#2

23 2 1
                                    

Nama gue Audy, lengkapnya Audy Axel Valencia. Papa gue seorang pengusaha tambang batubara dan mama gue seorang dokter spesialis dirumah sakit swasta terbaik di bandung, kesibukan mereka membuat gue harus punya orangtuanya angkat, siapa lagi kalau bukan bibi yang kerja dirumah gue. Semua kebutuhan gue bibi pasti tau, mulai dari makanan kesukaan gue, baju kesukaan gue, sampai apapun yang gak gue suka. Bayangin aja mama dan papa gue gak tau makanan kesukaan gue, mungkin akan terlihat lebay bagi orang-orang diluar sana (masa makanan kesukaan aja harus diperhatiin sih, dikasih duit jajan aja syukur) itu menurut loe!!!tapi gue, seumur hidup gue, makan bareng mama dan papa gue hanya terjadi dalam 1 kali dalam setahun itu kalau papa gak sibuk dengan urusannya dan mama gak sibuk dengan pasiennya, berhubung karena papa dan mama adalah orang yang berjasa dalam hidup gue, gue gak akan seperti anak-anak lain yang mencari masalah untuk mencari perhatian. Gue selalu jadi anak yang mandiri, selalu berprestasi disekolah, dan berusaha menjadi anak yang baik dimana pun. Gue cuma kecewa, kalau anak-anak lain diluar sana harus mencari masalah untuk mendapatkan perhatian apa gue harus seperti mereka??gue kangen sama suasana rumah, makan bareng mama dan papa, hias pohon natal bareng, dan rayain malam natal bareng. Tapi gue rasa semua hanya keinginan gue yang terlalu egois. Gue selalu sendiri, ntah sampai kapan gue sendiri. Sampai waktu mempertemukan gue dengan dia yang hampir membuat hari-hari berwarna dan berantakan. Dia yang selalu ada di setiap sepi yang gue rasain, sedih, marah dan gelisah dia selalu ada buat gue sampai gue merasa takut kehilangan dan sekali lagi gue harus egois. Jangan berfikir kalau gue jatuh cinta.gak!gue cuma...takut sendiri. Dia tampan, pintar dan selalu menjadi target anak-anak cewek disekolah bahkan gue harus bersaing dengannya disekolah. Exa, namanya Exa Bramasta Maxwell, cowok tengil yang selalu punya cara buat ngerjain gue. Gak ada ikatan antara kita berdua, hanya sahabat. Exa juga gak punya pacar, sama seperti gue gak tahu deh sampai kapan. Gue juga nyaman dengan keadaan gue yang sekarang, jomblo dan bebas. Kalau gue butuh apa-apa Exa selalu ada, jadi gue rasa gue gak butuh orang lain selain Exa. Sampai kapan?gue juga gak tau, dan Exa, gue gak tau kenapa dia sampai sekarang belum punya pacar.
Hari ini gue sengaja telat kesekolah dan gak ngabarin Exa sedikitpun. Awalnya gue pengen ngabarin, tapi sampai kapan gue harus bergantung sama Exa apalagi kalau sampai gue Nerima tawaran pertukaran pelajar ke luar negeri, bisa-bisa gue gak akan terbiasa tanpa Exa. Gue emang belum memutuskan untuk menerima, tapi setidaknya gue harus mulai dari sekarang dan lihatlah wajah pertama yang selalu muncul didepan gue dengan wajah kesal setiap gue telat kesekolah...salah...setiap Exa duluan tiba disekolah.

"Loe darimana aja sih, gak ngabarin gue.tumben loe gak kasih tau gue kalau loe telat. Kenapa?Mobil loe mogok?" Tanya Exa sambil memperhatikan mobil gue, selalu deh begitu.

"Gak kok, gue emang lagi ingin telat, dari dulu baik-baik Mulu." Jawaban asal gue malah membuatnya semakin kesal.

"Loe ada masalah dirumah?"

"Gak ada...mau masalah sama siapa yang dirumah cuma gue sama bibi juga."

"Terus kenapa telat?hmm?"

Ini kata-kata yang paling gue suka, kata-kata Exa yang selalu menunjukan perhatiannya.

"Ya gak papa-papa, gue kan udah bilang gue lagi ingin telat."

"Loe kenapa sih?loe masih marah sama gue masalah kemarin?"

"Enggak kok, gue bahkan udah lupa sama yang kemarin, loe terlalu parno."

"Ya udah, kalau gitu nanti siang pulang bareng."

"Motor loe?"

"Sore gue balik lagi, nanti dititipin di pos satpam."

Gue hanya mengangguk pelan tanda setuju, gue tau Exa khawatir sama gue  bawa mobil sendiri, karna gue pernah kecelakaan dan Exa gak percaya sama gue nyetir sendiri.

Aku, Kamu Bukan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang