernyit bingung. Seingatnya ia tak berjanji apapun dengan Dave.

"Mbak Jasmine, tadi Mas Dave di depan. Saya suruh masuk saja" ucap Juna. Jasmine mengangguk berterima kasih dan menghampiri Dave yang berada di depan pintu. "Mas? Kok tumben kesini?"

Dave tersenyum. "Pengen ngajak jalan. Ayo! Mumpung mas libur"

Jasmine mengangguk gamang. Ia masih sedikit takut. Pasalnya baru kemarin Dave marah - marah dan memukulnya. Tapi sekarang dia datang dengan wajah tanpa dosanya. Namun Jasmine berpikir positif, mungkin masalah Dave sudah selesai.

"Bentar mas, aku ambil tas dulu"

Setelah Jasmine mengambil tasnya dan menitipkan toko kepada Juna dan Dina, mereka pergi untuk berjalan - jalan. Dave mengajak Jasmine pergi ke mall karena sudah lama dia tidak pergi dengan Jasmine.

Dave sampai di tempat makan favoritnya dengan Jasmine. Selama menunggu makanan, Dave terus memandangi Jasmine dan sesekali menggenggam tangannya. Hal itu membuat Jasmine tersipu malu.

"Mas kenapa sih kok ngeliatinnya gitu?"

"Ya gapapa dong. Tunangan sendiri. Kamu cantik"

"Apasih mas! Udah ayo di makan dulu, abis itu jalan lagi"

MELLIFLUOUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang