My Feelings

26 7 2
                                    

Jumat, 05 Agustus 2040

-ALEXA-

Aku hanyalah seorang gadis yang punya banyak masalah. Umurku 22 tahun. Cukup muda untuk berurusan dengan masalah pembunuhan.

Dan karena aku menghargai diriku sendiri, aku setuju untuk terlibat dalam memecahkan misteri kematian Diana, salah satu makhluk di bumi yang paling kubenci.

Karena dialah aku tidak dapat berjalan selama dua bulan. Dia merusak nama baik juga harga diriku. Dan sekarang semua orang telah menuduhku membunuhnya.

Gadis malang itu ditemukan di terowongan Larries. Jauh dari rumah. Di tempat kejadian, tidak ada CCTV dan saksi mata. Dia ditemukan dengan pakaian yang berantakan dan rambut yang dipotong tak rapi.

Dan kau tahu?

Kekasihnya mengait-ngaitkannya denganku. Tepatnya pada saat aku terluka di halaman belakang sekolah.

Dia tidak mengatakannya di depan umum. Dia mengatakannya saat hanya ada aku dan Anne.
Mungkin karena dia tidak mau nama Diana tercoreng, juga dengan keempat temannya yang lain.

Aku masih mengingat nama dan wajah mereka, membuatku merasa marah sekaligus kasihan.

Aku benci mereka, tapi aku masih ingat dengan jelas wajah Ross.
Dia bilang 'Lupakan yang jahat. Tapi kau tak perlu memaafkannya, bila ia memang benar benat jahat'.
Dan aku melakukannya sampai detik ini. Aku harus menghargainya selagi Ia masih ada untukku.

Aku tidak tinggal dengannya lagi. Aku tinggal di apartement tua, tidak sendirian. Aku tinggal dengan Anne. Dia tinggal bersamaku untuk memastikan bahwa hal-hal yang kulakukan itu normal.

Aku tidak bisa mengatakan bahwa dia orang jahat. Tapi aku bisa mengatakan bahwa dia orang yang sangat-sangat membosankan.

Dan sekarang, dia sedang duduk dihadapanku. Dia sedang melakukan pemeriksaan mingguan terhadapku.

...

-AUTHOR-

Anne berdiri dari kursinya untuk memastikan bahwa kameranya sedang merekam. Ia kembali duduk.

"Jumat, 05 Agustus 2040. Pukul satu siang. Saya Anne Christine sedang melakukan pemeriksaan ke-13 pada Alexa Zora mengenai masalah psikisnya. Kau siap? ", Anne menatap Alexa yang duduk di depannya. Alexa hanya mengangguk.

"Baiklah. Kita mulai dari pertanyaan rutin. Kau merasakan perubahan perasaan beberapa hari ini?"

"Tidak."

"Kau tidak merasa bersalah atas kematian Diana?  Atau mungkin kau merasa terbebani? "

"Tidak."

"Max sering menelponmu belakangan ini. Bagaimana perasaanmu mengenai dia?  Apa dia mengganggu pikiranmu? "

"Mungkin"

"Lalu bagaimana dengan Fredrick?"

Nama itu membuat kepala Alexa mendongak. Matanya menatap kosong.

"Aku tidak tau."

Kau tak bisa mengbohongi seorang ahli psikis. Ia dapat dengan mudah melihat kebenarannya, dari perilakumu atau dari matamu saja.

"Kau tampaknya tak menyukainya. Kau membencinya karena mengatakan bahwa kau yang membunuh Diana ?"

"Aku bukan orang yang mudah marah, Anne."

"Lalu, hal apa yang bisa membuatmu marah? "

"Hal seperti saat kau selalu menanyaiku omong kosong ini, Anne! ", Alexa berdiri dari bangkunya. Ia membanting meja, bahkan mengumpat.

"Kau marah tanpa alasan yang jelas, Alexa", Anne masih duduk di bangkunya dengan tenang. Ia menatap Alexa, namun Alexa mengarahkan pandangannya pada jendela yang tertutup. Nafasnya terengah-engah, seakan-akan baru berlari keliling lapangan.

"Kenapa Fredrick membuatmu marah, Alexa? ", nada suara Anne kini lebih berwibawa. Ia melipat tangannya dan menunggu Alexa untuk menjawab.

"Apa yang telah diperbuatnya padamu, Alexa? "

Tatapan mata Alexa kosong. Mulutnya terbuka, tapi tak ada satu katapun yang terdengar oleh Anne.

"Alexa? ", kini Anne berdiri. Ia mendekati Alexa.
Tangannya kini menyentuh bahu Alexa.

"Kau tak tahu apa apa mengenaiku", Alexa menepis tangan Anne. Ia berjalan dengan cepat ke arah pintu. Ia menutup pintu dengan keras.

"Setidaknya akulah orang yang paling dekat denganmu."

Sad & SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang