Ketika goyah bertamu

36 2 0
                                    

Kalian percaya akan ujian sebuah cinta ? Calon pasangan suami istri yang seminggu akan menikah pun dapat membatalkan pernikahan mereka hanya karna alasan sederhana tidak ada kecocokan. Namun bukan itu yang aku rasakan. Ini lebih sulit dari berbagi kasih.

Ada apa gerangan dengan hati Zahra yang mulai tak keruan saat berhadapan dengan dosen yang sangat ia benci. Apa dia mulai gugup, apa malah lebih ke rasa takut karna Azmy adalah dosen yang sangat berpengaruh dalam kelulusannya ? Ah, sudahlah abaikan. Zahra sudah biasa gemetar saat bertemu dosen, siapapun itu. Walau kali ini tidak hanya gemetar namun juga dibarengi hati yang berdebar begitu dahsyat.

"Zahra ?" Panggil Azmy sambil melambai-lambaikan tangannya didepan wajah zahra. Pasalnya gadis itu mulai melamun saat ia berkata tentang mahrom.

"Ah iya pak maaf, aduh saya kurang konsen pak. Apakah saya boleh meminta detensinya diundur pak ?" Ucap zahra ragu-ragu

"Tidak bisa. Karna perut saya sudah dangdutan dari tadi" setelah itu Azmy menghubungi beberapa nomor yg sudah ia pencet dari ponselnya. Zahra heran dengan sikap dosen yg katanya cuek itu. Mana bisa dosen itu bertingkah seperti sangat akrab dengannya, padahal sama sekali Azmy tidak pernah mengajak ngobrol wanita selain ada perlu yang sangat mendesak. Dan kali ini, hanya karna Azmy lapar, ia sampai mengatakan masalah perut kepada Zahra ? Zahra tak habis pikir. Apa yang akan dilakukan dosen galaknya itu kepada dirinya setelah dua minggu lalu detensi pertamanya, Zahra diminta untuk menemani Azmy belanja. Dosen kurang kasih sayang sepertinya suara hati zahra. Zahra lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, teringat bahwa suudzon itu adalah suatu yang tidak diperbolehkan dalam islam.

"Kamu kenapa ra ?" Azmy yg sedari tadi hanya memperhatikan raut wajah Zahra.pun akhirnya membuka mulut.
Zahra menepukkan telapak tangan kedahinya. Ia merasa sangat konyol didepan dosen galaknya itu. Lalu, ia hanya menjawab pertanyaan Azmy dengan senyuman yang menampilkan sederet gigi putihnya yang tak rapih karna bergingsul.

"Kamu sehat kan ra ?" Lanjut Azmy dan memegang dahi Zahra.

"Astaghfirullah pak Azmy. Jangan pegang-pegang saya. Kita bukan mahrom pak" zahra mencebik kesal. Bisa-bisanya Azmy memegang dahi zahra sedangkan ikatan mahrom belum mereka sandang. Apakah ini dosen yang katanya alim ? Taat beragama ? Tapi berani menyentuh wanita yang bukan mahromnya ? Pikir Zahra.

Azmy berdehem. Seakan-akan ia akan menghadapi sidang tesisnya dulu. Padahal ini hanya berbicara dengan mahasiswanya. "Sebenarnya saya ingin mengatakan sesuatu sama kamu ra. Ehm, mungkin sangat mengejutkan. Tapi memang ini harus saya sampaikan," Azmy mengambil napas sejenak. "Kita itu sebenarnya"

Tok tok tok

Suara pintu ruangan Azmy diketuk, membuat omongan yang hendak disampaikannya pun harus terhenti.

"Sebentar saya buka pintu dulu" ujar azmy sembali berjalan menuju pintu. Ternyata itu adalah ojek online yang mengantarkan pesanan makanan Azmy. "Terimakasih pak" katanya kepada pengantar makanan itu.

"Bapak tadi mau ngomong apa ?" Tanya Zahra yang masih penasaran dengan kelanjutan omongan Azmy.

"Kita makan dulu ya ra" ajak Azmy lembut.
Hati Zahra pun berdesir lagi mendengar ucapan Azmy yang begitu lembut padanya.

"Ini buat saya pak ? Lalu detensi saya kapan dong ? Saya gak mau aja pak nunda-nunda pekerjaan. Capek tau pak" sikap cerewet zahra muncul kembali. Bahkan ia seakan lupa bahwa mereka sedang berada di kampus.

Surgaku rapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang