08• menjauh

1.8K 392 36
                                    

Taehyung berdiri kikuk di hadapan Jisoo yang nampak tak peduli atau bahkan acuh. Meskipun—barangkali— orang tua Taehyung dapat melihat ekspresi kesal Jisoo yang memang sengaja diperlihatkan agar mereka tau, sekalipun Jisoo dan orang tuanya memaafkan, semuanya tak lagi sama.

Well, orang tua Jisoo dan Taehyung berteman. Sebab itulah Taehyung bisa mengenal dekat Jisoo hingga akhirnya berpacaran.

Orang tua Taehyung dengan sangat menyesal meminta maaf kepada orang tua Jisoo dan tentu saja Jisoo yang menganggukkan kepala setelah mendengar penuturan mereka. Memilih tak memperpanjang urusan adalah keputusan Jisoo dari awal, dan orang tuanya menyetujui dengan catatan: mereka tak lagi sama. Cukup kah untuk membuatnya jera? Sama seperti keputusan Jisoo terhadap Taeyong— menjauh— hingga rasanya menguap, semuanya tak lagi sama kecuali persahabatan mereka. Menyukai dalam diam memiliki satu keuntungan besar: jika kemudian rasa suka dari salah satu pihak menghilang, maka anggap saja tak pernah terjadi apapun.

"Gua minta maaf banget jis.. Gua nyesel banget." ujar Taehyung. Jisoo melihat matanya yang berkaca-kaca, terlihat benar-benar menyesal.

"Gua gak tau, gua emosi banget waktu lo nampar gua karena belain Taeyong. Gua kesel banget jis asli, maafin gua."

Lagi, Jisoo hanya mengangguk. Ia takut mengeluarkan satu dua kata yang mampu membuat Taehyung memiliki alasan untuk berbincang dengannya. Jujur saja, Jisoo sudah muak berbicara dengan Taehyung.

Beruntung, setidaknya pandangan Jisoo teralihkan oleh sosok Haechan dan Mark yang muncul menggunakan seragam sekolahnya. Dengan ramai dan tertawa terbahak-bahak, ekspresi wajah Haechan berubah tatkala melihat Taehyung yang sedang berdiri di hadapan kakaknya.

"Mark, gua ganteng nggak?" tanya Haechan sambil melirik kearah Taehyung tak suka. Jisoo, Mark, dan tak terkecuali Taehyung bahkan heran mendengar pertanyaan narsis yang dilontarkan oleh Haechan tersebut.

"Jawaban jujur gak nih?"

"Yoi."

Mark memantapkan diri untuk menjawab pertanyaan Haechan tanpa sama sekali persiapan.

"Enggak chan."

"Nah iya, tapi mendinglah Mark, daripada ganteng tapi kasar sama cewek." Ujar Haechan, yang kali ini bukan hanya sekedar melirik, melainkan melihat kearah Taehyung dengan senyum sok manisnya. Untuk pertama kalinya Jisoo bersyukur memiliki adik yang bicaranya pedas dan—kadang—benar seperti Haechan.

Mark yang akhirnya mulai paham untuk apa dan siapa Haechan berbicara, akhirnya mengangguk semangat dan membalas ucapan Haechan.

"Betul chan, tambah mending lagi kalau ganteng dan gak kasar sama cewek, gua contohnya."

"Yeee bodo amat Mark! Udah ayo kak Jisoo jangan kelamaan diluar, nanti Bengkaknya makin besar kalau kena angin."

Jisoo hanya menurut dan masuk bersama Haechan ke dalam rumah, meninggalkan Taehyung yang akhirnya pasrah dan berjalan mendekati mobil orang tuanya untuk pulang. Lain halnya dengan Mark yang masih nampak berpikir bahwa tak ada relasi sama sekali antara bengkak yang tambah besar dengan angin.

Jisoo mendekati jendela kamar, menyenderkan tubuhnya pada sandaran sofa, mendongakkan kepalanya serta memejamkan matanya untuk beberapa saat. Memang memar kemarin menyebabkan bengkak pada wajah bagian kanannya. Berpikir malu pun tidak, Jisoo hanya terlalu fokus pada Taeyong dan Bona.

Ayah yang sengaja mengambil cuti memasuki kamar Jisoo. Jisoo menegakkan tubuhnya dengan matanya yang seketika fokus pada apa yang tengah Ayah genggam— sebuah ponsel.

"Sekarang Ayah atau Bunda bakalan ngehubungin kamu terus."

Jisoo pasrah mengangguk, dan mengambil ponsel yang bahkan masih rapih pada kotaknya. Ayah mencium pucuk kepala Jisoo sayang, lalu keluar dari kamar Jisoo dan menutup pintunya kembali seperti semula. Hening kembali melanda, meski tak demikian dengan isi kepalanya.

Tuk.

Jisoo menengok kearah jendela, mendapati Taeyong yang masih mengenakan seragam sekolahnya sudah berada di depan jendela dengan wajah datar seperti biasanya. Jisoo enggan membukanya, yang membuat Taeyong justru melemparkan batu kecilnya lagi hingga Jisoo mau membukanya.

"Kenapa?"

"Gua tadi sempet lihat Taehyung di depan rumah. Ngapain?"

Jisoo menggidikkan bahunya. Tangannya kembali ingin menutup jendela tetapi Taeyong masih terus berbicara.

"Sama orang tuanya juga ya jis?"

Jisoo mengangguk singkat.

"Lo mau dijodohin atau gimana tuh?"

Jisoo kesal. Niat untuk tak berbicara dengan Taeyong luput begitu saja, mood nya tak sebagus itu untuk dapat bercanda dengan Taeyong.

"Iya, Haechan dijohin sama Taehyung!" lalu Jisoo menutup jendelanya dan menggeser tirai hingga Taeyong tak dapat melihat lagi sosok Jisoo yang hari ini absen tak sekolah karena sakit.

Taeyong menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal. Mungkin karena wajah Jisoo yang membengkak menyebabkan mood Jisoo begitu buruk, Taeyong hanya berpikir seperti itu.

"Tapi omongan gue emang gak lucu sih." Ujar Taeyong sendiri, lalu merebahkan dirinya pada kasur yang sudah rapih dibereskan oleh mamahnya. Tangannya mengotak-atik handphonenya. Niatnya untuk memberikan pesan terhadap Jisoo terurung mengingat Jisoo belum membeli handphone dan mengaktifkan nomornya kembali.

Tak lama pesan lain masuk, membuat Taeyong lebih bersemangat untuk mengganti seragamnya dengan pakaian bebas.

Tak perlu tau isinya, yang jelas Bona lah pengirim pesannya.

Sama seperti Jisoo, kalian pasti sibuk bertanya. Apa yang terjadi antara Taeyong dan Bona?

•if we stay•

If We Stay- Taesoo✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang