KETIKA PERANG BERAKHIR

173 9 14
                                    


Waktu setelah perang besar Dataran Lira usai, Pada Kerajaan Pusat Liveria.

Kota kerajaan penuh dengan para pengawal. Terompet-terompet ditiup segera setelah iring-iringan memasuki gerbang Kerajaan Pusat Liveria. Gemeretak roda pedati yang beradu dengan jalan. Membawa kerangkeng berisi wanita pembunuh Kesatria Zirah Merah. Pedati itu menembus kerumunan ramai penduduk. Tidak jauh dari kerangkeng, tampak satu lagi pedati yang membawa sebuah karavan. Tempat terbaringnya tubuh Reth Sang Kesatria Zirah Merah yang terhunus pedang. Para penduduk yang memenuhi jalan menyambut arakan para prajurit yang baru saja kembali. Sebagian dari mereka melemparkan bunga pada karavan dan sebagian lagi melemparkan kotoran dan batu kecil pada kerangkeng. Terlihat Rayna yang ketakutan. Beberapa batu kecil berhasil menembus kerangkeng dan mengenai tubuhnya. Rayna hanya bisa menunduk sambil melindungi kepalanya dengan tangan dan menyembunyikan wajahnya pada lututnya.

Arakan itu terus berjalan hingga akhirnya sampai pada istana utama kerajaan Liveria. Maharaja Liveria Archades langsung menuju karavan bersama dengan para tabib yang membawa tandu. Dengan hati-hati para tabib mengangkat tubuh Sang Kesatria Zirah Merah.

"Jenderal Vermel, anakku!" kata Maharaja Liveria, Archades, ketika melihat tubuh Reth yang tidak sadarkan diri. Para tabib berhenti sementara.

"Reth! Sayangku! Reth!" Seorang wanita cantik menjerit menghampiri tandu Reth. Wanita itu lalu mengalihkan pandangan pada kerangkeng tempat Rayna terpenjara.

"Dan dia pasti wanita yang membunuhnya ...!" tuding Sang Putri sambil melihat ke arah kerangkeng. Terlihat tangan sang Putri mengepal. "Mati kau!!!" Sang Putri langsung melesat menuju kerangkeng dengan tinjunya.

"Putri, tahan!" Gwarth melesat menghadang amukan sang Putri.

-Duaaar!!!

Gwarth menahan tinju sang putri dan terlihat kaki yang menjejak tanah menghancurkan lantai untuk memperkuat pondasinya menahan tumbukan.

"Tuan Putri tahan amarahmu! Jangan bunuh dia," kata seseorang yang memimpin para tabib.

"Dia membunuh calon suamiku, Tuan Basir!" teriak Putri Andrina (24 tahun).

"Tapi ...,"

"Sekarang menyingkir Tuan Gwarth! Aku akan membunuh wanita itu," Putri Andrina tidak perduli dengan omongan Basir dan memerintahkan Gwarth untuk pergi.

"Jangan membunuh wanita itu adalah perintahku!" Maharaja Archades tiba-tiba berteriak keras.

"Ayah ...," tampak sinar kekesalan pada mata Putri Andrina tapi dia tidak berani membantah lebih jauh.

"Basir ...,"

"Ya yang mulia?"

"Kau sebagai tangan kananku, urus Jenderal Vermel dan pastikan dia selamat," perintah Maharaja.

"Dan kau ...," Raja mengalihkan tatapannya pada Putri Andrina. "Kau bantu Tuan Basir, jaga Jenderal Vermel dan temani selalu calon suamimu. Urusan wanita itu serahkan padaku," kata Maharaja Archades.

Putri Andrina menatap tajam pada Rayna. Rayna yang meringkuk ketakutan hanya curi-curi tatap pada Putri Andrina dan langsung menunduk ketakutan ketika pandangannya beradu dengan Putri Andrina.

"Yang mulia, saya dan para tabib pamit untuk segera menyelamatkan Jenderal," kata Basir. Raja mengangguk dan iringan yang membawa tubuh Reth kembali berjalan.

Raja menengok pada Putri Andrina yang masih terdiam, "Kau harus belajar mengontrol emosimu. Membunuhnya cepat-cepat tidak akan memberikan kita apa-apa. Lebih baik kita menyiksanya supaya dia memberitahukan informasi Dataran Lira dan Ranalus. Sekarang kau susul tangan kananku Basir, urus calon suamimu" kata Sang Maharaja. Putri Andrina pun menurut dan menyusul rombongan tabib yang membawa Reth.

Kesatria Zirah MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang