Bag. 20

5 1 0
                                    

Bus pariwisata sudah terparkir didalam sekolah dan sebagian lagi diluar sekolah. Murid-murid sebagian juga memasuki bus pariwisata dan mencari tempatnya sesuai dengan kelas masing-masing. Aku masih menunggu Yenny dan yang lainnya juga, hari ini juga Hikmah datang karena dia sudah berjanji akan mengantarkan Aku dan Dayu yang akan ikut study ke Jogja. Tapi sampai saat ini belum kutemui Hikmah disekitar sekolah mungkin dia sedang dalam perjalanan menuju sekolah atau jangan-jangan dia lupa kalau hari ini aku berangkat.

Tadi aku hanya diantar sebentar sama nenekku saja, mamaku tidak bisa mengantar karena masuk pagi hari ini dia hanya memberikanku uang saku untuk aku selama di Jogja saja. Aku makin cemas kenapa Hikmah belum juga muncul yah? Sudah hampir jam berapa ini? Yang lain juga sudah masuk kedalam bus. Yenny dan Hana yang baru sampai juga sudah naik duluan kedalam bus. Tapi Dayu juga belum datang padahal rumah Dayu dekat dari sekolahan.

“Ayo yang sudah siap silahkan masuk kedalam bus dan cari tempat duduk kalian! Jangan sampai ada yang tertinggal disekolah barang yang akan kalian bawa!”, seru guru yang menjadi panitia Study Tour ini.

Hikmah kemana sih? Aku tidak mungkin naik sebelum dia datang. Kalau aku naik sekarang aku tidak mungkin keluar lagi bisa-bisa aku dimarahi kalau turun lagi nanti. Tapi gimana ini sudah banyak yang berada didalam bus aku juga tidak mungkin terus-terusan menunggu disini sendirian.

“Yuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu”, teriakku memanggil Dayu yang sedang menaiki bus khusus kelasnya.

“Apa? Gue naik duluan yah”, kata Dayu meneriakiku.

“Oke!”, kataku.

Ya ampun lama banget yah Hikmah dan Dayu sudah naik lagi ke bus. Apa aku naik aja yah daripada aku ketinggalan juga?

“Heh nunggu siapa mas?”, suara Hikmah yang mengagetkanku dari belakang.

“Aduuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuh! Apaan sih lo ngagetin lagi lo! Gue kira lo gak dateng baru aja gue mau naik”, kataku tersenyum ternyata Hikmah menepati janjinya.

“Hahahaha, tadinya mau gak dateng tapi inget lo kan ambekkan nanti malah ngambek lagi”, kata Hikmah sambil mengejekku.

“Sialan lo enak aja gak kok biasa aja”, kataku dengan muka malu.

“Sana naik gih! Hati-hati lo jangan macem-macem disana! Jangan lupa oleh-oleh yah!”, kata Hikmah menyuruhku naik kedalam bus yang sudah menyala.

“Hahahahah, tenang aja! Lo mau kemana abis ini emangnya?”, kataku penasaran Hikmah tidak mungkin pulang soalnya.

“Tau aja lo gue mau main ya udah sana gih nanti dimarahin lo! Gue kerumah Ika palingan kok”, kata Hikmah terus memaksaku naik.

“Ya udah lo juga hati-hati jangan balik sore-sore lo! Gue jalan dulu yah”, kataku pamitan padanya.

“Iya bawel lo noh udah pada manggilin juga!”, kata Hikmah mendorongku.

“Ayo yang belum naik bus tolong cepat naik busnya sudah mau berangkat!”, seru panitia.

Akupun berlalu dan mencari tempat duduk paling belakang bareng dengan anak-anak cowo yang pada bawa gitar. Hikmah juga sudah tidak kelihatan lagi sepertinya dia langsung pergi pas aku naik tadi. Merasa ada yang kurang saja Hikmah gak ikut tapi juga tidak bisa memaksa mau gimana lagi. Lebih baik aku nikmati perjalananku ke Jogja ini bersama teman sekelasku. Aku juga cuma 3 termasuk sama perjalanan jadi aku tidak perlu khawatir hanya sebentar saja aku pisah dengan Hikmah.

***

Perjalanan yang melelahkan akhirnya menghantarkanku sampai juga mencium suasana pagi hari di Jogja. Masih sangat sepi jalanan dikota ini tidak seperti di Jakarta yang selalu ramai kapan saja. Bus yang aku naiki sudah memasuki kota Jogja kota dimana orang memilih untuk tempat liburan dan menghabiskan waktu senggang mereka bersama keluarga karena banyak sekali tempat wisata dikota ini. Selama perjalanan dari jakarta aku habiskan dengan tidur karena mendengar anak-anak memainkan gitar membuat aku terlelap. Tak terasa sekarang aku sudah sampai dikota pariwisata ini.

Aku [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang