07• confess or no?

1.7K 411 53
                                    

"Taeyong udah cerita semuanya ke aku jis."

Jisoo, entah mengapa bisa terjebak oleh Jungwoo yang menariknya paksa untuk berbicara empat mata di taman belakang sekolah. Niat hati untuk menghampiri Taeyong ke ruang latihan band, kini terpaksa menyisihkan waktunya untuk sekedar berbincang satu dua hal bersama Jungwoo, yang wajahnya nampak tak berbinar layaknya kemarin-kemarin. Jisoo tau pasti apa penyebabnya.

"Kalau emang putus bisa bikin lo bahagia jis.."

Pipi Jisoo mendadak ngilu. Perpaduan sakit fisik dan sakit batiniah ketika harus menghadapi drama yang Jungwoo selalu lakoni. Jungwoo sedih ketika cintanya kandas. Dan lebih sedih lagi, ketika ia harus melihat wajah Jisoo yang memar kemerahan. Berita sudah tersebar, Jungwoo ingin sekali memukul Taehyung seperti apa yang Taeyong sudah lakukan. Ia tak suka jika perempuan diperlakukan kasar seperti itu, terlebih Jisoo.

"Aku seneng jis kamu nganggep aku adik kamu.."

Jisoo mengangguk lemah. Ia sudah berjanji untuk memperlakukan Jungwoo lebih baik dari sebelumnya. Toh Jungwoo jauh lebih menyenangkan untuk menjadi adik laki-laki ketimbang pacarnya. Selain itu, Jungwoo juga jauh lebih normal jika dibandingkan dengan adik kandungnya sendiri.

"Kalian berdua emang cocok. Aku sedikit ikhlas kalau kamu sama Taeyong, Jis."

Jisoo tertawa sambil memegangi pipinya. Bukan masalah lucu, ia senang karena untuk kali pertamanya ia mendengar langsung pujian untuk dirinya dan Taeyong. Jisoo senang jika orang lain menilai dirinya serasi bersama dengan Taeyong.

"Emang iya cocok woo? Gak bohong kan?"

"Serius.. Dari awal aku ngiranya kalian pacaran."

"Ah bisa aja sih kamu dek......." Ucap Jisoo mesem-mesem. Tangannya terangkat memukul pelan bahu Jungwoo. Yang justru membuat Jungwoo tertawa kikuk karena heran melihat Jisoo yang sepertinya sedang kehilangan akal sehat.

Perbincangan mereka masih terus berlanjut dengan Jungwoo yang memutuskan untuk mengantarkan Jisoo menuju ruang latihan band sekolah yang letaknya berada di lantai dasar samping ruangan kesenian.

Beberapa siswa masih memenuhi koridor ruangan, entah untuk mengerjakan tugas kelompok atau bahkan bergosip: Jisoo yang babak belur karena Taehyung yang tak lain adalah mantan kekasihnya sendiri. Headline beritanya menjadi lebih menarik lagi: Dan Taeyong yang membela sahabatnya, Jisoo. Petugas mading pasti sangat sibuk hari ini.

Tepat ketika Jungwoo dan Jisoo semakin mendekati ruang latihan, pintu pun terbuka. Wonwoo menjadi orang pertama yang Jisoo dan Jungwoo lihat, bersama di belakangnya Bobby, Taeyong dan juga.. Bona.

Sulit sekali bagi Jisoo untuk tak terlihat kecewa. Namun begitu, Jisoo masih berusaha untuk terlihat biasa. Well, meskipun hatinya benar-benar tak biasa.

"Jisoo! Lo ditampar Taehyung ya? Sini deh gue sentil gue sentil, ih kesel." Itu Bobby, yang berusaha melucu dengan gaya centil dan wajah sok imutnya. Wonwoo lekas memukul kepala Bobby dari belakang, merasa tak enak membahas hal yang cenderung membuat Jisoo trauma karenanya. Bagaimanapun, itu adalah kekerasan yang jelas tak mudah untuk dilupakan. Sebab Taeyong yang telah membalas Taehyung lah, yang berhasil membuat Jisoo tegar hingga sekarang. Bobby menutup mulutnya rapat dengan susah payah.

Bona yang melihat Jisoo lekas merangkulnya, dan membawanya berjalan terlebih dahulu keluar koridor yang diikuti oleh empat lelaki lainnya. Kedua perempuan itu mengobrol ringan, seperti tak terjadi hal apapun. Atau memang hanya Jisoo satu-satunya lah yang merasa suatu hal telah terjadi.

"Gua tadi cuma nganterin Jisoo doang kok yong. Lo jangan cemburu ya." Ujar Jungwoo pelan nyaris berbisik. Taeyong mengangguk singkat serta mengulas senyumnya kearah Jungwoo. Polos banget ni anak.

Menyisakan Taeyong dan Jisoo di dalam Bus yang penuh penumpang, sedang keempat teman yang lain memiliki arah jalan yang berbeda dengan keduanya. Bus memang ramai sekaligus sesak, seharusnya Jisoo tak merasa sesepi itu, ketika Taeyong dan dirinya sama setujunya untuk tak mengeluarkan kata-kata apapun.

Jisoo lebih banyak menundukkan kepala, ia bahkan tak tau pasti bahwa Taeyong sedang memerhatikannya keheranan, melihat Jisoo yang biasanya cerewet bisa begitu pendiam seperti sekarang.

Baru saja Taeyong berinisiatif untuk memulai bicara ketika Bus mendadak berhenti, menyebabkan penumpang yang berdiri bersusah payah menahan diri agar tak menabrak penumpang di depannya. Kecuali Jisoo yang nyaris terjerembab ke depan Jika bukan karena Taeyong yang menahan pinggang Jisoo dari belakang. Selain karena memar, pipi Jisoo memerah karena malu dengan jarak yang tak terdikte lagi dengan Taeyong. Bahkan Jisoo baru sadar dengan aroma parfum yang Taeyong pakai di seragam sekolahnya. Jisoo menyukainya.

Taeyong melepaskan eratannya terhadap Jisoo. Hanya itu, tak ada yang berubah dari jarak yang masih begitu dekat diantara keduanya.

"Masih sakit jis?"

Jisoo membalasnya dengan anggukan. Beruntungnya Jisoo tak tertangkap basah oleh Taeyong ketika dirinya masih sibuk mengontrol debar jantungnya dan pipinya yang masih bersemu merah.

"Pantes diem aja dari tadi."

"Eh?" Tanya Jisoo kaget. Bukan, bukan karena itu gue diam yong!

"Habis ini di kompres lagi memarnya. Besok gak perlu masuk sekolah, istirahat dulu."

Jisoo mengangguk lagi. Bagaimana mungkin jantungnya bisa tenang kan? Bahkan Jisoo tak bisa berhenti untuk tak mengigit bibirnya sendiri sebagai upaya menghilangkan nervous dari Taeyong yang sama sekali tak mengerti akan apa yang Jisoo tengah rasakan.

Kembali lagi hening, ketika keduanya menapaki jalanan komplek yang sepi. Tak ada anak kecil yang berlarian, bermain hingga matahari nyaris terbenam, hanya Jisoo dan Taeyong dengan pikirannya masing-masing.

"Yong."

"Kenapa?"

"Waktu itu katanya janjian ketemu sama Bona, mau ngapain?"

Mereka kini berdiri tepat di depan rumah Jisoo, dengan Taeyong yang berfikir dan Jisoo yang menanti jawaban dari Taeyong.

"Oh itu... Rahasia lah." Jawab Taeyong, lantas tersenyum lebar kala Bona menjadi topik dari perbincangan mereka. Sejak tadi Taeyong diam, dan terlihat ceria ketika Jisoo menyebutkan nama Bona, tak lain sahabatnya sendiri dan mungkin.. Yang Taeyong tengah sukai.

Taeyong mengacak rambut Jisoo, melambaikan tangannya lalu menghilang dari pandangan setelah memasuki rumah yang pagarnya sudah tertutup rapat. Sedang Jisoo masih berdiam tengah berpikir,


Di ungkapkan atau menghindar, hingga rasanya terhadap Taeyong menguap?

•if we stay•

If We Stay- Taesoo✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang