Bag. 1

34 0 0
                                    

Hari ini hari terakhirku berada dirumah semua orang lagi menyiapkan perlengkapanku dan mau mengantarkanku kesekolah baruku yang berasrama. Berat sekali langkahku untuk beranjak pergi meninggalkan rumah dalam kurun waktu yang lama karena aku tidak bisa tiap akhir pekan untuk pulang kerumah atau dikunjungi oleh keluargaku. Tak terbayang aku harus tinggal sendiri dengan orang-orang yang tak aku kenal, harus nyuci baju sendiri, menyiapkan semua sendiri padahal dirumah semua sudah tersedia. Mau menangis rasanya tapi aku tak boleh terlihat lemah oleh mereka, pertanyaan timbul terlalu banyak didalam benakku sampai terlamun aku dalam angan yang tak tahu kemana arahnya.

"Mengapa mereka mengirimku kesekolah itu? Apa mereka sudah tidak menginginkanku lagi?", batinku bertanya-tanya.

"Ayo Kak kita berangkat!", seru suara mama dari belakangku.

"Iya ayo", kataku tak bersemangat.

Mobilpun berlaju memasuki tol dan aku merasa waktu berlalu begitu cepat rasanya dan tempat dimana aku akan tinggalpun terasa begitu jauh dari tempat tinggalku.

"Jauh gak sih tempatnya? Terus aku boleh pulang kapan? Yang nyuci baju aku siapa?", kataku.

"Gak kok dekat, nanti dikasih tahu boleh pulangnya kapan, Kakak belajar nyuci sendiri dulu yah!", kata nenek padaku.

Ingin nangis rasanya ingin berteriak aku tak mau sekolah disitu tapi apa yang bisa aku lakukan, hanya pasrah saja. Mobil yang membawaku akhirnya keluar dari pintu tol dan berarti sudah dekat tempatnya sambil menarik nafas panjang menahan tangis.

"Aku gak mau tinggal ditempat itu ya Allah tolong aku", batinku.

Sampai jatuh akhirnya airmataku dan semua orang meyakinkanku kalau aku akan baik-baik saja berada disana.

"Jangan nangis Kak! Nanti banyak teman disana, mereka juga gak ditungguin orang tuanya kok", kata mama.

"Tapikan lama pulangnya dari sana!",kataku.

Pelukan nenekku cukup membuat tangisku berhenti sejenak saat melihat disekeliling tempat parkir yang begitu ramai murid baru dengan para walinya sama seperti aku. Mungkin salah satu dari mereka akan menjadi teman sekamarku atau mereka kakak kelasku yang habis liburan panjang dan kembali lagi keasramanya masing-masing.

"Tuh ramekan Kak? Mereka aja gak ada yang nangis kok, ayo turun!", kata tanteku yang ikut mengantarkan aku juga.

"Kamu langsung aja keasrama, Mama laporan dulu dikantor yah Kak!", seru mamaku.

"Tempat apa ini ramai sekali? Kenapa mereka senang-senang saja berada disini?", batinku bertanya-tanya.

Sambil berjalan bersama-sama dengan yang lain aku menuju asrama yang akan menjadi tempatku selama aku menghabiskan masa sekolah menengah pertamaku. Bukan hanya aku yang membawa banyak barang tetapi murid lainnya juga, akhirnya sampai aku diasrama yang berada tidak jauh dari parkiran depan tapi memang letaknya paling pojok belakang dan dekat dengan dapur yang akan menjadi tempat makan aku nanti. Sudah begitu ramai orang didepan asramaku tapi aku belum tahu aku akan berada dikamar berapa nanti masih menunggu mamaku yang belum selesai melaporkan kedatanganku. Sambil menunggu akupun melihat anak-anak yang sudah tidak ditemani orang tuanya dan merekapun sama seperti aku menangis, iya sedih anak seumur kami harus masuk sekolah berasrama dan jauh dari keluarga.

Akhirnya mamaku tiba, "Ayo kamu cari kamar nomor 3. Itu kamar kamu", ujar mamaku dengan tergesa-gesa.

"Ini dia kamarku",batinku berkata.

"Ayo Kak kok malah bengong kamu masuk rapihin bajunya sama tempat tidurnya?", seru mamaku yang membuat lamunanku hilang seketika.

"Assalamualaikum, ini teman sekamar Putri yah?", ujar mamaku menyapa beberapa orang yang sekamar denganku. Ada yang sedang menangis karena orang tuanya mau pulang.

Aku [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang