012• sebuah janji di masa lalu

1.7K 388 29
                                    

Wajah Jisoo memucat. Laki-laki tersebut berjalan, berpapasan serta melewatinya. Aroma parfum yang terakhir kali Jisoo ingat, kini melekat pada laki-laki tersebut, orang yang sama— Lee Taeyong— di tempat yang benar-benar asing.

Jisoo memegang kepalanya kuat-kuat. Sakit di kepalanya kian menjadi. Rentetan ingatan tentang kejadian terakhir berputar begitu saja di otaknya. Bagaimana ia berusaha mengakhiri hidup, kemudian kehilangan sadar yang justru membuatnya terbangun pada kondisi dimana semua tak lagi sama.

Siswa berstatus sekolah menengah atas kini sudah menghilang, digantikan sosok Kim Jisoo yang berusia 26 tahun.

Salah satu perawat yang tak jauh dari Jisoo berdiri menariknya untuk menepi. Kasur pasien yang berderit kencang tatkala tenaga medis mendorongnya cepat untuk melakukan penanganan terhadap pasien yang sudah berlumur banyak darah. Jisoo melihatnya lagi yang berapa kalipun Jisoo melihat Taeyong, ia sama sekali tak memercayainya. Mengapa ia kembali lagi setelah memutuskan pergi?

Rentetan ingatan kembali muncul. Jisoo limbung, terjatuh pada lantai rumah sakit yang dingin. Perawat yang masih setia disampingnya membantu Jisoo, menariknya untuk bangun dan mengantarkannya pada kasur pasien. Jisoo membaringkan dirinya, memejamkan matanya kuat-kuat.

Tinta merah. Ia melewati ingatan tersebut. Sehari setelah kematian Lee Taeyong, ia marah. Berakhir dengan menyalahi Taeyong. Bahwa ini semua takkan berakhir menyedihkan Jikala Taeyong tak memberikan pesan singkat tersebut padanya. Bahwa lebih baik untuk Jisoo tahu, tak pernah ada sama sekali rasa cinta dari Taeyong untuknya. Ia membenci Taeyong.

Hingga Jisoo mengambil kertas, menuliskan kalimat bertinta merah. Aku yang akan bunuh kamu.

"Ibu sebaiknya dipindahkan ke ruang perawatan setelah ini." Ujar perawat tersebut setelah Jisoo membuka matanya. Bagaimana mengatakannya? Mana mungkin Jisoo beranjak pergi meninggalkan ruang UGD. Ada hal yang perlu ia lakukan, waktunya mungkin sempit.

Suara teriakan mendadak mendominasi ruangan. Ramai sekali. Jisoo menggeser tirainya, melihat pasien di samping biliknya ketakutan. Pun Jisoo mendengar suara ketakutan dari pasien lainnya. Perawat yang masih dengannya mengintip dibalik tirai, terlihat tenang meskipun Jisoo tau bahwa perawat tersebut tengah menutupi rasa takutnya.

"JANGAN SELAMATKAN DIA! AKU INGIN DIA MATI" teriakan selanjutnya oleh laki-laki yang kira-kira berusia 40an. Jisoo meninggalkan kasurnya, mendekati dan menggeser tirainya untuk mengintip apa yang sedang terjadi di tengah sana. Laki-laki tua itu membawa pistol, mendekati tim medis yang tengah menangani pasien yang sudah berlumuran darah tersebut.

Laki-laki tua itu semakin mendekat, mengarahkan pistolnya pada tim medis agar mereka mundur dari pasien sekarat tersebut sekarang juga. Namun, mereka masih disana. Tak mundur laiknya pengecut. Kini salah satu perawat berhasil menjadi sasaran tembak, dengan pistol yang mengarah ke kepala. Ramai ketakutan, perawat tersebut menangis tersedu.

"Minggir! Semuanya minggir! Dia harus mati!" Teriak laki-laki tua itu, mengarah benci pada manusia yang sibuk terbaring tak berdaya. Untuk satu dua alasan, Jisoo mengerti.

Lee Taeyong keluar dari bilik paling ujung, mendekati pasien yang sedang sekarat tersebut tanpa rasa takut. Laki-laki tua itu panik, dan tanpa berpikir panjang mengubah arah pistolnya pada Lee Taeyong.

"JANGAN BERGERAK ATAU KAU IKUT MATI!"

Pistol tersebut pun terjatuh, tatkala dari arah belakang seorang dengan jas dokternya, memukul tengkuk tersangka dari belakang serta menendang bagian kedua kaki tersangka hingga jatuh kesakitan. Security berlari, menahan tersangka yang mulai memberontak, memborgol tangannya hingga tak berkutik dan mengamankannya hingga polisi datang.

Suara riuh mulai terdengar. Makian dan ungakapan kebencian mulai berani diungkapkan kepada tersangka. Pun yang hanya dibalas teriakan meminta lepas agar niatnya menghabisi korban tak gagal begitu saja.

"Yaampun, saya kira kita gak akan selamat." Ujar perawat yang masih setia berada di bilik yang sama dengan Jisoo. Jisoo hanya terdiam, masih berdiri mengintip. Melihat kearah dokter yang berhasil menyelamatkan semua nyawa di ruangan UGD. Dia— yang bername tag Taehyung— menghela nafas lega, meregangkan otot-ototnya dan tersenyum malu-malu ketika beberapa orang menghampiri untuk memuji keberaniannya.

Bukan hanya namanya yang sama, Wajahnya sama dengan Taehyung di masa SMAnya, dengan penampilan yang lebih friendly dan dewasa.

Lee Taeyong mengarahkan tim medis untuk segera memindahkan pasien ke ruang operasi. Tim medis pun mendorong kasur pasien, dengan Taeyong yang berjalan mengikutinya dari belakang. Terlihat Taeyong mengucapkan terima kasih pada Taehyung, mengobrol singkat dan lalu bergegas pergi meninggalkan ruang UGD.

"Siapa nama dokter itu, sus?" tanya Jisoo, menunjuk Lee Taeyong yang punggungnya nyaris hilang dari pandangan. Jisoo tau laki-laki tersebut bernama Taeyong, ia hanya membutuhkan keterangan lebih jauh mengenai siapa dan status medis di rumah sakit ini.

"Lee Taeyong, dokter bedah. Keren ya bu?"

Jisoo mengangguk paham, ia berjongkok mengambil sesuatu yang terjatuh dilantai dan menaruhnya pada saku celana bagian kanan. Sedang perawat tersebut pergi meninggalkan Jisoo untuk melakukan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Selama perjalanan menuju ruangan operasi, Taeyong melepas jas dokternya dan memegangnya erat dengan tangan kanannya. Jantungnya berdegup kencang tatkala ingat dirinya nyaris mati jika Taehyung terlambat datang. Namun, membayangkan pasiennya mati karena dirinya yang pengecut jauh lebih menakutkan dari apapun.

"Dokter." Sapa beberapa perawat yang tengah bertugas menjaga pos di depan ruang operasi. Taeyong tersenyum sekilas tanpa menghentikan langkahnya menuju ruang operasi yang pintunya sudah terbuka secara otomatis. Dua security nampak berjaga penuh siaga disana, dan Jisoo— yang sejak tadi berjalan mengikuti— memasang wajah tak bersalah yang membuat Security menduga Jisoo sebagai kenalan dokter Lee.

Ruangan dengan cat bertembok serba putih tersebut, mungkin akan berubah memerah sebentar lagi.

"Taeyong!" Sapa Yuta yang baru saja bertemu Taeyong di ruangan non aseptis sebelum masuk ke kamar operasi. Yuta melihat kearah Jisoo kebingungan, pasalnya ia sama sekali belum pernah melihat dokter secantik itu di rumah sakit ini.

"Dokter bedah baru?" tanya Yuta kepada Taeyong meminta penjelasan. Taeyong menggidikkan bahunya, tak tau pasti siapa yang tengah Yuta bicarakan kepadanya. Yang jelas, kini Taeyong membalikkan badannya, mendapati perempuan tersebut memegang pistol yang sukses diarahkan kepadanya.

"Aku gak akan nunggu kamu mati, aku yang bakal bunuh kamu, taeyong."

•if we stay•

If We Stay- Taesoo✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang