Bag. 5

4 0 0
                                    

Deges nama yang selalu membuatku ingin tahu apa saja yang sedang dilakukannya disebrang sana karena asrama kami bersebrangan dan kami satu angkatan, iya itu kalau tidak salah namanya dia teman dekatnya Lealy. Entah apa yang membuat begitu ingin dia menjadi saudara angkatku aku juga tidak tahu tapi caranya yang begitu cuek membuatku semakin ingin mengetahu banyak hal tentangnya. Aku juga tidak sekelas dengannya yang sekelas dengannya Nda, dan lewat Nda juga aku mencari tahu tentang dia.

Banyak anak-anak yang suka bilang ke dia dapet salam dari aku tapi tak pernah digubris sama sekali olehnya, gimana aku tidak makin penasaran padanya dapat salam biasa aja dia begitu cuek. Aku bukan tipe orang yang bisa menutupi perasaan yang sedang aku punya untuk seseorang sampai Dje mengajakku untuk main keasramanya saja aku malu takut ketemu dengannya padahal dia saja tidak peduli dengan keberadaanku disitu.

Entah mengapa tak pernah berani aku untuk mengakuinya atau memintanya untuk menjadi saudaraku takut sekali rasanya kalau dia tidak mau.

“Put, gimana masih ngedeketin Deges lo?”, kata Dje dan Nda bersamaan.

“Masih tapi jutek banget dia bingung gue bilangnya”, kataku.

“Dia tau gak kalau lo deketin dia?”, kata Dje.

“Yah taulah kayanya lo semua suka nyalamin buat dia dari gue gitu”

“Tapi kok dia cuek aja ya?”, kataku.

“Ya udah samperin aja waktu Lealy aja gue samperin kok”, kata Dje.

“Lealy mah gak judes Dje, enak ini orang judes banget gimana gue gak takut”, kataku.

Saran Dje benar juga sepertinya apa aku samperin saja biar aku tahu gimana tanggapan dia kepadaku, masa iya dia tidak mengenalku karena hampir semua orang mengenalku karena aku punya kakak yang terlalu banyak.

“Dia lagi dideketin sama orang gak sih Dje?”, kataku.

“Gak kok, mending lo deketin temennya namanya Jamie itu lebih deket lagi sama dia”, kata Dje.

“Tuh dia lewat Dje, kekamar siapa itu dia Dje?”, kataku.

“Ya udah samperin aja sana daripada dideketin orang duluan loh”, kata Dje.

Iya benar kalau dia dideketin orang aku sudah tidak akan ada kesempatan lagi buat ngedeketin dia, tapi gimana caranya masa aku harus minta kenalan duluan sih. Bercampur aduk rasanya ingin maju atau mundur bingung aku jadinya, kalau mundur nanti sampai aku pindah dia tidak akan pernah tahu gimana aku ke dia selama ini. Tapi kalau maju apa dia mau menjadi saudara angkatku dengan sikapnya yang begitu cuek kepadaku.

Lucu yah kaya orang berpasangan saja rasanya tapi tidak kok aku masih dibatas normal hanya saling menyayangi saja tidak sampai melakukan hal aneh-aneh dan itu tidak mungkinlah kamikan sama-sama perempuan apa jadinya kalau berpacaran. Ini hanya karena kami kesepian dan juga tidak ada satu priapun diantara kami jadi ya seperti ini kami mengutarakan sayang yang kami punya kami berikan buat orang terdekat kami saja tidak lebih dari itu.

“Geeeees, sini kenalin temen gue”, kata Dje.

Wah hampir copot jantungku dibikin oleh Dje yang tiba-tiba mengajakku untuk main keasrama sebelah, dan membuat awal perkenalanku dengannya.

“Putri”, kataku.

Dengan berjabat tangan aku mengenalkan diriku, Dje pun langsung pergi meninggalkan aku berdua saja rasanya perut seperti diaduk-aduk bisa berdua saja dengannya.

“Oh lo Putri yang anak-anak bilang ya”, kata Deges.

“Anak-anak bilang apa nih?”, kataku.

Aku [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang