Ketemu lagi sama Rara guys👋👋
Happy Reading ya😊
***
Hampa.
Semuanya terasa begitu kosong. Gadis itu tersenyum pedih, ia seolah kehilangan pegangan.
Meluruskan pandang ke atas, kepada langit-langit putih di atasnya. Ia terkekeh miris.Pintu ruang rawat-nya terbuka. Namun Suzy hanya diam, enggan hanya untuk sekedar menoleh. "Suzy-ah." Itu suara Sehun.
Pria itu berjalan mendekat. Lalu duduk di atas kursi yang berada di Sampang Suzy. "Ibu-mu sedang pulang, untuk mengambil beberapa pakaiannya."
Masih diam dengan bibir membisu. Hal itu mengundang sebuah helaan nafas dari balik bibir Sehun.
Sehun meraih salah satu tangan Suzy yang terasa begitu dingin. Menggenggam-nya erat. Menyalurkan kekuatan lewat sentuhan lembutnya pada gadis itu. Namun sepertinya, Hal itu tak berpengaruh apapun keadaan Suzy.
"Kau akan di rawat di rumah sakit ini hingga kau melahirkan, Suzy-ah."
"....."
"Kondisimu sangat lemah. Kau membutuhkan sebuah perawatan yang lebih intensif."
Bagai berbicara dengan patung. Itu yang di rasakan Sehun. Walau raga Suzy bersamanya, namun hati dan jiwa gadis itu berada di tempat lain. Tempat dimana Chanyeol berada.
"Kita akan menikah. Dan akan membangun keluarga kecil kita."
Sehun beranjak. Merunduk, ingin mengecup bibir pucat itu. Namun Suzy melengos, membuat bibir Sehun hanya dapat menyentuh pipinya saja.
"Terserah kau saja. Aku tidak peduli." Suaranya begitu parau. Membuat hati Sehun tersayat perlahan.
Sehun tersenyum. Senyuman yang berbeda, Senyuman yang menggambarkan sebuah luka. "Tidurlah. Aku disini, akan menjagamu, Chagi."
Helaan nafas Suzy terdengar, begitu berat dan lemah. "Pergilah, Sehun. Aku ingin sendiri."
Sehun mengangguk gamang. Lalu mengusap pipi lembut Suzy dengan telapak tangan besarnya. "Hm. Aku akan ke kafetaria sebentar. Untuk membeli sarapan." Ucapnya tersenyum kecil.
Suzy tak menyahut. Hanya menatap Sehun dengan tatapan kosong.
Sehun beranjak. Lalu kembali mendekat untuk memberikan satu kecupan manis pada kening Suzy. Setelahnya, ia melenggang pergi meninggalkan Suzy seorang diri.
Kembali melamun. Namun belum terlalu lama, pintu kembali terbuka.
Kini, ibunya yang datang dengan sebuah tas besar di tangan kanannya. Tersenyum hangat pada putrinya, ia menaruh tas itu di sudut ruangan. Lalu menghampiri Suzy.
"Sudah makan?"
Suzy menggeleng. "Aku tidak lapar."
Sang eomma tersenyum, senyuman yang menenangkan. "Kau mungkin tidak lapar, tapi bayi-mu. Dia mungkin sedang kelaparan di dalam sana."
Suzy menunduk. Menatap perut buncitnya, lalu mengusapnya perlahan. "Eomma, bisa ambilkan ponselku?"
Sang ibu menggeleng masih dengan senyuman. "Untuk apa? Eomma tidak akan memberikannya jika itu untuk menghubungi Chanyeol."
"Tapi kenapa?"
"Kau tidak boleh terlalu stres dan tertekan, sayang. Eomma hanya khawatir." Sang ibu memberikan pengertian.
"Aku akan makan setelah berbicara dengan Chan Oppa."
"Benarkah?"
Suzy mengangguk. Dan ibunya, memberikan ponsel miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka [ChanZy/HunZy]
Short StoryMenikah denganmu, hanya luka dan rasa sakit yang aku rasakan...