Prolog

69 3 0
                                    

Bahagia ini tentang sebuah rasa yang aku sendiri tak pernah tau apa artinya bagaimana rasanya. Mungkin pernah datang tapi hanya sesaat rasa itu menempati hatiku makanya aku tak pernah dapat mengerti dengan apa itu bahagia. Sampai apa yang aku cari tak pernah bisa aku jawab sampai saat ini. Aku tak pernah mengerti mau kuapakan semua rasa yang selalu berada didalam diriku ini.

Hingga usiaku hampir beranjak dewasa ini, belum juga menemukan jawaban atas apa yang aku inginkan atas apa yang akan kujalani, hidupku pun masih tetap sama seperti sebelumnya. Jatuh cinta, menjalani dan lagi-lagi sakit yang harusku dapatkan. Kadang ingin keluar tapi aku tak tahu bagaimana cara aku untuk keluar dari sebuah permainan hidup yang ending selalu sakit yang kurasakan, apa hidup terlalu naif atau aku yang terlalu menganggap hati itu suci bukan untuk dipermainkan.

Terjebak aku dalam permainan atau jalan hidup yang telah tuhan atur atau aku yang salah mempergunakannya. Jalan hidup yang kulalui tak dapat dibilang wajar dan semestinya karena aku berada dalam sebuah kesalahan besar yang tak seharusnya aku jalani.

Aku terlahir disaat kedua orang tuaku sudah tidak lagi bersama, aku tumbuh bukan dengan kasih sayang yang harusnya aku dapati dari mereka. Aku tumbuh dengan kasih sayang yang aku dapati dari nenek dan adik-adik mamaku. Tidak terlalu penting aku dapati darimana saat itu karena usiakupun masih terlalu dini untuk mengerti tentang semua itu, kedekatan aku dengan mamaku pun tidak terlalu dekat karena mamaku sibuk dengan pekerjaannya.

Sampai saat umurku memasuki 8 tahun mamaku memutuskan untuk menikah lagi dengan laki- laki pilihannya saat itu. Dan disitulah aku baru mengenal yang namanya sosok ayah dalam hidupku selama ini, mama dan papa baruku memberikan aku 3 orang adik, 2 Laki-laki dan 1 Perempuan. Awalnya kami semua tinggal bersama dirumah nenekku tapi mama dan keluarga barunya memutuskan untuk pindah tapi tidak dengan aku, aku memilih ikut nenekku yang selama ini bersamaku saat mamaku tak pernah ada disampingku.

Mamaku adalah sosok yang selalu aku banggakan karena semua yang ditunjukkan padaku ingin selalu menjadikan aku sama sepertinya tapi tak bisa kupungkiri juga sosok beliau jugalah yang membuatku harus mencari jalanku yang seperti ini. Dia tahu aku sedang berada dijalan yang tak dia inginkan tapi diapun tak dapat merubah itu karena selama ini yang aku caripun hanya sosok yang bisa menggantinya dihidupku sampai harus kujumpai berbagai macam orang yang hadir dihidupku dan mengisi satu tempat dihatiku yang seharusnya ditempati oleh mamaku. Lelah kadang aku hidup dari baik menjadi tidak baik dan kembali menjadi baik tapi tak pernah kutemui hadirnya.

Aku menjalani hidup sewajarnya seorang gadis yang tumbuh menjadi remaja tanpa didampingi oleh orang tuaku, awalnya aku hanya seorang gadis yang hanya merasa haus akan kasih sayang kedua orang tua. Terpikir untuk berada dijalan seperti inipun tak pernah terlintas sedikitpun didalam benakku, tapi seiring berjalannya waktu dan banyak hal yang kulalui semenjak aku memasuki bangku sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sampai aku berada dibangku kuliahpun semakin membuatku jauh dengan sosoknya dan membuatku mengenal dunia luar yang begitu aneh dan terlalu banyak karakter manusia yang datang dan pergi yang sempat mengisi hari-hariku.

Bukan hal yang baru buat aku hidup tanpa keberadaan mamaku disampingku, sampai saat aku menduduki bangku sekolah menengah pertama mama menyuruhku untuk masuk sekolah asrama dan mendalami agama, saat itu aku berfikir mama memasukkanku ke sekolah itu semata-mata untuk menyingkirkanku karena mama tidak mau aku hadir didalam keluarga barunya. Sampai tak karuan rasaku saat menjalani hari pertama disekolah itu karena aku harus jauh dengan nenekku dan yang lain sempat merasa asing dengan lingkungan yang aku jalani saat itu tapi aku harus tetap menjalaninya.

Awalnya aku merasa itu adalah tempat pengasingan anak-anak yang tak diharapkan oleh orang tuanya tapi berjalannya waktu ditempat itulah aku menemui sebuah keluarga baru yang menyayangiku dan yang selalu ada untukku, disitu aku mempunyai Ibu Asrama, Kakak Asrama, Guru-guru yang juga bertempat tinggal didalam sekolah itu. Aku menjalani berbagai macam kegiatan olahraga untuk mengisi waktu kosongku disana, banyak yang aku dapati ditempat itu, aku bisa belajar mandiripun ditempat itu.

Setelah menyuruhku untuk masuk dalam sekolah berasrama, mama menyuruhku pindah dari tempat itu pada tahun kedua dan aku dikembalikan dalam sekolah biasa yang muridnya campur dengan murid-murid laki-laki. Aku kembali mencoba untuk mengikuti maunya, dituntut untuk berada dalam peringkatpun itu harus aku jalani. Aku sangat suka dengan pelajaran ilmu pasti seperti fisika matematika sampai akupun mempunyai guru private kerumah untuk persiapan masuk SMA. Tapi lagi-lagi hidupku ditentukan olehnya walau sosoknya tak pernah nyata untukku, kembali lagi aku harus mengikuti maunya untuk masuk kedalam sekolah perhotelan yang dimana adiknya mengajar sebagai guru disekolah itu.

Hilang lagi arahku dibuat olehnya, aku kadang ingin mengerti yang dia lakukan untuk membuatku baik tapi aku selalu merasa tidak adil mama terlalu menuntutku tapi luangkan waktu sedikit saja untukku tak pernah bisa dia sisihkan. Merasa tak adil kadang aku rasakan tapi aku tak bisa apa-apa karena akupun masih dibiayai olehnya, dia tidak pernah membuatku bahagia tapi dia selalu merebut semua kebahagiaan yang kupunya. Itu alasanku kenapa aku tak pernah mengerti dengan apa itu bahagia.

Sampai tadinya aku kira sudah berakhir semua masa dimana aku harus mengikuti semua maunya tetapi ternyata tidak sampai aku mau memasuki bangku kuliahpun masih dia yang menentukan aku harus jadi apa. Padahal mama sudah janji kalau kuliah aku akan jadi Arsitek atau Seorang Penulis, tapi lagi-lagi aku harus meneruskan kebangku perhotelan lagi. Mungkin karena mama papaku dan daddyku berasal dari perhotelan dan akupun anak pertama makanya dia mau aku menerusi jalannya. Tapi aku tidak suka menjalaninya karena aku merasa ini bukan jalanku dan ini bukan keahlianku, mau bagaimana lagi aku hanya harus menjalaninya dan tidak boleh menolaknya.

Ketika aku mendapatkan nilai jelek, yang selalu dia ucapkan, “Gak usah bercanda, kamu betulin nilainya!”. Cuma merasa tidak terima saja dengan apa yang dilakukannya padaku itu yang selalu membuatku merasa ibu macam apa dia, memperhatikanku saja tidak pernah kami bertemupun jarang tapi semua yang dia mau harus aku jalani. Ditambah semenjak dia menikah lagipun aku merasa tambah jauh dengannya. Tapi buatku hal biasa aku dengan mamaku seperti itu. Banyak orang bilang padaku buat apa aku memikirkan mamaku yang tak pernah ada buatku karena masih banyak yang sayang dan peduli padaku kalimat itupun sering diutarakan adik-adik mamaku saat kenakalankupun mulai datang.

Apa aku salah kalau aku ingin seperti teman-temanku yang orang tuanya perhatian yang orang tuanya khawatir saat anak perempuannya belum pulang, saat anak perempuannya jauh darinya. Kekhawatiran seperti itupun tak pernah aku dapati darinya sampai kadang aku berfikir aku ini anaknya apa bukan? Mau aku setomboy apapun aku tetap anak perempuannya yang harusnya dia bisa lebih menjaga aku dibanding anak-anaknya yang lain.

Entah apa yang membuatnya seperti itu kepadaku, kadang aku merasa capek karena dia aku jadi seperti ini tapi aku juga tidak bisa menyalahkannya sepenuhnya juga. Mungkin mama punya alasan kenapa perlakuannya berbeda kepadaku. Memang aku tidak pernah diperlakukan kasar seperti adik-adikku tapi batinku yang dia siksa selama 30 tahun aku hidup, ingin rasanya teriak biar dia tahu gimana rasanya jadi aku yang hanya punya sosok dia tapi diapun tak pernah nyata dan tak pernah ada buatku.

Aku tahu Tuhan sudah mengatur semuanya sama seperti apa yang aku jalani sekarangpun, pasti ada saatnya Tuhan buat aku berhenti seperti ini dan mungkin disaat itu juga aku temui mama yang akan selalu ada untukku dan selalu mengkhawatirkanku dalam keadaan apapun. Hanya itu yang selalu aku harapkan karena akupun lelah dengan apa yang aku jalani. Dan saat itupun nanti aku akan tahu apa arti BAHAGIA yang sesungguhnya mungkin.

Sekarang aku hanya menjalani semua jalan yang sudah Tuhan atur untukku karena aku yakin dan yang aku tahu semua jalan hidup manusia sudah diatur oleh Tuhan dan aku sebagai manusia yang diciptakan olehNya hanya bisa berusaha dan berdoa waktu tak akan lama untuk mengubah semua hidupku karena akupun tak pernah tahu sampai kapan aku akan bertahan hidup.

Tulisanku ini adalah pengalaman hidup dan pelajaran hidup yang aku dapati selama ini, dan harapku dengan aku menulis ini aku bisa merubah semua keadaan menjadi yang sesungguhnya dan selayaknya.

Aku [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang